MUHAMMADIYAH
Di susun sebagai tugas DAD dan PKK

Disusun Oleh :
WINDRA BANGUN S
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN ( STIKES ) MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Islam
adalah agama yang sempurna yang mengatur manusia dalam segala aspeknya. Ajaran
islam bukanya hanya mengatur hubungan vertical manusia, tetapi juga hubungan
horizontal dengan sesamanya. Seiring perjalannya banyak sekali organisasi – organisasi
dengan wadah islam telah muncul dan berkembang begitu pula di negara Indonesia
sendiri. Salah satu Organisasi yang menjadi sorotan publik karena perannya
dalam pembangunan indonesia adalah Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah salah satu
organisasi otonom terbesar di Indonesia. Peran Muhammadiyah tidaklah kecil,
sampai saat ini Muhammadiyah ikut serta dalam pembangunan perkembangan Bangsa
den negara baik melalui, pendidikan kesehatan dan sosial masyarakat selain inti
dalam keagamaan.
- Rumusan Masalah
1.
Apa itu Muhammadiyah
2.
Bagaimana penjelasan mengenai sejarah lahirnya Muhammadiyah ?
3.
Organisasi apa saja yang dibawah naungan Muhammadiyah ?
4.
Bagaimana Cita – cita Muhammadiyah ?
5.
Apa ciri Khas Muhammadiyah ?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui bagaimana sejarah Muhammadiyah menjadi organisasi otonom
yang ikut serta membangun bangsa indonesia
D
Sistematika Penulisan
Makalah
ini disusun atas : BAB I : Pendahuluan yang berisi
tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sisitematika penulisan. BAB II : Pembahasan yang berisi tentang Sejarah Muhammadiyah, Organisasi yang ada di
Muhammadiyah, Lambang – lambang Muhammadiyah, cita cita Muhammadiyah, BAB III : Penutup yang tersusun atas kesimpulan dan saran.
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Pengenalan Awal
Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW.
sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar belakang KH Ahmad Dahlan
memilih nama Muhammadiyah yang pada masa
itu sangat asing bagi telinga masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin
tahu dari masyarakat, sehingga ada celah untuk memberikan penjelasan dan
keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan
Rasulullah SAW.
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan
untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik.
Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita
dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam
pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang
dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama menjadi
Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu’allimin _khusus
laki-laki, yang bertempat di Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Mu’allimaat
Muhammadiyah_khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).
Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad, karena
berasal dari kata Muhammad, kemudian mendapatkan ya nisbiyah, sedangkan secara
terminologi berarti gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid,
bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Berkaitan dengan latar belakang berdirinya
Muhammadiyah secara garis besar faktor penyebabnya adalah pertama,
faktor subyektif adalah hasil pendalaman KH. Ahmad Dahlan terhadap al-Qur’an
dalam menelaah, membahas dan mengkaji kandungan isinya. Kedua, faktor
obyektif di mana dapat dilihat secara internal dan eksternal. Secara
internal ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya al-Qur’an dan
as-Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagiab besar umat Islam
Indonesia.
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi
munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah
berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi
aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan
yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif.
Dengan mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat mewujudkan atau
mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan lil-’alamin dalam kehidupan di
muka bumi ini.
Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-Qur’an
dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan
aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala
bidang, sehingga menjadi rahmatan li al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia
kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang
diridhai Allah swt dalam kehidupan di dunia ini.
Misi Muhammadiyah adalah:
1.
Menegakkan keyakinan tauhid yang
murni sesuai dengan ajaran Allah swt yang dibawa oleh Rasulullah yang
disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad saw.
2.
Memahami agama dengan menggunakan
akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan
persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.
3.
Menyebarluaskan ajaran Islam yang
bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia
sebagai penjelasannya.
4.
Mewujudkan amalan-amalan Islam
dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Lihat Tanfidz Keputusan
Musyawarah Wilayah ke-39 Muhammadiyah Sumatera Barat tahun 2005 di Kota
Sawahlunto
B.
Sejarah Berdirinya
Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di kampung kauman Yogyakarta
pada 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan 18 November 1912 M oleh KH. Ahmad
Dahlan. Muhammadiyah sendiri dikenal sebagai salah satu gerakan yang
menghembuskan nilai-nilai tajdid (pembaruan) pemikiran Islam juga bergerak di
berbagai bidang kehidupan umat. Nama Muhammadiyah sendiri diambil dari nama
Nabiyullah Muhammad –shalllahu ‘alaihi wasallam- dan ditambah dengan “ya’
nisbah”. Maksudnya secara perseorangan, siapa saja yang menjadi warga dan
anggota Muhammadiyah dapat menyesuaikan dengan pribadi Nabi Muhammad –shallahu
‘alaihi wasallam-.
Dari
beberapa sumber yang penulis dapatkan, ada beberapa hal yang melatar belakangi
berdirinya Muhammadiyah, antara lain:
1.
Sosok
seorang Muhammad Darwis (nama kecil KH. Ahmad Dahlan)
Sejak kecil beliau memang telah dikenal
sebagai seorang yang cerdas dan mempunyai nilai spiritual yang tinggi. Hal itu
tercermin ketika beliau dengan tegas dan berani membenarkan arah kiblat yang
tadinya menghadap kearah barat, juga ketika beliau sempat berguru kepada
kyai-kyai yang ada di tanah Jawa untuk menuntut ilmu,
2.
Situasi
negara Indonesia yang masih berada dalam masa pemerintahan colonial Belanda
Faktor yang satu ini juga tak bisa
dipungkiri untuk menjadi salah satu faktor terpenting dalam kacamata historis
kelahiran Muhammadiyah. Sudah sangat mafhum jika suatu penjajah masuk selain
menjajah tentunya ingin memasukkan budaya-budaya mereka juga, tak terkecuali
tujuan utama mereka yaitu gold (emas), glory (kemenangan) dan gospel (agama).
Tidak hanya itu, perlu diketahui bersama bahwasanya mayoritas yang
memperjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan adalah umat Islam, dalam hal ini
Muhammmadiyah sebagai organisasi Islam tentunya terdorong untuk mewujudkan hal
tersebut,
3.
Realitas
sosio-agama di Indonesia
Jika kita mengkaji sifat dakwah
Muhammadiyah tentunya akan kita temukan dua hal, yang pertama kedalam dan yang
kedua keluar. Maksud dari yang pertama adalah dakwah kepada umat Islam itu
sendiri. Bagaimana? Yaitu dakwah yang bersifat purifikasi (pemurnian) dari
hal-hal yang menyimpang, seperti TBC (Tahayul, Bid’ah, Churafat. Baca: Khurafat).
Mengingat masyarakat jawa pada umumnya dan Jogja pada khususnya pada waktu itu
yang masih kental sekali pengaruhnya oleh budaya Islam kejawen, sedangkan
maksud dari yang kedua adalah dakwah kepada mereka yang non islam dengan adanya
ajakan dan seruan kepada Islam
4.
Realitas
sosio-pendidikan
Dimaksudkan dalam hal ini adalah kondisi
pendidikan negara Indonesia pada waktu itu (mungkin hingga kini) yang masih
sangat memprihatinkan, dengan adanya dikotomi strata sosial menjadikan penduduk
pribumi kurang layak untuk mendapatkan pendidikan yang selayaknya. Tidak hanya
berhenti sampai disitu, keinginan kuat KH. Ahmad Dahlan untuk memaju dan
mengentaskan masyarakat dari belenggu keterbodohan dan ketertinggalan dengan
mengadopsi atau istilah tepatnya menggabungkan antara materi pelajaran agama
dengan umum, walaupun hal tersebut belum mendapatkan apresiasi yang baik dari
masyarakat kauman pada waktu itu.
C.
Muhammadiyah dalam Organisatoris
Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi masyarakat
yang bergerak dalam berbagai bidang kemasyarakatan, mulai dari kesehatan,
pendidikan, sosial, budaya dan lain-lain. Tak bisa dipungkiri bahwa keberadaan
Muhammadiyah yang semakin berkembang ini menunjukkan sikap Muhammadiyah yang
semakin dewasa dan terstuktur secara rapih. Dengan adanya ranting-ranting
Muhammadiyah di perkampungan dan pedesaan diharapkan Muhammadiyah bisa menjadi
solving problem bagi umat. Begitu pula dengan cabang-cabang Muhammadiyah di
tingkat kecamatan yang membawahi ranting-ranting dan daerah-daerah Muhammadiyah
ditingkat kabupaten yang membawahi cabang-cabang hingga wilayah-wilayah
Muhammadiyah ditingkat wilayah yang menaungi daerah-daerah dibantu dengan
majelis-majelis, lembaga-lembaga.
Begitu sistematis, rapih dan dewasa Muhammadiyah
telah mengabdikan dirinya untuk umat. Apakah samapai disitu? Saya katakan
“Tidak berhenti sampai di situ saja”, Muhammadiyah juga mewadahi bagi kadernya
yang ingin berkreasi melalui ortom-ortomnya. Di dunia pelajar terdapat Ikatan
Remaja Mumhammadiyah yang sekarang kembali menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah,
mahasiswa dengan Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyahnya, pemuda dengan Pemuda Muhammadiyah, kepanduan dengan Hizbul
Wathannya, pencak silat dengan Tapak Sucinya, keputrian terdapat Nasyiatul ‘Aisyiyah
dan ‘Aisyiyahnya.
Adapun badan pembantu pimpinan meliputi
majelis-majelis dan lembaga-lembaga dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan
masing-masing pimpinan.
D.
Muhammadiyah dalam Aspek Ideologis
Dalam aspek yang terakhir ini, kita akan mengenal
lebih dekat Muhammadiyah melalui dua landasan, yaitu landasan normatif dan
operasional. Akan tetapi sbelum kita mengarah jauh ke arah sana, penulis akan
menerangkan terlebih dahulu tentang identitas perjuangan Muhammadiyah.
1.
Identitas Perjuangan Muhammadiyah.
Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi munkar tentunya mempunyai
pedoman hidup yaitu al-Qr’an dan as-Sunnah, sebagaimana yang tercantum dalam
Anggaran Dasar Muhammadiyah. Namun pada dataran praktiknya Muhammadiyah tidak
hanya sebagai garakan Islam dan dakwah melainkan pula sebagai gerakan tajdid.
2.
Landasan Normatif
Muhammadiyah.
Landasan Normatif bagi
pelaksanaan dan aktivitas meliputi tiga hal ;
a.
Muqaddimah Anggaran
Dasar Muhammadiyah (MADM)
MADM sendiri memuat
tujuh pokok pikiran, yaitu;
1)
Pertama, hidup manusia
harus berdasar Tauhid Allah, bertuhan dan beribadah serta tunduk dan taat hanya
kepada Allah.
2)
Kedua, hidup bermasyarakat
merupakan sunnatullah.
3)
Ketiga, hanya dengan
hukum Allah tata kehidupan sosial dapat berjalan dan berkembang secara positif.
4)
Keempat, penempatan
Islam sebagai sumber hukum tertinggi merupakan kewajiban manusia.
5)
Kelima, agama Islam
adalah agama seluruh utusan Allah, yang mana pengamalannya dengan ittiba’
Rasul.
6)
Keenam, organisasi
merupakan alat realisasi ajaran Islam dalam hidup sosial.
7)
Ketujuh, tujuan dan
cita-cita hidup Muhammadiyah adalah terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur,
yang diridhai Allah –subhanahu wa ta’ala-
8)
Kepribadian
Muhammadiyah.
Kepribadian adalah ciri
dan sifat-sifat khas Muhammadiyah yang merupakan manifestasi dari jiwa dan
semangat Muhammadiyah. Matan rumusan Kepribadian Muhammadiyah meliputi empat
hal:
a)
Apakah Muhammadiyah
itu?
b)
Dasar Amal Usaha
Muhammadiyah.
c)
Pedoman Amal Usaha dan
Perjuangan Muhammadiyah.
d)
Sifat Muhammadiyah.
e)
Matan Keyakinan dan
Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM)
MKCH sendiri memuat tiga hal pokok yang sebelumnya memuat lima hal yang ditetapkan dalam sudang tanwir di Ponorogo pada tahun 1969 yang kemudian direvisi pada tanwir di Yogyakarta pada tahun 1970 :
MKCH sendiri memuat tiga hal pokok yang sebelumnya memuat lima hal yang ditetapkan dalam sudang tanwir di Ponorogo pada tahun 1969 yang kemudian direvisi pada tanwir di Yogyakarta pada tahun 1970 :
·
Pertama, mengandung
pokok-pokok persoalan yang bersifat ideologis, seperti keyakinan bahwa Islam
adalah agama yang benar disisi Allah yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya
sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa hingga Nabi pemutup, Muhammad
–shallahu ‘alaihi wa sallam-.
·
Kedua, mengandung
persoalan menganai faham agama menurut Muhammadiyah; Muhammadiyah mengamalkan
ajaran agama Islam berdasarkan al-qur’an dan as-Sunnah. Muhammadiyah bekerja
untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang: aqidah,
akhlak, ibadah, mu’amalat duniawiyah.
Ketiga, mengenai fungsi dan misi Muhammadiyah dalam masyarakat Negara Republik Indonesia.
Ketiga, mengenai fungsi dan misi Muhammadiyah dalam masyarakat Negara Republik Indonesia.
3.
Landasan Operasional
Muhammadiyah.
Landasan
operasional merupakan pijakan bagi persyarikatan Muhammadiyah dalam menjalankan
aktivitas-aktivitasnya guna mencapai maksud dan tujuan.
Adapun landasan operasional
Muhammadiyah meliputi:
a.
AD/ART Muhammadiyah,
yang mencakup 17 subsisterm yang terdapat dalam pasal
b.
Khittah Perjuangan Muhammadiyah,
yang di dalamnya meliputi :
1)
Hakekat Muhammadiyah,
2)
Muhammadiyah dan
Masyarakat,
3)
Muhammadiyah dan
Politik,
4)
Muhammadiyah dan
Ukhuwah Islamiyah dan
5)
Dasar Program
Muhammadiyah.
6)
Visi dan Misi
Muhammadiyah.
c.
Keputusan-keputusan
Muhammadiyah.
E.
Muhammadiyah Sebagai Organisasi Otonom
1.
Gambaran
Umum
Organisasi
Otonom Muhammadiyah ialah organisasi atau badan yang dibentuk oleh
Persyarikatan Muhammadiyah yang dengan bimbingan dan pengawasan, diberi hak dan
kewajiban untuk mengatur rumah tangga sendiri, membina warga Persyarikatan
Muhammadiyah tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu pula dalam rangka
mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah.
2.
Struktur
dan Kedudukan
Organisasi
Otonom (Ortom) Muhammadiyah sebagai badan yang mempunyai otonomi dalam mengatur
rumah tangga sendiri mempunyai jaringan struktur sebagaimana halnya dengan
Muhammadiyah, mulai dari tingka pusat, tingkat propinsi, tingkat kabupaten,
tingkat kecamatan, tingkat desa, dan kelompok-kelompok atau jama’ah – jama’ah.
a.
Organisasi otonom Muhammmadiyah
dibentuk di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah jika memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1)
Mempunyai fungsi khusus dalam
Persyarikatan Muhammadiyah
2)
Mampunyai Potensi dan ruang
lingkup nasional
3)
Merupakan kepentingan
Persyarikatan Muhammadiyah
b.
Pembentukan Ortom Muhammadiyah
ditetapkan oleh Tanwir Muhammadiyah (Lembaga Permusyawaratan Tertinggi setelah
Muktamar Muhammadiyah) dan dilaksanakan dengan Keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Adapun tujuan pembentukan Ortom Muhammadiyah adalah sebagai
berikut:
1)
Efisiensi dan efektifitas
Persyarikatan Muhammadiyah
2)
Pengembangan Persyarikatan
Muhammadiyah
3)
Dinamika Persyarikatan
Muhammadiyah
4)
Kaderisasi Persyarikatan
Muhammadiyah
3.
Hak dan
Kewajiban
Dalam
kedudukannya sebagai organisasi otonom yang mempunyai kewenangan mengatur rumah
tangga sendiri, Ortom Muhammadiyah mempunyai hak dan kewajiban dalam
Persyarikatan Muhammadiyah.
a.
Kewajiban Organisasi Otonom
Muhammadiyah ialah sebagai berikut :
1)
Melaksanakan Keputusan
Persyarikatan Muhammadiyah
2)
Menjaga nama baik Persyarikatan
Muhammadiyah
3)
Membina anggota-anggotanya
menjadi warga dan anggota Persyarikatan Muhammadiyah ynag baik
4)
Membina hubungan dan kerjasama
yang baik dengan sesama ortom
5)
Melaporkan kegiatan-kegiatannya
kepada pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah
6)
Menyalurkan anggota-anggotanya
dalam kegiatan gerak dan amal usaha Persyarikatan Muhammadiyah sesuai dengan
bakat, minat dan kemampuannya.
b.
Adapun hak yang dimiliki oleh
Ortom Muhammadiyah ialah sebgai berikut :
1)
Mengelola urusan kepentingan,
aktivitas dan amal usaha yang dilakukan organisasi otonomnya
2)
Berhubungan dengan organisasi/
Badan lain di luar Persyarikatan Muhammadiyah
3)
Memberi saran kepada
Persyarikatan Muhammadiyah baik diminta atau atas kemauan sendiri
4)
Mengusahakan dan mengelola
keuangan sendiri.
4.
Organisasi
Otonom dalam Persyarikatan Muhammadiyah
Ortom dalam
Persyarikatan Muhammadiyah mempunyai karakteristik dan spesifikasi bidang
tertentu. Adapun Ortom dalam Persyarikatan Muhammadiyah yang sudah ada ialah
sebagai berikut :
a.
Aisyiyah
b.
Pemuda Muhammadiyah
c.
Nasyiyatul Aisyiyah
d.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
e.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
f.
Tapak Suci
Putra Muhammadiyah
g.
Hizbul Wathan
F.
Struktur Organisasi Muhammadiyah
a.
Pimpinan Pusat
b.
Pimpinaan Wilayah
c.
Pimpinaan Daerah
d.
Pimpinan Cabang
e.
Pimpinan Ranting
f.
Jama'ah Muhammadiyah
1)
Majelis Tarjih dan Tajdid
2)
Majelis Tabligh
3)
Majelis Pendidikan Tinggi
4)
Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah
5)
Majelis Pendidikan Kader
6)
Majelis Pelayanan Sosial
7)
Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
8)
Majelis Pemberdayaan Masyarakat
9)
Majelis Pembina Kesehatan Umum
10)
Majelis Pustaka dan Informasi
11)
Majelis Lingkungan Hidup
12)
Majelis Hukum Dan Hak Asasi
Manusia
13)
Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
1)
Lembaga Pengembangan Cabang dan
Ranting
2)
Lembaga Pembina dan Pengawasan
Keuangan
3)
Lembaga Penelitian dan
Pengembangan
4)
Lembaga Penanganan Bencana
5)
Lembaga Zakat Infaq dan Shodaqqoh
6)
Lembaga Hikmah dan Kebijakan
Publik
7)
Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
8)
Lembaga Hubungan dan Kerjasama
International
a.
Aisyiyah
b.
Pemuda Muhammadiyah
c.
Nasyiyatul Aisyiyah
d.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
e.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
f.
Hizbul Wathan
g.
Tapak Suci
G.
Matan
Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
1.
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam
dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada
Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat
utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi
manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
2.
Muhammdiyah berkeyakinan bahwa
Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam,
Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW,
sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan
menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.
3.
Muhammadiyah dalam mengamalkan
Islam berdasarkan:
a.
Al-Qur'an: Kitab Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;
b.
Sunnah Rasul: Penjelasan dan
palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur'an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW
dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
4.
Muhammadiyah bekerja untuk
terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang:
a.
'Aqidah
Muhammadiyah bekerja untuk
tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah
dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
b.
Akhlak
Muhammadiyah bekerja untuk
tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran
Al-Qur'an dan Sunnah rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia
c.
Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk
tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan
perubahan dari manusia.
d.
Muamalah Duniawiyah
Muhammadiyah bekerja untuk
terlaksananya mu'amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat)
dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini
sebagai ibadah kepada Allah SWT
5.
Muhammadiyah mengajak segenap
lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air
yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik
Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk
berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi
Allah SWT:
"BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR"
"BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR"
(Keputusan Tanwir Tahun 1969 di
Ponorogo)
Catatan:
Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah:
a.
Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di
Yogyakarta;
b.
Disesuaikan dengan Keputusan
Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta.
Lambang Organisasi
![]() |
Bentuk Lambang
Lambang persyarikatan berbentuk matahari yang memancarkan duabelas
sinar yang mengarah ke segala penjuru dengan sinarnya yang putih bersih
bercahaya. Di tengah-tengah matahari terdapat tulisan dengan huruf Arab :
Muhammadiyah. Pada lingkaran yang mengelilingi tulisan huruf Arab berwujud
kalimat syahadat tauhid : asyhadu anal ila,ha illa Allah (saya
bersaksi bahwasannya tidak ada Tuhan kecuali Allah); di lingkaran sebelah
atas dan pada lingkaran bagian bawah tertulis kalimat syahadat Rasul : wa
asyhadu anna Muhammaddar Rasulullah (dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
utusan Allah). Seluruh Gambar matahari dengan atributnya berwarna putih dan
terletak di atas warna dasar hijau daun.
Arti Lambang
· Matahari merupakan titik pusat dalam tata surya
dan merupakan sumber kekuatan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Jika
matahari menjadi kekuatan cikal bakal biologis, Muhammadiyah diharapkan dapat
menjadi sumber kekuatan spiritual dengan nilai-nilai Islam yang berintikan
dua kalimat syahadat.
· Duabelas sinar matahari yang memancar ke seluruh
penjuru diibaratkan sebagai tekad dan semagat warga Muhammadiyah dalam
memperjuangkan Islam, semangat yang pantang mundur dan pantang menyerah
seperti kaum Hawari (sahabat nabi Isa yang berjumlah 12)
· Warna Putih pada seluruh gambar matahari
melambangkan kesucian dan keikhlasan
· Warna Hijau yang menjadi warna dasar melambangkan
kedamaian dan dan kesejahteraan.
|
Warna Organisasi
|
Hijau Daun
|
Lagu
|
Mars Sang Surya
|
H.
Lahirnya Muhammadiyah di
daerah ( Minang Kabau )
Organisasi Muhammadiyah pada mulanya didirikan pada tanggal 18 Nopember
1912 M atau bertepatan dengan 13 Zulhijah 1330 H di Yogyakarta oleh KH Ahmad
Dahlan. Dasar pendiriannnya adalah untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai
dengan Al Qur’an dan sunnah karena pada masa itu praktek agama Islam telah
bercampur dengan tahyul bida’ah dan
churafat atau yang dikenal dengan penyakit TBC.
Organisasi ini kemudian dibawa ke Minangkabau oleh Buya AR Sutan Mansur
yang kemudian menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama dengan adik
iparnya yaitu Buya Hamka atas restu dari Inyiak DR atau Syeikh Abdul Karim
Amrullah. Bukittinggi pernah menjadi tuan rumah Kongres Muhammadiyah yang juga
dihadiri oleh Nyai Ahmad Dahlan, isteri KH Ahmad Dahlan sendiri.
Di Tanjung Alam, pendirian Muhammadiyah juga menghadapi tantangan yang
sangat berat mengingat pada masa itu umumnya masyarakat khawatir kehadiran
organisasi Muhammadiyah akan memecah belah “ukhuwah islamiyah” dan persatuan
masyarakat Tanjung Alam. Terlepas dari pro dan kontra, akhirnya Muhammadiyah
berdiri tahun 1974 yang didirikan oleh Nazaruddin Sutan Muntiko Basa sebagai
ketua pertama dan Nasrul Sutan Sati sebagai bendahara. Pada waktu pendiriannya
di TK Perpeta Tanjung Alam juga dihadiri oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah IV
Angkat Candung yaitu Ustadz H. Nazir Nurdin, Angku Khatib Masjid Nurul Huda
Tanjung Alam, Angku Hadjam Hakim dan lain-lain. Salah seorang warga suku Pili
Tanjung Alam yaitu Haji Mukhtar kemudian mewakafkan tanahnya yang
terletak di depan Masjid Nurul Huda untuk digunakan bagi pendirian gedung
Muhammadiyah.
Sepeninggal Nazaruddin Sutan Muntiko Basa pada tahun 1986, Pimpinan
Muhammadiyah Ranting Tanjung Alam diketuai oleh Ripin Sutan Pono Ameh.
Organisasi ini menjalankan kegiatannya seperti menyantuni fakir miskin dan
anak-anak yatim, membuka madrasah, koperasi simpan pinjam, memberikan pengajian
rutin mingguan dan didikan subuh anak-anak dan didikan Shalat Tarawih pada
bulan suci Ramadhan.
Organisasi ini kemudian cukup berkembang sehingga seringkali didatangi oleh
berbagai pimpinan Muhammadiyah baik dari Wilayah Sumatera Barat maupun dari
daerah lain seperti Bangkinang. Sementara itu berbagai kegiatan yang
dilaksanakan tersebut juga telah berhasil tidak hanya menjangkau masyarakat
Tanjung Alam tetapi juga di jorong lain seperti Tanjung Medan, Batang Buo dan
Pilubang serta mencetak generasi muda yang memiliki kesadaran beragama yang
cukup tinggi. Salah satu keberhasilan yang dilakukan oleh gerakan Muhammadiyah
adalah menanamkan kesadaran beragama terhadap generasi muda khususnya yang
menempuh pendidikan sekuler. Sebelumnya kegiatan keagamaan hanya didominasi
oleh tamatan sekolah agama seperti Thawalib Padang Panjang.
Disamping itu, pendidikan agama yang dikelola oleh Muhammadiyah
memperkenalkan system yang lebih modern seperti menggunakan meja tulis yang
dulunya hanya memakai system halakah dan kurikulum yang diajarkan tidak hanya
pendidikan agama semata-mata namun juga memperkenalkan ilmu dunia lainnya
seperti bahasa Inggris, tata boga, keorganisasian, managemen dan
Kemuhammadiyahan. Dalam waktu tertentu juga dilaksanakan kursus dan pelatihan
seperti: Leadership (kepemimpinan), Training Keorganisasian, Darmawisata dan
lain-lain.
Sejak meninggalnya Nasrul Sutan Sati pada tahun 1989 dalam suatu kecelakaan
lalu lintas di Lubuk Alung, jurang komunikasi yang semula sangat lebar dengan
pihak Nagari Tanjung Alam mulai dibenahi oleh pengurusnya berikutnya dibawah
pimpinan H. Muhardi Radjab, SH. Tidak beberapa lama kemudian, Madrasah
Ibtidayah Muhammadiyah (MIM) yang dibina Muhammadiyah Ranting Tanjung Alam
disepakati sebagai pengganti Tampat Pendidikan Al Quran (TPA) Perpeta sehingga
pelaksanaan Khatam Al Quran murid MIM mulai diselenggarakan oleh pihak Nagari.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sejak didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan
pada tahun 1912, Muhammadiyah terus berkembang begitu pesatnya hingga kini. Hal
tersebut bisa kita jumpai mulai dari berbagai kajian dari tingkat ranting
hingga tingkat pusat, juga adanya berbagai amal usaha, lembaga-lembaga,
ortom-ortom yang bernaung di bawah organisasi yang usianya hampir satu abad ini
telah menyebar di seluruh pelosok tanah air.
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad
SAW. sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar belakang KH Ahmad Dahlan
memilih nama Muhammadiyah yang pada masa
itu sangat asing bagi telinga masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin
tahu dari masyarakat, sehingga ada celah untuk memberikan penjelasan dan
keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan
Rasulullah SAW.
B.
Saran - saran
1.
Jangan dijadikan
sebuah perbedaan menjadi sebuah pemecah, Allah SWT menciptakan semua perbadaan
dengan tujuan untuk saling melengkapi, bersatu dan mendukung.
2.
Muhammadiyah
organisasi yang terbuka bahkan siap membangun bangsa dan negara,
Daftar Pustaka
http://pcimlibya.wordpress.com/2009/05/15/mengenal-muhammadiyah-lebih-dekat/