Senin, 21 November 2011

kelainan konginetal


 Oleh : Windra Bangun  S

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kelainan Konginental
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alamu terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.

B.     Angka Kejadian Kelainan Konginental
Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Sebaliknya dengan kermajuan tehnologi kedokteran,kadang- kadang suatu kelainan kongenital telah diketahui selama kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital besar pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital ditempat lain.
Angka kejadian kelainan kongenital yang besar berkisar 15 per 1000 kelahiran angka kejadian ini akan menjadi 4-5% biIa bayi diikuti terus sampai berumur 1 tahun. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (I975-1979), secara klinis ditemukan angka kejadian kelainan kongenital sebanyak 225 bayi di antara 19.832 kelahiran hidup atau sebesar 11,61 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Rumah Sakit Dr. Pirngadi, Medan (1977-1980) sebesar 48 bayi (0,33%) di antara 14.504 kelahiran bayi dan di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada (1974-1979) sebesar 1.64 dari 4625 kelahiran bayi.

C.    Faktor Penyebab Kelainan Konginental
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embryonal dan fetaI dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.
Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain:
C.1 Kelainan Genetik dan Khromosom.
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif.
Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Berikut nama penyakit jumlah kromosom.
1)        Sindrom turner 2n-1 ( monosomi ) Wanita dengan perkembangan sex terhambat, payudara tidak tumbuh, bertubuh pendek,mandul
2)        Sindrom klinefelter 2n+ 1 ( trisomi) Laki- laki dengan kecenderungan seperti wanita, payudara tumbuh, testis tidak tumbuh, dan mental terbelakang
3)        Sindrom patau 2n+ 1 ( trisomi )
Pada autosom no. 13, 14, 15 Tanda kelainan jarang ditemukan karena pada umumya penderita mati setelah beberapa jam atau hari dilahirkan
4)        Sindrom down 2n+ 1 ( trisomi )
Pada autosom no. 21 Tubuh pendek, terbelakang mental, mata sipit, lidah tebal
5)        Sindrom edwards 2n+ 1 ( trisomi ) Wanita normal tetapi ciri- ciri sekunder wanita tidak berkembang, ada yang schizoprenia
C.2 Faktor mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot)
C.3 Faktor infeksi.
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ rubuh. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
C.4 Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
C.5 Faktor umur ibu
Telah diketahui bahwa mongoIisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan yang ditemukan ialah 1: 5500 untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk kelompok ibu berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40 - 44 tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.
C.6 Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal
C.7 Faktor radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
C.8 Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian &elainan kongenital.
C.9 Faktor Kelainan Metabolisme
Kelainan struktur atau kelainan metabolisme terjadi akibat:
    hilangnya bagian tubuh tertentu
    kelainan pembentukan bagian tubuh tertentu
    kelainan bawaan pada kimia tubuh.
Kelainan struktur utama yang paling sering ditemukan adalah kelainan jantung, diikuti oleh spina bifida dan hipospadia. Kelainan metabolisme biasanya berupa hilangnya enzim. Contoh dari kelainan metabolisme adalah penyakit Tay-Sachs (penyakit fatal pada sistem saraf pusat) dan fenilketonuria.
C.0 Penyebab lain
Dari kelainan bawaan penyebab lainya adalah : tidak sempurnanya pembentukan enzim. Kelainan ini berbahaya bahkan bisa berakibat fatal, tetapi biasanya tidak menimbulkan gangguan yang nyata pada anak.

D.    Sign & Symptoms
Kelainan bawaan menyebabkan gangguan fisik atau mental atau bisa berakibat fatal. Terdapat lebih dari 4.000 jenis kelainan bawaan, mulai dari yang ringan sampai yang serius, dan meskipun banyak diantaranya yang dapat diobati maupun disembuhkan, tetapi kelainan bawaan tetap merupakan penyebab utama dari kematian pada tahun pertama kehidupan bayi.
Beberapa kelainan bawaan ( konginental ) yang seringditemukan :
D.1 Celah bibir atau langit-langit mulut (sumbing)
Terjadi jika selama masa perkembangan janin, jaringan mulut atau bibir tidak terbentuk sebagaimana mestinya.
Bibir sumbing adalah suatu celah diantara bibir bagian atas dengan hidung. Langit-langit sumbing adalah suatu celah diantara langit-langit mulut dengan rongga hidung.
D.2 Defek tabung saraf
Terjadi pada awal kehamilan, yaitu pada saat terbentuknya bakal otak dan korda spinalis. Dalam keadaan normal, struktur tersebut melipat membentuk tabung pada hari ke 29 setelah pembuahan. Jika tabung tidak menutup secara sempurna, maka akan terjadi defek tabung saraf.
Ada dua macam defek tabung saraf yang paling sering ditemukan:
    Spina bifida, terjadi jika kolumna spinalis tidak menutup secara sempurna di sekeliling korda spinalis.
    Anensefalus, terjadi jika beberapa bagian otak tidak terbentuk.
D.3 Kelainan jantung
Kelainan yang misal terjadi :
    Defek septum atrium dan ventrikel (terdapat lubang pada dinding yang meimsahkan jantung kiri dan kanan)
    Patent ductus arteriosus (terjadi jika pembuluh darah yang penting pada sirkulasi janin ketika masih berada di dalam rahim; setelah bayi lahir, tidak menutup sebagaimana mestinya)
    Stenosis katup aorta atau pulmonalis
    Koartasio aorta (penyempitan aorta)
    Transposisi arteri besar (kelainan letak aorta dan arteri pulmonalis)
    Sindroma hipoplasia jantung kiri (bagian jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh tidak terbentuk sempurna)
    Tetralogi Fallot (terdiri dari stenosis katup pulmonalis, defek septum ventrikel, transposisi arteri besar dan hipertrofi ventrikel kanan).
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperan dalam terjadinya kelainan jantung bawaan (misalnya obat anti-kejang fenitoin, talidomid dan obat kemoterapi). Penyebab lainnya adalah pemakaian alkohol, rubella dan diabetes selama hamil
D.4 Cerebral palsy
Biasanya baru diketahui beberapa minggu atau beberapa bulan setelah bayi lahir, tergantung kepada beratnya kelainan.
D.5 Clubfoot
Istilah clubfoot digunakan untuk menggambarkan sekumpulan kelainan struktur pada kaki dan pergelangan kaki, dimana terjadi kelainan pada pembentukan tulang, sendi, otot dan pembuluh darah.
D.6 Dislokasi panggul bawaan
Terjadi jika ujung tulang paha tidak terletak di dalam kantung panggul.
D.7 Hipotiroidisme kongenital
Terjadi jika bayi tidak memiliki kelenjar tiroid atau jika kelenjar tiroid tidak terbentuk secara sempurna.
D.8 Fibrosis kistik
Penyakit ini terutama menyerang sistem pernafasan dan saluran pencernaan. Tubuh tidak mampu membawa klorida dari dalam sel ke permukaan organ sehingga terbentuk lendir yang kental dan lengket.
D.9 Defek saluran pencernaan
Saluran pencernaan terdiri dari kerongkongan, lambung, usus halus dan usus besar, rektum serta anus.
Diantaranya adalah:
    Atresia esofagus (kerongkongan tidak terbentuk sempurna)
    Hernia diafragmatika
    Stenosis pilorus
    Penyakit Hirschsprung
    Gastroskisis dan omfalokel
    Atresia anus
    Atresia bilier
D.10 Sindroma Down
Merupakan sekumpulan kelainan yang terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dengan kelebihan kromosom nomor 21 pada sel-selnya. Mereka mengalami keterbelakangan mental dan memiliki wajah dan gambaran fisik lainnya yang khas; kelainan ini sering disertai dengan kelainan jantung.







E.     Kelainan konginental dan Kelainan Keturunan
Kelainan keturunan/herediter tidaklah sama dengan kelainan bawaan lahir (kongenital). Kelainan kongenital adalah kelainan yang dapat dijumpai pada saat lahir dan belum tentu merupakan kelainan keturunan (herediter). Contohnya kelainan jantung bawaan, bibir sumbing, celah langit-langit dan lain-lain.
Sedang kelainan keturunan/kelainan herediter adalah kelainan yang dapat diwariskan pada keturunannya. Contohnya buta warna, hemofilia, thallasemia, sindroma down translokasi
Timbulnya kelainan keturunan/herediter, tidak lepas dari sifat dan perilaku gen sebagai pembawa berbagai macam informasi genetik tersebut. Gen inilah yang membawa informasi bagaimana bentuk hidung, warna kulit (kuning, hitam atau coklat), jenis rambut (lurus, keriting, atau ikal), kecenderungan untuk menderita penyakit tertentu dan lain-lain yang kesemuanya ini membentuk fenotip.
Fenotip seseorang dapat mirip ibu, ayah ataupun campuran keduanya. Hal ini tergantung dari ekspresi gennya. Gen yang kuat dalam istilah genetika disebut gen dominan sedang gen yang lemah disebut gen resesif. Dalam pembentukan fenotip, ada gen yang tak berdiri sendiri namun dipengaruhi lingkungan. Bila lingkungan yang ada sampai mengubah fungsi gen, ini yang disebut mutasi gen, dan mutasi gen ini akan diwariskan ke generasi berikutnya. Penyebab mutasi gen ini bisa beragam. Dari sinar radioaktif, zat kimia, infeksi bakteri hingga virus.
Seseorang yang memiliki gen dominan akan menampakkan keadaan dominan tersebut, sehingga mudah diketahui, dan usaha pencegahan penyakitnya juga lebih mudah.
Penyakit gen resesif lebih merupakan masalah karena seorang yang memiliki gen resesif merupakan pembawa (carrier) dan tak menampakkan penyakitnya. Dengan demikian, tanpa disadari ia akan terus menyebarkan gen resesif pada keturunannya. Bila terjadi perkawinan antarsesama carrier untuk suatu penyakit resesif, barulah dapat muncul gejala penyakit tersebut, sehingga perkawinan antardua orang yang berhubungan keluarga, akan memperbesar risiko pemunculan penyakit genetik.
Bila seseorang memiliki penyakit gen dominan menikah dengan orang normal, maka tiap anak memiliki kemungkinan 50 persen untuk mewarisi gen dominan tersebut. Dan bila seseorang memiliki penyakit gen resesif menikah dengan orang normal, maka seluruh anaknya akan mewarisi gen resesif tetapi mereka hanya menjadi pembawa gen.
Bila seorang pembawa gen resesif menikah dengan penderita kelainan yang sama maka tiap anak memiliki kemungkinan persen untuk menderita kelainan dan persen untuk menjadi pembawa.

kasus kejiwaan masyarakat


KASUS KEJIWAAN DI TENGAH
MASYARAKAT BUDAYA


Disusun Sebagai Dasar Presentasi










Disusun oleh:
WINDRA BANGUN  S 

PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang unik. Dari setiap sisi dari tubuh manusia menjadi sebuah hal yang menarik untuk dipelajari. Kita juga mengenal berbagai sistem organ yang mempunyai peran yang sangat penting sesuai dengan peran fungsinya. Namun disamping kita mengetahui peran fisik juga kesehatan akan tubuh manusia, perlu diketahui bahwa manusia memiliki dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Kedua unsur ini harus seimbang, dan jika ada salah satu unsur tidak seimbang atau berat sebelah maka akan jadi sebuah masalah. Misalnya orang dengan fisik yang sempurna namun ternyata menderita sakit tetapi bkan di fisik melainkan di jiwa. Hal ini membuktikan bahwa kesehatan jiwa juga sangat penting untuk di perdalam dan diperhatikan.

B.     Rumusan Masalah
    Apa yang dimaksud dengan kesehatan jiwa ?
    Apa arti gangguan jiwa ?
    Faktor apa saja yang dapat menyebabkan gangguan jiwa ?
    Apa pengertian depresi ?
    Bagaimana pandangan masyarakat terhadap gangguan jiwa ?

C.    Tujuan
Dengan membaca makalah ini diharapkan kita mengetahui lebih banyak akan pentingnya kesehatan jiwa dan tau bagaimana tindakan yang sebaiknya kita lakukan melihat kondisi budaya kita yang menganggap bahwa itu merupakan aib.

D.    Sistematika penulisan
Makalah ini tersusun atas BAB I PENDAHULUAN yang tersusun atas Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Sistematika Penulisan; BAB II PEMBAHASAN Terdiri dari Sekilas Kesehatan Jiwa, Klasifikasi gangguan Jiwa, Faktor yang mempengaruhi kejiwaan, Depresi, Contoh Kasus Kejiwaan, BAB III PENUTUP Terdiri dari Kesimpulan dan Daftar Pustaka.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sekilas Kesehatan Jiwa
Untuk memahami masalah gangguan kejiwaan pada manusia maka perlu di pahami definisi kesehatan jiwa. Menurut situs www.dinkes-dki.go.id, kesehatan jiwa  adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Definisi kesehatan jiwa tersebut sangat ideal sehingga jika definisi tersebut dijadikan patokan maka banyak dari kita yang masuk dalam kondisi tidak  sehat secara kejiwaan. Mengapa? Bukankah jika kita memiliki sifat iri hati maka kita sudah masuk dalam kondisi tidak sehat.
Gangguan jiwa juga  dapat diartikan sebagai adanya kondisi atau situasi kejiwaan yang negatif, menyebabkan perilaku, pikiran, dan perasaannya tidak sesuai dengan lingkungannya.

B.     Klasifikasi Gangguan Jiwa
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) menyusun klasifikasi gangguan kejiwaan  sebagai berikut:
·           Gangguan psikomatik (contoh: schizophrenia)
·           Gangguan cemas (contoh:panic attack, phobia)
·           Gangguan mood (contoh:bipolar mood, depression)
·           Gangguan amnestic (contoh: amnesia)
·           Gangguan dissosiatif (contoh: multiple personality)
·           Gangguan somatisasi (contoh : hipokondria, pain, conversion)
·           Gangguan tidur (contoh: insomnia, mimpi buruk)
·           Gangguan makan (contoh: obesitas, anorexia, nervosa, bulimia)
·           Gangguan seksual (contoh : premature ejaculation, dysparenia, vaginismus)
·           Gangguan impuls (contoh : kleptomania, pyromania)
·           Gangguan kepribadian (contoh: eksploitative, paranoia)
·           Gangguan ketergantungan zat (contoh : alcohol addict, heroin addict)
·           Gangguan factitious (contoh: munchausen)
·           Gangguan penyesuaian diri (contoh: adjustment disorder)

C.    Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Banyak gangguan kejiwaan yang muncul pada kehidupan manusia diawali oleh rendahnya kecerdasan emosi karena tidak mampu mengendalikan dorongan emosionalnya, membebani jiwa dengan pikiran, perasaan dan perbuatan yang terus menerus mengganggu kesehatan jiwa dan raga. Walaupun demikian ada beberapa gangguan kejiwaan karena faktor organis.

D.    Depresi
Menurut Gerbing (1990:548) dalam Psychology Boundaries & frontiers, Mood disorder may be characterized by a deep, forbidding depression, or a combination of depression and euphoria. In essence, the person with mood disorder is either deeply depressed or alternates between periods of depression and elation. Gangguan mood dapat dicirikan dengan depresi yang dalam, atau kombinasi dari depresi dan gembira yang berlebihan. Dengan kata lain individu dengan kelainan mood selain depresi yang mendalam dapat berupa periode elasi (keceriaan) dan depresi.
Menurut Patricia D. Barry (1998:302) dalam Mental Health and mental Ilness menjelaskan The affective mental disorders include those mental conditions that cause a change in a person’s mood (also known as affect) or emotional state for prolonged period of time. The changed emotional state may be depression, elation, or combination occuring in alternate cycles. Gangguan mental afektif (gangguan alam perasaan) meliputi kondisi mental yang menyebabkan perubahan alam perasaan seseorang (yang dikenal dengan afek) atau keadaan emosional dalam periode waktu yang panjang. Perubahan keadaan emosional tersebut dapat berupa depresi, kegembiraan atau kombinasi dari berbagai siklus (tipe).
Jadi : Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak semangat, perasaan tidak berharga, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, sampai munculnya ide menyendiri bahkan bunuh diri.

E.     Faktor Depresi
a)        Genetik factor
faktor genetik dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga atau keturunan. Hal ini disepakati bahwa faktor keturunan dan lingkungan memegang peranan penting dalam beberapa gangguan mood
b)        Agression Turned Inward Theory
Teori agresi menyerang ke dalam menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri. Menurut Sigmund Frud depresi adalah agresi yang diarahkan pada diri sendiri sebagai bagian dari nafsu bawaan yang bersipat merusak (insting agresif). Prosesnya terjadi akibat kehilangan atau perasaan ambivalen terhadap objek yang sangat dicintai. Klien merasa marah dan mencintai yang terjadi secara bersamaan dan hal ini tidak mampu untuk mengekspresikan kemarahannya sebab dianggap tidak tepat dan tidak rasional.
c)         Object loss theory ;
Teori kehilangan objek merujuk pada perpisahan traumatic individu dengan benda atau seseorang yang sangat berarti dalam fase membutuhkan seseorang yang memberikan rasa aman untuk lekatan (attachment). Dua isu penting dalam teori ini adalah ; Kehilangan dalam masa kanak-kanak sebagai faktor predisposisi terjadinya depresi pada masa dewasa dan perpisahan dalam kehidupan setelah dewasa yang menjadi faktor pencetus terjadinya stress.
d)        Personality organization Theory
Teori organisasi kepribadian menguaraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi system keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor. Pandangan lain dari depresi adalah memfokuskan pada varibel utama dari psikososial yaitu harga diri rendah. Konsep diri klien menjadi isu pokok. Ketika mengekspresikan kesedihan hati atau depresi atau over kompensasi.
e)         Cognitive model :
Model cognitive menyatakan bahwa depresi merupakan masalah cognitive yang didominasi oleh evaluasi negatif sesorang terhadap dirinya sendiri, dunia seseorang dan masa depannya. Berdasarkan teori ini adanya kejadian yang merugikan sebagai contoh : Seorang suami mengatakan “ia meninggalkan saya karena saya tidak mampu mencintainya, tanpa mempertimbangkan alternative lainnya sebagi penyebab misalnya; kepribadiannya yang tidak cocok, istrinya memiliki masalah sendiri, atau perubahan perasaan istrinya terhadap suami. Ia selalu memfokuskan pada kekurangan pribadinya, Ia hanya dapat berfikir tentang dirinya secara negatif dan tidak mencoba memahami kemampuannya, prestasinya, dan atribut-atribut yang ada pada dirinya. Kesimpulan dalam teori ini adalah klien depresi didominasi oleh sikap pesimis.
f)         Learned helplessness model.
Model ketidak berdayaan yang dipelajari menunjukan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang adaptif. Orang ini percaya bahwa tidak seorangpun yang dapat membantunya. Dan tidak seorangpun dapat melakukan sesuatu untuknya. Keyakinan yang negatif tersebut menyebabkan dia putus harapan, bersikap pasif.
g)        Behavioral model.
Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengasumsi bahwa peyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Depresi berkaitan dengan interaksi antara perilaku individu dengan lingkungan. Teori ini memandang bahwa individu memiliki kemampuan untuk memeriksa dan mempertimbangkan perilakunya.
h)        Bilogical Model
Model biologik menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi. termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan variasi periodic dalam irama biologis. Abnormalitas yang signifikan dapat dilihat ketika terjadi depresi. Termasuk didalamnya adalah kelainan dalam elektrolit, khususnya sodium dan kalium. Perubahan dalam neurofisiologis, kegagalan fungsi regulasi otonom dari aktivitas system syaraf seperti adrenokortikal, tiroid, perubahan gonad, perubahan dalam neurotransmitter seperti katekolamin, norepinephrin, dan epinephrine.
i)          Masalah Dalam Bounding and Attachment dan genetic
Gangguan ikatan antara ibu dan anak (mother-child bonding) pada usia dini, sangat penting dalam terjadinya keadaan patologis pada perkembangan kepribadian di kemudian hari. Bila seorang ibu menderita depresi, maka peran dan fungsinya sebagai ibu akan terganggu, yang mengakibatkan relasi patologik pada anak.
F.     Contoh Kasus Depresi yang Menjurus Gila
Di desa Sidoharum terdapat kasus orang dengan gangguan jiwa yang tergolong depresi yang menjurus pada kegilaan. Seseorang dengan inisial A, umur 45 status belum menikah, Dia anak ke 2 dari 4 bersaudara mengalami gangguan kejiwaan dengan sering melakukan hal sebagai berikut :
·           Sering marah sendiri tanpa alasan
·           Memukul dan Membanting sesuatu
·           Bicara kotor yang mengandung unsur seksual
·           Mengunci diri,
·           Sering mengatakan hal yang tidak pantas terhadap wanita ataupun tetangganya
Tn A telah mengalami gangguan sudah cukup lama namun puncak dari masalah ini sekitar 4 bulan yang lalu sejak ibunya meninggal, ibu yang sangat dekat dengannya.

G.    Faktor – faktor Terjadi Kasus pada Tn A Tersebut
1.         Faktor Lingkungan
Tn A merasa di abaikan di keluarga sebab dari sekian banyak saudara yang cukup sukses, dia sendiri yang tidak bekerja, tidak memiliki kemandirian. Bahkan di lingkungan sekitar seakan di pandang sempit oleh warga sekitar karena kelakuan yang aneh seperti jarang keluar rumah dan main layang – layang di umur yang sudah tidak wajar
2.         Faktor Kehilangan
Tn A mencapai puncak masalah sejak di tinggal Ibu kandungnya yang merupakan satu satunya orang terdekat selama ini.
3.         Faktor Kognitif model
Model ini menyatakan depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap dirinya sendiri, dunia seorang dan masa depannya.
4.         Behavioral model berkaitan sosial
Pada Tn A terjadi juga salah satunya karena kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi terhadap lingkungan sosial.



5.         Learned Helpness model
Orang ini percaya bahwa tidak ada seorang pun yang mampu membantunya keluar dari masalahnya, pemikiran ini menjadikan Tn A putus harapan dan bersikap pasif

H.    Perilaku Sosial Budaya yang Boleh dan Tidak
“Gila” Masyarakat kerap merujuk kata tersebut sebagai ungkapan bagi orang yang menderita gangguan jiwa. Tak jarang, keluarga penderita memasungnya karena khawatir mengamuk atau karena malu. Padahal, gangguan jiwa bisa disembuhkan asal terdeteksi sejak dini.
Namun dalam kasus pada Tn A belum terjadi hal tersebut sebab kondisi lingkungan baik keluarga maupun masyarakat memiliki pengetahuaan yang cukup akan dampak negatif dari pemasungan terhadap orang yang mengalami depresi yang menjurus gila seperti pada Tn A

I.       Tinjauan Masalah dan Tinjauan Budaya
Dari tahun ke tahun jumlah penderita gangguan jiwa ternyata mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal bisa dibuktikan dengan dari banyaknya pasien yang di rawat di ruang jiwa RSUD Banyumas. Bahkan melebihi kapasitas yang disediakan.
Parahnya stigma di masyarakat terlanjur menganggap gangguan jiwa adalah penyakit yang memalukan bagi keluarga. Bahkan tak sedikit yang menganggap gangguan jiwa merupakan penyakit karena gangguan makhluk halus sehingga cara pengobatan pun lebih banyak dipilih jalur non medis. Adapula masyarakat yang memilih cara praktis dengan memasung pasien. Penderita gangguan jiwa, selama ini diposisikan tidak bermutu atau tidak dianggap. Masyarakat juga tidak terlalu care sehingga tidak ada yang mengurus

J.      Solusi Negatif dan Positif dalam Penanganan Klien Tn A
Gangguan kejiwaan mempunyai tiga golongan yaitu berat, sedang dan ringan. Dalam tahap ringan, pasien biasanya merasa cemas namun masih bisa memecahkan persoalan tersebut. Sedangkan sedang, pasien sudah memerlukan konsultasi dengan psikolog. Sementara yang berat sudah meulai merasakan halusinasi yakni mendengar suara, meihat bayanagn yang tidak ada wujudnya.
a.         Solusi Negatif
    Kurung Penderita pada sebuah ruangan atau kamar agar penderita tidak mengamuk, jalan jalan, atau mencelakakan orang lain
    Sembunyikan penderita dan jangan sampai masyarakat tau karena hal ini akan menjadi aib keluarga
    Bawa ke pengobatan alternatif atau dukun karena prosesnya lebih mudah
b.        Solusi Positif
    Pada awalnya keluarga harus lebih peduli dan selalu mendukung dengan memberikan perhatian lebih, motivasi.
    Bawalah Klien pada ahlinya yang pertama ke psikolog dan umpama tidak berhasil bisa ke rumah sakit jiwa andai saja tidak mampu.
    Peran masyarakat untuk memberikan empati sangatlah penting, berikan dukungan baik pada penderita maupun keluarga agar tidak ada perasaan tersingkir dari pergaulan sosial.
    Pada kasus Tn A segera nikahkan dengan seorang perempuan karena diumur yang sudah tidak muda lagi bisa menimbulkan masalah yang sangat besar dimana semua saudaranya sudah mapan dan berkeluarga.
    Ajarkan pendalaman agama untuk menjadikan mental lebih kuat
















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Gangguan jiwa juga  dapat diartikan sebagai adanya kondisi atau situasi kejiwaan yang negatif, menyebabkan perilaku, pikiran, dan perasaannya tidak sesuai dengan lingkungannya. Banyak gangguan kejiwaan yang muncul pada kehidupan manusia diawali oleh rendahnya kecerdasan emosi karena tidak mampu mengendalikan dorongan emosionalnya, membebani jiwa dengan pikiran, perasaan dan perbuatan yang terus menerus mengganggu kesehatan jiwa dan raga. Walaupun demikian ada beberapa gangguan kejiwaan karena faktor organis.
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak semangat, perasaan tidak berharga, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, sampai munculnya ide menyendiri bahkan bunuh diri.
Contoh tindakan yang seharusnya kita lakukan jika menghadapi masalah gangguan kejiwaan sebagai berikut :
·           Pada awalnya keluarga harus lebih peduli dan selalu mendukung dengan memberikan perhatian lebih, motivasi.
·           Bawalah Klien pada ahlinya yang pertama ke psikolog dan umpama tidak berhasil bisa ke rumah sakit jiwa andai saja tidak mampu.
·           Peran masyarakat untuk memberikan empati sangatlah penting, berikan dukungan baik pada penderita maupun keluarga agar tidak ada perasaan tersingkir dari pergaulan sosial.
·           Ajarkan pendalaman agama untuk menjadikan mental lebih kuat








DAFTAR PUSTAKA

kisah nyata di desa sidoharum