ASUHAN
KEPERAWATAN TUBERCULOSIS

Disusun Oleh:
WINDRA BANGUN S
( A01001394 )
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
DIII
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN ( STIKES ) MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
TBC
Tuberculosis
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil “Mycobacterium
tuberkulosis”. Tipe Humanus (jarang oleh tipe M. Bovinus). (M. Cimin, 1993).
Tuberculosis
paru (TBC) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah. (Hood Alsagaff : 1995).
Tuberkulosis
adalah ketidakefektifan jalan nafas yaitu suatu keadaan dimana pernafasan
mengalami gangguan dan ketidakmampuan seseorang untuk secara efektif (Lynda
Juall. C, 1999 : 324).
Kesimpulannya
bahwa Tuberculosis adalah ketidakefektifan jalan nafas disebabkan oleh
micobacterium tuberkulosis dan merupakan penyakit menular.
B. Etiologi
Penyebab
tuberculosis paru adalah Mycobacterium tuberculosis. Sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm.
Kuman ini bersifat dorman yaitu dapat bangkit kembali dan menjadikan
tuberkulosis aktif lagi serta bersifat aerob yang menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan
oksigen pada bagian apikal atau apoks paru-paru lebih tinggi dari bagian lain,
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Kuman
tuberculosis dalam bentuk droplet nukleat yang merupakan partikel 1-10 mikron
yang mengandung kuman TB. Droplet nukleat dikeluarkan oleh penderita TB dengan
cara batuk-batuk, bicara kemudian tersebar diudara. Oleh karena itu penyakit
ini merupakan air bone infection. Infeksi terjadi apabila droplet nukleat
terhisap arah ke jaringan paru setelah mengalami berbagai hambatan sepanjang
saluran nafas bagian atas dan bawah implantasi kuman terjadi pada respiratory
bronchial atau alveolus selanjutnya akan berkembang sebagai berikut :
1.

Faktor primer : komplek primer sembuh pada bagian besar
/menular tuberkulosis primer.
2.
Dari kompleks primer
yang sembuh terjadi reaktivitan kuman yang tadinya darmant pada focus primer,
reinfeksi endogen TB pasca
primer.
C. Patofisiologi
Port de’entri
kuman microbakterium tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis
terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel
yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi terdiri dari satu sampai
tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan
cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang
alveolus biasanya dibagian bawah lobus atau paru-paru atau dibagian atas
lobus bawah atau paru-paru tau dibagian bawah atas lobus bawah. Basil tuberkel
ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme
tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia
akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh denagn sendirinya sehingga tidak ada
sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus
difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah
bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitolit yang dikelilingi leh fosit.
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 1 sampai 10 hari.
D. Manifestasi Klinis
a)
Gejala Respiratorik
Batuk-batuk
lama lebih dari 2-3 minggu.
Dahak
yang mukoid sampai mukopurulan.
Nyeri
dada, sampai batuk darah.
Sesak
nafas (bila ada tanda-tanda penyebaran kerongga lain)
b)
Gejala Sistemik
Malaise,
anoreksia, BB ,menurun, keringat malam.
Acut
: demam tinggi, seperti flu, menggigil.
Millier
: demam acut, sesak nafas, sianosis.
c)
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
tanda – tanda.
tanda
– tanda infiltrat (redup, bronkial, ronkhi basah, dan lain – lain).
tanda
– tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
sekret
di saluran nafas dan ronchi.
Suara
nafas amforik adanya kafitas yang berhubungan langsung dengan bronkus.
E. Pemeriksaan
Penunjang
1.
Laboratorium.
a.
LED
meningkat, Hb sedikit menurun, lekosit jumlah normal atau sedikit meningkat.
b.
Pemeriksaan
Bakteri Tahan Asam (BTA) dengan cara Zn atau Flouroscens.
c.
Cairan
pleura bila diduga pada komplikasi efusi pleura.
d.
Uji
tuberkulin untuk menunjukkan reaksi imunitas seluler yang timbul setelah 4-6
minggu pertama dengan cara :
-
Mantoux test (Robert Koch) dengan cara
OT (Old Tuberculin).
-
PPD (F. Silbert) Puried Protein Derivate
Of Tubercolin.
e.
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan
sputum BTA memastikan diagnosis TB paru. Namun pemeriksaan ini tidak sensitif
karena hanya 30 – 70 % pasien Tb paru dapat di diagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini.
2.
Pemeriksaan Radiologi
a.
Foto thoraks PA dan lateral yang menunjang
TB paru
Adanya
bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah
Bayangan
berawan (patchy) atau bercak (nodular)
Adanya
kavitas tunggal atau ganda.
Kelainan
bilateral, terutama di lapangan atas paru.
Adanya
klasifikasi
Bayangan
menetap pada foto ulang beberapa minggu mendatang.
Bayangan
milier.
3.
Tes PAP (peroksidos anri peroksidos)
Merupakan uji serologi
imuno peroksidace memakai alat histogen imunoperosidase staining untuk
menentukan adanya Ig G spesifik terhadap basil TB.
a.
tes polimerase drain reaktion
b.
deteksi BTA kuman secara spesifik
melalui aplikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi walaupun hanya
ada satu mikro organisme dalam spesimen, juga dapat mendeteksi adanya
resistensi.
4.
Mycodot.
Deteksi antibodi
memakai lipoarrabinomannan yang didekatkan pada suatu alat berbentuk suatu
sisir plastik, kemudian di celupkan dalam serum pasien bila terdapat antibodi
sprsifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.
F.
Komplikasi
Hemoptisis
berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena hipovolemik / tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps
dari lobus retriksi bronkial.
Bronkiektasis
dan fibrosis pada paru.
Pneumothorax
spontan (kolaps spontan karena kerusakan jaringan parut).
Penyebaran
infeksi ke organ lain saparti otak, tukang, persendian, ginjal dan sebagainya.
Pleuritis.
Efusi
pleura.
Empiema.
Laringitis
tuberkulosis.
Amiloidosis.
SOPT
(Sindrom obstruksi pasca tuberkulosis)
G. Penatalaksanaan
Regimen
dasar pengobatan Tuberkulosis adalah :
1.
Refampisin.
x / hari, diminum dalam
keadaan lambung kosong Selama 6-9 bulan.
2.
INH (Isoniasid).
Diberikan selama 18-24
bulan.
3.
Streptomisin (IM).
Diberikan setiap hari
selama 1-3 bulan, 2-3 x / minggu selama 1-3 bulan lagi.
4.
Etambutol.
1x / hari, diminum
dalam keadaan lambung kosong selama 1 tahun
5.
Kortikosteroid Diberikan pada keadaa
umum yang buruk.
6.
Diit TKTP (tinggi kalori tinggi
protein).
7.
Isolasi pernafasan sesuai kebutuhan.
8.
Penyuluhan kesehatan.
Penting untuk lanjut
keluarga dan kontak dengan Px.
Pada Meningitis, TB,
perikarditis, TB milier dan efusi pleura diberikan kortikosteroid, yaitu prednison,
1-2 mg / kg BB / hari selama 2 minggu, diturunkan perlahan (topering off)
sampai 2-6 minggu.
H. Managemen Keperawatan
H.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan
pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi, atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenai
masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial
dan lingkungan (Nasrul Efendi, 1995).
1.
Pengumpulan data.
a.
Identitas klien
Penyakit TBC menyerang
sebagain kelompok usia produktif, kelompok sosia ekonomi lemah, dan
berpendidikan rendah.
b.
Keluhan utama.
Pada penderita TBC
biasanya akan terjadi batuk-batuk lebih dari 2-3 minggu, batuk darah, malaise,
demam tinggi, BB menurun, sesak nafas, keringat malam dan sianosis.
c.
Riwayat Penyakit Sekarang.
Adanya keluhan
utama soal aktivitas, sesak dan batuk
kadang disertai sputum, kadang tidak, malas makan, kesulitan tidur, nyeri dada
meningkat karena batuk berulang.
d.
Riwayat Penyakit Dahulu.
Untuk mengatahui
penyakit yang pernah diderita sebelumnya apakah ada hubungannya dengan penyakit
sekarang seperti penyakit jantung, paru (penyakit pernafasan) riwayat pemakaian
alkohol, penyakit DM dan Hipertensi.
e.
Riwayat keluarga.
Adakah anggota keluarga
yang terkena penyakit TBC (penyakit pernafasan lain) yang menular atau tidak
jumlah anggota keluarga dan tipe keluarga.
f.
Pola-pola kesehatan.
·
Pola persepsi dan tatalaksana hidup
sehat.
Terjadi perubuhan hidup
yang tidak sehat sehingga menimbulkan masalah kesehatan yang juga memerlukan
perawatan yang serius.
·
Pola nutrisi metabolisme.
Penderita pada umumnya
kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, terjadi penurunan BB, turgor
kulit buruk, kering / kulit bersisik, kehilangan otot / hilang lemak subkutan.
·
Pola eliminasi.
Pola ini biasanya
terjadi perubahan pada elimini akut karena asupan yang kurang sehingga
penderita biasanya tidak bisa BAB secara normal atau dapat juga karena
kronisnya penyakit sehingga terjadi kelelahan dan kelemahan sehinghga harus
tirah baring lama sehingga terjadi konstipasi.
·
Pola istirahat-tidur.
Penderita pada umumnya
tidur pada malam hari karena demam malam hari, menggigil dan berkeringat serat
batuk.
·
Pola aktivitas latihan.
Penderita terjadi
kelelahan umum dan kelemahan, kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut).
·
Pola persepsi diri.
Adanya kecemasan,
menyangkal (khususnya pada tahap diri) ketakutan dan mudah terangsang, perasaan
tidak berdaya dan tidak punya harapan sehingga terjadi perubahan mekanisme dan
perubahan dini yang terpenting.
·
Pola persepsi dan pengetahuan.
Perubahan status
kesehatan dapat mempengaruhi persepsi hidup dan pengetahuan perawatan dini.
·
Pola penanggulangan stress.
Adanya ketidakefektifan
dalam mengatasi masalah individu dan keluarga.
·
Pola reproduksi seksual.
Pada umumnya penderita
yang lanjut sampai terjadi penurunan libido.
·
Pola hubungan peran.
Terjadi hubungan yang
sangat menggangu hubungan interpersonal karena TBC dikenal sebagai penyakit
menular.
·
Pola tata nilai dan kepercayaan.
Timbulnya distress spiritual
pada diri penderita, bila terjadi serangan yang hebat atau penderita tampak
kurang sehat, karena terjadi gangguan pada pola ini.
g.
Pemeriksaan Fisik
·
Keadaan Umum : penderita biasanya
terjadi kelelahan umum dengan kelemahan, sesak, batuk efektif / tidak
produktif, malaise, mengantuk.
·
Gejala vital : suhu meningkat,
takikardi, takipnea / dispnea pada kerja karena (penyakit luas / fibrosis
parenkim paru dan pleura), pengembangan pernafasan tidak simetris, perkusi
pekak, penurunan fremitus, bunyi nafas tubuler, bisikan pektoral di atas lesi
luas, krekels tercatat di atas apeks paru
selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels post tusise).
·
Kepala dan leher.
Mata tampak mengantuk,
tampak penonjolan tulang pipi, mata cowong, leher biasanya ada pembesaran
kelenjar tiroid.
·
Abdomen
Adanya peningkatan
bising usus karena adanya gangguan motilitas akibat asupan yang kurang.
·
Ekstrimitas
Adanya kelelahan umum
dna kelemahan pada ekstrimitas bila tahap lanjut.
·
Integumen
Kulit biasanya pucat
dan turgornya buruk.
·
Genetorinori
Terjadi penurunan
libido terutama pada penderita laki-laki.
h.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium.
DL
: Led meningkat, Hemoglobin sedikit
menurun, leukosit sedikit meningkat, hitung jenis menunjukan peningkatan
monosit
Sputum
(BTA) dengan cara pengecetan ZN, TTN atau fluorescens. Hasil positif 40-50%
kasus.
Radiologis.
CT
scan paru.
MRI
(magnetis Resonance Imaging).
Foto
thorax.
i.
Analisa Data
·
Data Subyektif
Pasien
mengatakan batuk kurang lebih 3 minggu.
Pasien
mengatakan batuk disertai darah.
Pasien
mengatakan sesak nafas dan rasa nyeri dada.
·
Data Obyektif
Pasien
demam dan suhu tubuh naik turun
Berat
badan menurun, mual, muntah.
Batuk,
ada darah, batuk ada sputum.
Pasien
nampak lemah dan lesu.
TTV
Suhu
terjadi peningkatan
RR
meningkat
TD
tidak ada peningkatan
Nadi
bisa takikardi
I. Diagnosa yang mungkin muncul
1.
Bersihan jalan nafas tak efektif
berhubungan dengan sekresi yang kental.
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
3.
Gangguan pemenuhan istirahat tidur
sehubungan dengan kegelisahan (batuk, demam, sesak).
J. Intervensi
|
Tanggal
|
No DX
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
intervensi
|
Rasional
|
|
|
1
|
Tujuan
kebersihan
jalan nafas efektif.
Kriteria Hasil
1.
Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan
peningkatan pertukaran udara.
2.
Mendemonstrasikan batuk efektif.
3.
Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan
sekresi.
|
Atur posisi semifowler
Ajarkan
klien Lakukan pernafasan diafragma
Auskultasi
paru sebelum dan sesudah klien batuk
Ajarkan
batuk efektif dan lakukanlah
Lakukanlah vibrasi paru yang sudah diatur posisi
Lakukanlah nebulizer
Kolaborasikan dengan dokter untuk pemeriksaan
sputum
pemberian infus dan oksigenasi
|
Memungkinkan
ekspansi paru lebih
Meningkatkan
ventilasi alveolar
Membantu
mengevaluasi keefektifan batuk
Dapat
mengeluarkan dahak
Untuk
memudahkan secret keluar
Nebulizer alat
pengencer secret
Untuk
mengetahui penyakit, da
Asupan adekuat
|
|
|
2
|
Tujuan
Pertukaran gas
efektif
Kriteria hasil
Memperlihatkan frekuensi
pernapasan yang efektif.
Mengalami perbaikan pertukaran
gas-gas pada paru.
Adaptive mengatasi
faktor-faktor penyebab.
|
Berikan
posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke
sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
Observasi
fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan
tanda-tanda vital.
Jelaskan
pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan
Jelaskan
pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps
paru-paru.
|
Meningkatkan
inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang
tidak sakit.
Distress
pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress
fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan
hipoksia.
Pengetahuan
apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan
klien terhadap rencana teraupetik.
Pengetahuan
apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik
|
|
|
3
|
Tujuan
Batuk
berkurang dan klien tidur tenang
Kriteria Hasil
Batuk
berkurang
TTV normal
Cemas
berkurang
|
Anjurkan klien
memilih posisi yang nyaman untuk dirinya
Anjurkan minum
air hangat
Berikan
pengetahuan akan kondisi kurang tidur dan penyebabnya
Kolaborasikan
dengan dokter pemberian pelega tenggorokan
|
Agar klien
mudah untuk istirahat
Agar klien
merasa tenang
Agar klien
tidak cemas akan kondisinya
Agar klien
bernafas nyaman
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tuberculosis adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh basil “Mycobacterium tuberkulosis”. Tipe
Humanus (jarang oleh tipe M. Bovinus). (M. Cimin, 1993).
Tuberculosis paru (TBC)
adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium
tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan bagian bawah. (Hood Alsagaff : 1995).
Manifestasi penyakit TBC bisa
menyebabkan gejala baik sistemik, ataupun respiratorik.
Regimen dasar pengobatan Tuberkulosis
adalah :
1.
Refampisin.
x / hari, diminum dalam keadaan lambung
kosong Selama 6-9 bulan.
2.
INH (Isoniasid).
Diberikan selama 18-24 bulan.
3.
Streptomisin (IM).
Diberikan setiap hari selama 1-3 bulan,
2-3 x / minggu selama 1-3 bulan lagi.
4.
Etambutol.
1x / hari, diminum dalam keadaan lambung
kosong selama 1 tahun
5.
Kortikosteroid Diberikan pada keadaa
umum yang buruk.
6.
Diit TKTP (tinggi kalori tinggi
protein).
7.
Isolasi pernafasan sesuai kebutuhan.
8.
Penyuluhan kesehatan.
Penting untuk lanjut keluarga dan kontak
dengan Px.
Daftar Pustaka
Arif Mansjoer. 1999. Kapita Selekta Kedokteran,
Jilid 1 Edisi 3.Jakarta : Media aesculapius FKUI.
Hood Alsagaff dan Mukty A.1995. Dasar-Dasar Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya airlangga university press.
Lynda Juall Carpenito.2000. Buku Diagnosa
Keperawatan, edisi 8. Jakarta: EGC.
M Amin , 1999.Ilmu penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga university press.
Marilyn E. Dongoes.2000. Rencana Asuhan
Keperawatan, edisi 3. Jakarta : EGC.
Nasrul Effendi.1995 . Pengantar proses
keperawatan. Jakarta : EGC
Pedoman Diagnosis dan Terapi,
lab / UPF Ilmu Penyakit Paru, RSUD Soetomo, Surabaya, 1994.
Slamet Sujono. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 2, Edisi ke 3.Jakarta : Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia.
Sylvia A. price dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi,
buku 2. Jakarta EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar