Senin, 21 November 2011

TBC


ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS












Disusun Oleh:
WINDRA BANGUN S
( A01001394 )




PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian TBC
Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil “Mycobacterium tuberkulosis”. Tipe Humanus (jarang oleh tipe M. Bovinus). (M. Cimin, 1993).
Tuberculosis paru (TBC) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah. (Hood Alsagaff : 1995).
Tuberkulosis adalah ketidakefektifan jalan nafas yaitu suatu keadaan dimana pernafasan mengalami gangguan dan ketidakmampuan seseorang untuk secara efektif (Lynda Juall. C, 1999 : 324).
Kesimpulannya bahwa Tuberculosis adalah ketidakefektifan jalan nafas disebabkan oleh micobacterium tuberkulosis dan merupakan penyakit menular.

B.     Etiologi
Penyebab tuberculosis paru adalah Mycobacterium tuberculosis. Sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. Kuman ini bersifat dorman yaitu dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi serta bersifat aerob yang menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal atau apoks paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Kuman tuberculosis dalam bentuk droplet nukleat yang merupakan partikel 1-10 mikron yang mengandung kuman TB. Droplet nukleat dikeluarkan oleh penderita TB dengan cara batuk-batuk, bicara kemudian tersebar diudara. Oleh karena itu penyakit ini merupakan air bone infection. Infeksi terjadi apabila droplet nukleat terhisap arah ke jaringan paru setelah mengalami berbagai hambatan sepanjang saluran nafas bagian atas dan bawah implantasi kuman terjadi pada respiratory bronchial atau alveolus selanjutnya akan berkembang sebagai berikut :
1.         Faktor primer :           komplek primer            sembuh pada bagian besar /menular               tuberkulosis primer.
2.         Dari kompleks primer yang sembuh terjadi reaktivitan kuman yang tadinya darmant pada focus primer, reinfeksi endogen           TB pasca primer.
C.    Patofisiologi
Port de’entri kuman microbakterium tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus  atau paru-paru atau dibagian atas lobus bawah atau paru-paru tau dibagian bawah atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh denagn sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitolit yang dikelilingi leh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 1 sampai 10 hari.

D.    Manifestasi Klinis
a)         Gejala Respiratorik
    Batuk-batuk lama lebih dari 2-3 minggu.
    Dahak yang mukoid sampai mukopurulan.
    Nyeri dada, sampai batuk darah.
    Sesak nafas (bila ada tanda-tanda penyebaran kerongga lain)
b)        Gejala Sistemik
    Malaise, anoreksia, BB ,menurun, keringat malam.
    Acut : demam tinggi, seperti flu, menggigil.
    Millier : demam acut, sesak nafas, sianosis.

c)         Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda – tanda.
    tanda – tanda infiltrat (redup, bronkial, ronkhi basah, dan lain – lain).
    tanda – tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
    sekret di saluran nafas dan ronchi.
    Suara nafas amforik adanya kafitas yang berhubungan langsung dengan bronkus.

E.     Pemeriksaan Penunjang
1.         Laboratorium.
                                     a.              LED meningkat, Hb sedikit menurun, lekosit jumlah normal atau sedikit meningkat.
                                     b.              Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA) dengan cara Zn atau Flouroscens.
                                     c.              Cairan pleura bila diduga pada komplikasi efusi pleura.
                                    d.              Uji tuberkulin untuk menunjukkan reaksi imunitas seluler yang timbul setelah 4-6 minggu pertama dengan cara :
-            Mantoux test (Robert Koch) dengan cara OT (Old Tuberculin).
-            PPD (F. Silbert) Puried Protein Derivate Of Tubercolin.
                                     e.              Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru. Namun pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30 – 70 % pasien Tb paru dapat di diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
2.         Pemeriksaan Radiologi
                                     a.              Foto thoraks PA dan lateral yang menunjang TB paru
    Adanya bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah
    Bayangan berawan (patchy) atau bercak (nodular)
    Adanya kavitas tunggal atau ganda.
    Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
    Adanya klasifikasi
    Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu mendatang.
    Bayangan milier.


3.         Tes PAP (peroksidos anri peroksidos)
Merupakan uji serologi imuno peroksidace memakai alat histogen imunoperosidase staining untuk menentukan adanya Ig G spesifik terhadap basil TB.
                                     a.              tes polimerase drain reaktion
                                     b.              deteksi BTA kuman secara spesifik melalui aplikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi walaupun hanya ada satu mikro organisme dalam spesimen, juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
4.         Mycodot.
Deteksi antibodi memakai lipoarrabinomannan yang didekatkan pada suatu alat berbentuk suatu sisir plastik, kemudian di celupkan dalam serum pasien bila terdapat antibodi sprsifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.

F.         Komplikasi
    Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena hipovolemik / tersumbatnya jalan nafas.
    Kolaps dari lobus retriksi bronkial.
    Bronkiektasis dan fibrosis pada paru.
    Pneumothorax spontan (kolaps spontan karena kerusakan jaringan parut).
    Penyebaran infeksi ke organ lain saparti otak, tukang, persendian, ginjal dan sebagainya.
    Pleuritis.
    Efusi pleura.
    Empiema.
    Laringitis tuberkulosis.
    Amiloidosis.
    SOPT (Sindrom obstruksi pasca tuberkulosis)

G.    Penatalaksanaan
Regimen dasar pengobatan Tuberkulosis adalah :
1.         Refampisin.
x / hari, diminum dalam keadaan lambung kosong Selama 6-9 bulan.
2.         INH (Isoniasid).
Diberikan selama 18-24 bulan.
3.         Streptomisin (IM).
Diberikan setiap hari selama 1-3 bulan, 2-3 x / minggu selama 1-3 bulan lagi.
4.         Etambutol.
1x / hari, diminum dalam keadaan lambung kosong selama 1 tahun
5.         Kortikosteroid Diberikan pada keadaa umum yang buruk.
6.         Diit TKTP (tinggi kalori tinggi protein).
7.         Isolasi pernafasan sesuai kebutuhan.
8.         Penyuluhan kesehatan.
Penting untuk lanjut keluarga dan kontak dengan Px.
Pada Meningitis, TB, perikarditis, TB milier dan efusi pleura diberikan kortikosteroid, yaitu prednison, 1-2 mg / kg BB / hari selama 2 minggu, diturunkan perlahan (topering off) sampai 2-6 minggu.

H.    Managemen Keperawatan
H.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi, atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenai masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Nasrul Efendi, 1995).
1.        Pengumpulan data.
a.         Identitas klien
Penyakit TBC menyerang sebagain kelompok usia produktif, kelompok sosia ekonomi lemah, dan berpendidikan rendah.
b.        Keluhan utama.
Pada penderita TBC biasanya akan terjadi batuk-batuk lebih dari 2-3 minggu, batuk darah, malaise, demam tinggi, BB menurun, sesak nafas, keringat malam dan sianosis.
c.         Riwayat Penyakit Sekarang.
Adanya keluhan utama  soal aktivitas, sesak dan batuk kadang disertai sputum, kadang tidak, malas makan, kesulitan tidur, nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
d.        Riwayat Penyakit Dahulu.
Untuk mengatahui penyakit yang pernah diderita sebelumnya apakah ada hubungannya dengan penyakit sekarang seperti penyakit jantung, paru (penyakit pernafasan) riwayat pemakaian alkohol, penyakit DM dan Hipertensi.
e.         Riwayat keluarga.
Adakah anggota keluarga yang terkena penyakit TBC (penyakit pernafasan lain) yang menular atau tidak jumlah anggota keluarga dan tipe keluarga.
f.         Pola-pola kesehatan.
·         Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat.
Terjadi perubuhan hidup yang tidak sehat sehingga menimbulkan masalah kesehatan yang juga memerlukan perawatan yang serius.
·         Pola nutrisi metabolisme.
Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, terjadi penurunan BB, turgor kulit buruk, kering / kulit bersisik, kehilangan otot / hilang lemak subkutan.
·         Pola eliminasi.
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada elimini akut karena asupan yang kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB secara normal atau dapat juga karena kronisnya penyakit sehingga terjadi kelelahan dan kelemahan sehinghga harus tirah baring lama sehingga terjadi konstipasi.
·         Pola istirahat-tidur.
Penderita pada umumnya tidur pada malam hari karena demam malam hari, menggigil dan berkeringat serat batuk.
·         Pola aktivitas latihan.
Penderita terjadi kelelahan umum dan kelemahan, kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut).
·         Pola persepsi diri.
Adanya kecemasan, menyangkal (khususnya pada tahap diri) ketakutan dan mudah terangsang, perasaan tidak berdaya dan tidak punya harapan sehingga terjadi perubahan mekanisme dan perubahan dini yang terpenting.
·         Pola persepsi dan pengetahuan.
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi persepsi hidup dan pengetahuan perawatan dini.
·         Pola penanggulangan stress.
Adanya ketidakefektifan dalam mengatasi masalah individu dan keluarga.
·         Pola reproduksi seksual.
Pada umumnya penderita yang lanjut sampai terjadi penurunan libido.
·         Pola hubungan peran.
Terjadi hubungan yang sangat menggangu hubungan interpersonal karena TBC dikenal sebagai penyakit menular.
·         Pola tata nilai dan kepercayaan.
Timbulnya distress spiritual pada diri penderita, bila terjadi serangan yang hebat atau penderita tampak kurang sehat, karena terjadi gangguan pada pola ini.
g.        Pemeriksaan Fisik
·         Keadaan Umum : penderita biasanya terjadi kelelahan umum dengan kelemahan, sesak, batuk efektif / tidak produktif, malaise, mengantuk.
·         Gejala vital : suhu meningkat, takikardi, takipnea / dispnea pada kerja karena (penyakit luas / fibrosis parenkim paru dan pleura), pengembangan pernafasan tidak simetris, perkusi pekak, penurunan fremitus, bunyi nafas tubuler, bisikan pektoral di atas lesi luas, krekels tercatat di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels post tusise).
·         Kepala dan leher.
Mata tampak mengantuk, tampak penonjolan tulang pipi, mata cowong, leher biasanya ada pembesaran kelenjar tiroid.
·         Abdomen
Adanya peningkatan bising usus karena adanya gangguan motilitas akibat asupan yang kurang.
·         Ekstrimitas
Adanya kelelahan umum dna kelemahan pada ekstrimitas bila tahap lanjut.
·         Integumen
Kulit biasanya pucat dan turgornya buruk.
·        Genetorinori
Terjadi penurunan libido terutama pada penderita laki-laki.
h.        Pemeriksaan penunjang
Laboratorium.
    DL : Led meningkat, Hemoglobin sedikit menurun, leukosit sedikit meningkat, hitung jenis menunjukan peningkatan monosit
    Sputum (BTA) dengan cara pengecetan ZN, TTN atau fluorescens. Hasil positif 40-50% kasus.
    Tes tuberkulin : Tes mantoux      biasanya pada kx TBC memberikan reaksi mantoux yang positif (99,8%).
Radiologis.
    CT scan paru.
    MRI (magnetis Resonance Imaging).
    Foto thorax.
i.          Analisa Data
·           Data Subyektif
    Pasien mengatakan batuk kurang lebih 3 minggu.
    Pasien mengatakan batuk disertai darah.
    Pasien mengatakan sesak nafas dan rasa nyeri dada.
·           Data Obyektif
    Pasien demam dan suhu tubuh naik turun
    Berat badan menurun, mual, muntah.
    Batuk, ada darah, batuk ada sputum.
    Pasien nampak lemah dan lesu.
TTV
    Suhu terjadi peningkatan
    RR meningkat
    TD tidak ada peningkatan
    Nadi bisa takikardi
I.       Diagnosa yang mungkin muncul
1.         Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental.
2.         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
3.         Gangguan pemenuhan istirahat tidur sehubungan dengan kegelisahan (batuk, demam, sesak).

J.      Intervensi
Tanggal
No DX
Tujuan dan Kriteria Hasil

intervensi
Rasional


1

Tujuan
kebersihan jalan nafas efektif.

Kriteria Hasil
1.  Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
2.  Mendemonstrasikan batuk efektif.
3.  Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.


Atur posisi semifowler


Ajarkan klien Lakukan pernafasan diafragma

Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk

Ajarkan batuk efektif dan lakukanlah

Lakukanlah vibrasi paru yang sudah diatur posisi

Lakukanlah nebulizer

Kolaborasikan dengan dokter untuk pemeriksaan sputum

pemberian infus dan oksigenasi






Memungkinkan ekspansi paru lebih

Meningkatkan ventilasi alveolar


Membantu mengevaluasi keefektifan batuk

Dapat mengeluarkan dahak

Untuk memudahkan secret keluar

Nebulizer alat pengencer secret

Untuk mengetahui penyakit, da

Asupan adekuat


2
Tujuan
Pertukaran gas efektif

Kriteria hasil
   Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
   Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
   Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.







Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan





Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.

Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik



3

Tujuan
Batuk berkurang dan klien tidur tenang

Kriteria Hasil
    Batuk berkurang
    TTV normal
    Cemas berkurang

Anjurkan klien memilih posisi yang nyaman untuk dirinya

Anjurkan minum air hangat

Berikan pengetahuan akan kondisi kurang tidur dan penyebabnya

Kolaborasikan dengan dokter pemberian pelega tenggorokan



Agar klien mudah untuk istirahat


Agar klien merasa tenang

Agar klien tidak cemas akan kondisinya


Agar klien bernafas nyaman



















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil “Mycobacterium tuberkulosis”. Tipe Humanus (jarang oleh tipe M. Bovinus). (M. Cimin, 1993).
Tuberculosis paru (TBC) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah. (Hood Alsagaff : 1995).
Manifestasi penyakit TBC bisa menyebabkan gejala baik sistemik, ataupun respiratorik.
Regimen dasar pengobatan Tuberkulosis adalah :
1.        Refampisin.
x / hari, diminum dalam keadaan lambung kosong Selama 6-9 bulan.
2.        INH (Isoniasid).
Diberikan selama 18-24 bulan.
3.        Streptomisin (IM).
Diberikan setiap hari selama 1-3 bulan, 2-3 x / minggu selama 1-3 bulan lagi.
4.        Etambutol.
1x / hari, diminum dalam keadaan lambung kosong selama 1 tahun
5.        Kortikosteroid Diberikan pada keadaa umum yang buruk.
6.        Diit TKTP (tinggi kalori tinggi protein).
7.        Isolasi pernafasan sesuai kebutuhan.
8.        Penyuluhan kesehatan.
Penting untuk lanjut keluarga dan kontak dengan Px.





Daftar Pustaka
Arif Mansjoer. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi 3.Jakarta : Media aesculapius FKUI.
Hood Alsagaff dan Mukty A.1995. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya airlangga university press.
Lynda Juall Carpenito.2000. Buku Diagnosa Keperawatan, edisi 8. Jakarta: EGC.
M Amin , 1999.Ilmu penyakit Paru. Surabaya : Airlangga university press.
Marilyn E. Dongoes.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta : EGC.
Nasrul Effendi.1995 . Pengantar proses keperawatan. Jakarta : EGC
Pedoman Diagnosis dan Terapi, lab / UPF Ilmu Penyakit Paru, RSUD Soetomo, Surabaya, 1994.
Slamet Sujono. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Edisi ke 3.Jakarta : Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Sylvia A. price dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi, buku 2. Jakarta         EGC












Tidak ada komentar:

Posting Komentar