Kamis, 27 Oktober 2011

askep asma windra


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dari setiap sisi dari tubuh manusia menjadi sebuah hal yang menarik untuk dipelajari. Termasuk salah satunya adalah mengenai penyakit, patofisiologi, manifestasi klinis hingga bagaimana cara penanganannya. Perkembangan kemajuan teknologi dan era sekarang muncul berbagai macam penyakit yang mungkin sudah ada yang bisa diketahui penyebabnya ataupun dalam penyelidikan ahli.
Kita sering menjumpai beberapa klien mengeluh sakit dan bermasalah pada pernafasan, setelah di kaji ternyata mengidap asma. Untuk itu saya membuat makalah mengenai asma agar kita bisa mengetahui lebih jelas, bahkan mengenai cara penularannya.

B.     Rumusan Masalah
·                Apa pengertian asthma ?
·                Apa penyebab asthma ?
·                Bagaimana cara penyebaran asthma ?
·                Bagaimana rencana tindakan pada klien asthma ?

C.    Tujuan
Setelah membaca makalah ini diharapkan kita mengetahui lebih jelas mengenai asthma dan segalanya yang berhubungan dengan kasus asthma serta rencana penanganannya.

D.    Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun atas BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sistematika penulisan; BAB II PEMBAHASAN terdiri dari pengertian asma, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan, pencegahan, kemungkinan diagnosa yang muncul, dan rencana tindakan; BAB III PENUTUP terdiri dari kesimpulan dan daftar Pustaka.

 
BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pengertian Asma
Asthma adalah suatu gangguan jalan nafas pada bronkus yang menyebabkan spasmr bronkus. Asma merupakan reaksi hypersensitive yang disebabkan oleh biokimia, imunologi, infeksi, endokrin dan faktor fsikologis (Lukman dan sorensens 1991).
Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Kesimpulannya Asthma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.

B.       Beberapa Definisi Asma
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Astma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon hiperaktif pada stimulasi. (Smelzer Suzanne :2001).
Definisi Asmatikus :
Status asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang berat atau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim diberikan (Medlinux,2008)
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespons terhadap terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi, ansietas, penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi, peningkatan blok adrenergic, dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Epidsode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap penisilin.
C.       Etiologi
1.        Faktor Ekstrinsik
Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya IgE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat di udara (antigen – inhalasi ), seperti debu rumah, serbuk – serbuk dan bulu binatang
2.        Faktor Intrinsik
Infeksi :
    Virus yang menyebabkan ialah para influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV)
    Bakteri, misalnya pertusis dan streptokokkus
    Jamur, misalnya aspergillus
    Cuaca : perubahan tekanan udara, suhu udara, angin dan kelembaban dihubungkan dengan percepatan iritan bahan kimia, minyak wangi, asap rokok, polutan udara
    Emosional : takut, cemas dan tegang
    Aktifitas yang berlebihan, misalnya berlari

D.       Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
Struktur sistem pernafasan ada 2 yaitu :
1.        Sistem pernafasan atas
·           Hidung
Pada hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan
·           Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan dan menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara.
·           Laring
Laring merupakan struktur yang merupai tulang rawan yang bisa disebut jakun. Selain berperan sebagai penghasil suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan dan melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
2.        Sistem pernafasan bawah
Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru dan pleura.
·           Trakea
Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin v kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri.
·           Paru
Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus.
·           Alveolus
Jaringan-jaringn paru sendiri terdiri atas serangkain jalan nafas yang bercabang-cabang
·           Pleura
Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung

E.       Proses Pernafasan Berdasarkan Tempatnya
Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua dua yaitu :
1.        Pernafasan Eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni :
·           Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih, system saraf pusat dan system pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
·           Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen masuk alveolar, proses proses pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
·           Transpor oksigen dan karbon dioksida
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas pernapasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
2.        Pernafasan Internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme intra sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.

F.        Patofisologi Asma
Karakteristik dasar dari asma ( konstriksi otot polos bronchial, pembengkakan mukosa bronchial, dan pengentalan sekresi ) mengurangi diameter bronchial dan nyata pada status asmatikus. Abnormalitas ventilasi – perfusi yang mengakibatkan hipoksemia dan respirasi alkalosis pada awalnya, diikuti oleh respiratori asidosis.
Terhadap penurunan PaO2 dan respirasi alkalosis dengan penurunan PaCO2 dan peningkatan pH. Dengan meningkatnya keparahan status asmatikus, PaCO2 meningkat dan pH turun, mencerminkan respirasi asidosis.

G.      Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik status asma adalah perpanjangan ekshalasi, perbesaran vena leher, mengi. Namun, lamanya mengi tidak mengindikasikan keparahan serangan. Dengan makin besarnya obstruksi, mengi dapat hilang, yang sering kali menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan.
Mengenal suatu serangan suatu asma akut pada dasarnya sangat mudah. Dengan pemeriksaan klinis saja diagnosis sudah dapat ditegakkan, yaitu dengan adanya sesak napas mendadak disertai bising mengi yang terdengar diseluruh lapangan paru. Namun yang sangat penting dalam upaya penganggulangannya adalah menentukan derajat serangan terutama menentukan apakah asam tersebut termasuk dalam serangan asma yang berat.
Asma akut berat yang mengancam jiwa terutama terjadi pada penderita usia pertengahan atau lanjut, menderita asma yang lama sekitar 10 tahun, pernah mengalami serangan asma akut berat sebelumnya dan menggunakan terapi steroid jangka panjang. Asma akut berat yang potensial mengancam jiwa, mempuyai tanda dan gejala sebagai berikut.
    Bising mengi dan sesak napas berat sehingga tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak.
    Frekuensi napas lebih dari 25 x / menit
    Denyut nadi lebih dari 110x/menit
    Arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit
    Penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg.

H.       Evaluasi Diagnostik
1.        Pemeriksaan fungsi paru
Cara yang paling akurat dalam mengkaji obstruksi jalan napas akut. Fungsi paru yang rendah mengakibatkan dan menyimpangkan gas darah ( respirasi asidosis ), mungkin menandakan bahwa pasien menjadi lelah dan akan membutuhkan ventilasi mekanis, adalah criteria lain yang menandakan kebutuhan akan perawatan di rumah sakit.
2.        Pemeriksaan gas darah arteri
Dilakukan jika pasien tidak mampu melakukan maneuver fungsi pernapasan karena obstruksi berat atau keletihan, atau bila pasien tidak berespon terhadap tindakan. Respirasi alkalosis ( CO2 rendah ) adalah temuan yang paling umum pada pasien asmatik. Peningkatan PCO2 ( ke kadar normal atau kadar yang menandakan respirasi asidosis ) seringkali merupakan tanda bahaya serangan gagal napas. Adanya hipoksia berat, PaO2 < 60 mmHg serta nilai pH darah rendah.
3.        Arus puncak ekspirasi
APE mudah diperiksa dengan alat yang sederhana, flowmeter dan merupakan data yang objektif dalam menentukan derajat beratnya penyakit. Dinyatakan dalam presentase dari nilai dungaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai. Apabila kedua nilai itu tidak diketahui dilihat nilai mutlak saat pemeriksaan.
4.        Pemeriksaan foto thoraks
Pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk melihat hal – hal yang ikut memperburuk atau komplikasi asma akut yang perlu juga mendapat penangan seperti atelektasis, pneumonia, dan pneumothoraks. Pada serangan asma berat gambaran radiologis thoraks memperlihatkan suatu hiperlusensi, pelebaran ruang interkostal dan diagfragma yang meurun. Semua gambaran ini akan hilang seiring dengan hilangnya serangan asma tersebut.
5.        Elektrokardiografi
Tanda – tanda abnormalitas sementara dan refersible setelah terjadi perbaikanklinis adalah gelombang P meninggi ( P pulmonal ), takikardi dengan atau tanpa aritmea supraventrikuler, tanda – tanda hipertrofi ventrikel kanan dan defiasi aksis ke kanan. 

I.          Managemen Keperawatan
1.        Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal pengkajian, perawat yang mengkaji bahkan data penanggung jawab.
2.        Keluhan Utama
Pada pasien Asma biasanya mengeluh adanya sesak napas mendadak disertai bising mengi yang terdengar diseluruh lapangan paru.
3.        Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit asma, apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.

4.        Riwayat Penyakit sekarang
Apa yang dirasakan klien, bagaimana keluhan klien semua ditulis
5.        Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita asma atau sakit yang lainnya.
6.        Pola Fungsional
    Bernafas dengan normal
    Pola nutrisi
    Pola eliminasi
    Pola istirahat
    Pola aktifitas
    Kebutuhan berpakaian
    Kebutuhan personal hygine
    Kebutuhan rasa aman dan nyaman
    Kebutuhan spirituil
    Kebutuhan bekerja
    Kebutuhan bermain dan rekreasi
    Kebutuhan belajar
    Mempertahankan suhu tubuh
    Berkomunikasi dengan orang lain
7.        Pemeriksaan Fisik
    Kepala
    Mata
    Hidung
    Telinga
    Mulut
    Leher
    Dada
    Abdomen
    Genetalia
    kulit
    ekstremitas


J.         Fokus Kajian Keperawatan
AIRWAY
Pengkajian: 
Pada pasien dengan status asthma ditemukan penumpukan sputum pada jalan nafas. Ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asma ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang diperoleh.
BREATHING
Pengkajian :
Sumbatan jalan napas menyebabkan bertambahnya usaha napas untuk memperoleh oksigen yang diperlukan tubuh. Pada status asmatikus pasien mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif. Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, kesulitan dalam bergerak. Pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x / menit. Pantau adanya mengi.
CIRCULATION
Pengkajian :
Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh    oksgien maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg. Arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini.
DISABILITY
Pengkajian :
Pada tahap pengkajian ini diperoleh hasil bahwa pasien dengan status asmatikus mengalami penurunan kesadaran. Disamping itu pasien yang masih dapat berespon hanya dapat mengeluarkan kalimat yang terbata – bata dan tidak mampu menyelesaikan satu kalimat akibat usaha napas yang dilakukannya sehingga dapat menimbulkan kelelahan. Namun pada penurunan kesadaran semua motorik sensorik pasien unrespon.
K.      Diagnosa yang mungkin muncul dan Intervensi
1.        Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
2.        Nyeri kepala berhubungan dengan agens cidera biologis

Intervensi Keperawatan

Tanggal
No DX
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional

23 /9/ 2011

1
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam pola nafas klien menjadi efektif

Kriteria Hasil :
Klien tidak sesak nafas
Irama nafas teratur
Frekuensi 14 – 20 x per menit.
Tidak terdengar bunyi mengi
Tidak terlihat usaha pengambilan nafas
Ukur ttv secara berkala dan teratur




Kaji kecepatan dan kedalaman nafas klien





Posisikan klien semi fowler







Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi obat dan nebulizer serta oksigenasi.

Ajarkan cara batuk efektif jika sudah terlihat membaik

untuk mengetahui perubahan kondisi klien serta masalah saat itu

karena perubahan status nafas menandakan adanya penyumbatan dan defisiensi o2

Posisi ini membuat dada berkembang maksimal dan kapasitas paru menampung O2 lebih banyak


Nebulizer merupakan alat untuk mengencerkan secret




Batuk efektif dapat digunakan untuk mengeluarkan secret secara efektif

23/9/2011

2

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka nyeri kepala berkurang dan berangsur menghilang

Kriteria Hasil :
Tingkat kesadaran dalam batas normal
Pusing berkurang
TD = 120/80
N = 60-100
Suhu = 36 – 37
RR = 14 - 20

Kaji faktor yang menyebabkan klien lemas





Memonitor status TTV
 secara teratur




Pantau status cairan baik asupan ataupun haluaran



Atur posisi semifowler






Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian infus, oksigenasi dan terapi obat.

Kolaborasikan dengan dokter pemberian analgesik

Kompres air hangat

Memantau penyebab lemas dapat menentukan mengenai rencana tindakan selanjutnya.

TTv  secara berkala dapat memantau kondisi klien saat itu


Sebagai indikator dari cairan tubuh yang tertintegrasi dengan cerebral

perkembangan dada maksimal, pengambilan o2 sehingga kapasitas paru maksimal

Pemberian oksigenasi diharapkan membuat pasokan oksigen tetap adekuat

Untuk mengurangi rasa nyeri


memberi terapi lebih nyaman

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesimpulannya Asthma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
Penyebabnya :
1.         Faktor Ekstrinsik
Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya IgE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat di udara (antigen – inhalasi ), seperti debu rumah, serbuk – serbuk dan bulu binatang
2.         Faktor Intrinsik
Infeksi :
    Virus yang menyebabkan ialah para influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV)
    Bakteri, misalnya pertusis dan streptokokkus
    Jamur, misalnya aspergillus
    Cuaca : perubahan tekanan udara, suhu udara, angin dan kelembaban dihubungkan dengan percepatan iritan bahan kimia, minyak wangi, asap rokok, polutan udara
    Emosional : takut, cemas dan tegang
    Aktifitas yang berlebihan, misalnya berlari
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1.         Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
2.         Nyeri kepala berhubungan dengan agens cidera biologis






Daftar Pustaka
Carpenito (2000),Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis,Ed. Ke-6,EGC,Jakarta
http://databasedemokrasi.blogspot.com/2011/04/makalah-askep.html







1 komentar: