MAKALAH
UJI COBA PADA URIN
Disusun
Sebagai tugas
Biokimia
Disusun
Oleh:
WINDRA BANGUN SUCIPTO
A01001394
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (
STIKES ) MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang unik. Dari setiap
sisi dari tubuh manusia menjadi sebuah hal yang menarik untuk dipelajari. Kita
juga mengenal berbagai sistem organ yang mempunyai peran yang sangat penting
sesuai dengan peran fungsinya. Sistem organ dengan sistem kerja masing – masing
saling berinteraksi dan menjadikan satu kesatuan yang utuh.
Dari berbagai sistem, kita mengenal sistem
perkemihan dimana dari organ-nya dan fungsinya. Adapun hal yang menarik bahwa
zat yang dikeluarkan atau yang dikenal dengan nama urine dapat menjadi sebuah
penelitian akan kondisi kesehatan tubuh seseorang. Disini telah disusun
berbagai hal menarik mengenai urine.
B. Rumusan Masalah
Apa
yang dimaksud dengan urine ?
Apa
kandungan urine ?
Mengapa
urine berwarna – warni ?
Apa
fungsi urine ?
Bagaimana
pemeriksaan urine ?
C. Tujuan
Dengan
membaca makalah ini diharapkan kita mengetahui lebih banyak akan kandungan
urine, dan fungsi urine sebagai petunjuk akan cermin kesehatan seseorang dan
mampu melakukan uji coba mengenai urine.
D. Sistematika penulisan
Makalah
ini tersusun atas BAB I PENDAHULUAN yang tersusun atas Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan, Sistematika Penulisan; BAB II PEMBAHASAN Terdiri dari Mengenal
Urine, Komposisi Urine, Fungsi Urine, Uji Coba Urine; BAB III PENUTUP Terdiri
dari Kesimpulan dan Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengenal Urine
Urin atau air seni maupun air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan
tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Dari
urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya. Meskipun tidak
selalu bisa dijadikan pedoman namun Ada baiknya Anda mengetahui hal ini untuk
berjaga-jaga. Urin merupakan cairan yang dihasilkan oleh ginjal melalui proses
penyaringan darah. Oleh kaena itu kelainan darah dapat menunjukkan kelainan di dalam
urin.
B.
Komposisi
Urine
Urin terdiri
dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi
organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa,
diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau
berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di
dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik
untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah
suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita
diabetes akan mengandung gula yang tidak
akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
C.
Pandangan
Awal Mengenai Warna
1.
Kuning jernih
Urin
berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh Anda sehat. Urin ini
tidak berbau. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri
akan mengontaminasi urin dan mengubah zat dalam urin sehingga menghasilkan bau
yang khas.
2.
Kuning tua atau pekat
Warna
ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan cairan. Namun bila terjadi
terus, segera periksakan diri Anda ke dokter karena merupakan tahap awal
penyakit liver.
3.
Kemerahan
Urin merah. Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan kandung kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar maupun rifampisin secara berlebihan.
Urin merah. Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan kandung kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar maupun rifampisin secara berlebihan.
4.
Oranye
Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium, antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadi oranye.
Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium, antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadi oranye.
Selain
warna, bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya pada
penderita diabetes dan busung lapar, urin cenderung berbau manis, sementara
jika seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau
menyengat.
D. Fungsi Urin
Fungsi utama
urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam
tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal
ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran
kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat,
secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan
berasal dari urea. Sehingga
bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril
Urin dapat
menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan
urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
berwarna kuning pekat atau cokelat. Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan
tradisional India, Ayurveda.
Fungsi
dari urine yang di kenal dimasyarakat menjadi lebih sering kita jumpai meski
punya kontrofersi dan menjadi hal yang tabu namun dibelahan negara lain juga
tidak kalah dengan hal yang ada di indonesia sepertii :
Dukun Aztec menggunakan urin untuk membasuh
luka luar sebagai pencegah infeksi dan diminum untuk meredakan sakit lambung
dan usus.
Di Siberia, orang Kroyak meminum urin orang yang telah
mengkonsumsi fly agaric (sejenis jamur beracun yang menyebabkan
halusinasi bahkan kematian) atau sejenisnya untuk berkomunikasi dengan roh
halus.
Penggunaan
urin sebagai obat telah dilakukan oleh banyak orang, di antara mereka adalah
Mohandas Gandhi, Jim Morrison, dan Steve McQueen.
E. Pemeriksaan Urine
Yang
dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik
dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang
dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang
dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar
dan nitrit.
E.1
Pemeriksaan Makroskopik
Yang
diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin.
Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif
atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam
keseimbangan cairan badan.
Pemeriksaan
Makroskopik adalah pemeriksaan yang meliputi :
a)
Volume urin
Banyak
sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis
kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang
bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara
800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam
lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Bila volume
urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri, keadaan ini
mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun.
Anuri adalah
suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini
mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal
b) Warna urin
Pemeriksaan
terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan
kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda,
kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu
dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan
maupun makanan. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua
yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan
porphyrin.
c)
Berat jenis urin
Pemeriksaan
berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno
meter, refraktometer dan reagens 'pita'
d)
Bau urin
Bau urin
normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan
dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti
mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria.
e)
pH urin
Penetapan pH
diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan
tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain
itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah
etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam,
sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi
atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa
E.2 Pemeriksaan
Mikroskopik
Yang
dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin.
Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
serta berat ringannya penyakit
E.3 Pemeriksaan Kimia Urin
Di samping
cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang
lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai
reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di
Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein,
glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.
a)
Pemeriksaan glukosa
Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu
penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro.
Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang
mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa,
laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin,
salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara
reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl,
sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
b) Benda- benda
keton
Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi
butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar.
Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam
asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton
dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu
mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan
pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada
keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes
mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam
jumlah yang tinggi.
c)
Pemeriksaan bilirubin
Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam
suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium
terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam
yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan
keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu
dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan
kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung
metabolit pyridium atau serenium.
d)
Pemeriksaan urobilinogen
Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar
urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan
ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran
empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh.
Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam
urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang
sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug
hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit
yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil
negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif
palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau
peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat
pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.
F.
Uji Coba
Urine Melalui Benedict dan Heller
F.1 Uji Benedict
Tujuan :
Menetapkan kadar gula dalam urine secara
semikuantitatif
Bahan –
bahan :
Urine yang akan di uji
Larutan benedict
Peralatan :
Tabung reaksi
Pipet mohr 10 ml
Pipete tetes
Penangas air atau pemanas
Pelaksanaan
:
Campurlah dengan tabung reaksi 2,5 ml larutan benedict
dengan 4 tetes urine
Panaskan campuran tadi yang didalam tabung selama 5
menit pada penangas air atau 2 menit pada pemanas
Dingikan perlahan
Perhatikan warna yang terbentuk
Warna
|
Nilai
|
Konsentrasi
|
Biru /
hijau keruh
|
-
|
-
|
Hijau/
hijau kekuningan
|
+1
|
Kurang
dari 0,5 %
|
Kuning
kehijauan atau kuning
|
+2
|
0,5 – 1,0
%
|
Jingga
|
+3
|
1,0 – 2 %
|
Merah
|
+4
|
Lebih dari 2 %
|
F.2 Uji Heller
Tujuan :
Memeriksa adanya protein dalam urine
Gambaran
mekanisnya :
Protein dalam urine mengalami denaturasi oleh asam
nitrat pekat yang tampak sebagai cincin putih pada perbatasan kedua cairan
Bahan :
Urine
Asam nitrat pekat
Peralatan :
Buret
Pipet tetes
Pipet mohr
Tabung reaksi
Pelaksanaan
:
Masukan 3ml asam nitrat pekat kedalam tabung reaksi
melalui dinding tabung yang dimiringkan
Tambahkan 3ml urine dengan menggunakan pipete mohr
melalui dinding tabung sehingga kedua cairan tidak langsung bercampur
Perhatikan cincin putih yang terbentuk.
Cincin putih menunjukan adanya urea, asam urat, dan
garamnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Urine
merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml
darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit.
Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli
ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit.
Secara umum
dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal
dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan diberbagai
organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan
lain-lain.
Salah satu
komponen urine adalah indikan yang merupakan bagian terpenting dari sulfat
eterial urine. Indikan berasal dari pembusukan priptofan dalam usus. Triptofan
oleh bakteri usus diubah menjadi indol yang kemudian mengalami penyerapan
kembali kedalam darah dan dibawa ke hati. Di dalam hati indol mengalami
oksidasi dan konjugasi menjadi indoksil sulfat ( indikan ). Jumlah indikan
urine menggambarkan proses pembusukan dalam usus.
Dalam uji
coba ada beberapa cara misalnya uji benedict untuk menguji adanya glukosa urin
dan uji heller untuk mengetahui adanya protein ataupun garam urea urine.
Daftar
Pustaka
wilmar musram, 2000,
Praktikum Urine, Penuntun Praktikum Biokimia, Widya Medika, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar