
LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
JUDUL LAPORAN :
LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
BRONKOPNEUMONIA
Di susun oleh :
WINDRA BANGUN
SUCIPTO
PROGRAM STUDI
DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN ( STIKES ) MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2012
|
LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA
Windra Bangun Sucipto
Program Studi D III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Jln. Yos Sudarso No. 461 Gombong 54412, telp / fax.
0287472433
LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
BRONKOPNEUMONIA
A.
Pengertian
Bronkopneumonia
Bronkho pneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada
jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratus bagian atas selama beberapa
hari. Yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus,
jamur dan benda asing lainnya. (Dep. Kes. 1993 : Halaman 106).
Bronkopneumonia adalah
Radang dinding bronkus kecil disertai atelektasis daerah percabangannya (Muda,
1999).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam
bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada
bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
Jadi
bronkopneumonia adalah radang paru dalam satu atau lebih area dalam bronki dan
meluas ke parenkim paru.
B.
Klasifikasi
Pneumonia
1.
Community
Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan bisa berkembang
menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab umum.
Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang tua
2.
Hospital
Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti
ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla
atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
3.
Lobar
dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang
ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi
anatominya saja.
4.
Pneumonia
viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya,
kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak.
( Reeves, 2001)
C.
Etiologi
1.
Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram
negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2.
Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3.
Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos.
4.
Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
D.
Tanda
dan Gejala
1.
Kesulitan
dan sakit pada saat pernafasan
a.
Nyeri
pleuritik
b.
Nafas
dangkal dan mendengkur
c.
Takipnea
2.
Bunyi
nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a.
Mengecil,
kemudian menjadi hilang
b.
Krekels,
ronki,
3.
Gerakan
dada tidak simetris
4.
Menggigil
dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5.
Diafoesis
6.
Anoreksia
7.
Malaise
8.
Batuk
kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
9.
Gelisah
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku
kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi,
ansietas, takut mati
E.
Pathofisiologi
Kuman penyebab
bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru melaui saluran pernafasan
atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam alveolus ke alveolus lainnya
melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau
bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang
ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar secara progresif ke perifer
sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4)
tahap, antara lain :
1.
Stadium
Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang
meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada perabaan banyak mengandung
cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli
melalui pembuluh darah yang berdilatasi)
2.
Stadium
Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru
tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah fibrinosa, lecocit
polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang berdekatan mengandung eksudat
fibrinosa kekuningan).
3.
Stadium
Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru
menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi konsolidasi di dalam
alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih ada bahkan dapat
berubah menjadi pus.
4.
Stadium
Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis
dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada struktur semua
(Sylvia Anderson Pearce, 1995 : 231- 232).
F.
Pathway
![]() |





































TINJAUAN KASUS
Kasus
An.T
1 tahun dirawat diruang anak RS Gombong dengan diagnosa medik Bronkopneumonia.
Hari ini adalah hari pertama perawatannya. Ibu klien mengatatakan klien batuk
berdahak kurang lebih satu bulan yang lalu. Dari pemeriksaan fisik di dapatkan
data pasien tampak pucat, lemah, BB 8 kg, Tb 50 cm, auskultasi paru bunyi
ronchi dan terdapat sekret di lobus medial dektra dan sinistra, terdapat otot
bantu pernafasan. TD tdak diukur, N 90 x/menit, T 38,5 celsius, RR : 35
x/menit. Dari riwayat sebelumnya An. T serring batuk pilek di usia 1 tahun 5x batuk pilek, panas.
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
Pengkaji :
A. Biodata
1.
Identitas Klien
Nama :
An T
Umur :
1 tahun
Jenis kelamin :
Laki – laki
Alamat : Ds. Gombong
BB/TB : 8kg/50cm
2.
Identitas Penanggung jawab
Nama :
Ny S
Alamat :
Ds Gombong
Umur :
30 tahun
Hubungan :
Ibu Kandung
B. Riwayat
Kesehatan
1.
Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan klien batuk berdahak dari
1 bulan yang lalu kadang disertai sesak nafas,anak panas sejak 2 hari yang lalu
2.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan Batuk berdahak, sesak nafas dan demam sudah dua hari
3.
Riwayat Penyakit dahulu
Ibu klien mengatakan an T sudah batuk berdahak sekitar satu bulan yang
lalu, An.T sering batuk
pilek di usia 1 tahun sudah 5x batuk pilek,panas.
4.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pada kasus ini tidak dijelaskan
adanya riwayat keturunan, apakah salah satu anggota ada yang terkena penyakit
infeksi saluran nafas itu perlu ditanyakan?
5.
Riwayat kehamilan dan persalinan
a.
Pre natal : keadaan gizi Ibu sewaktu
hamil, penyakit infeksi yang diderita bumil, psikologis bumil, permasalahan
kehamilan, penggunaan obat/jamu-jamuan.
b.
Natal : keadaan klien saat lahir,
kelainan-kelainan yang didapatan, keadaan trauma saat melahirkan, BB, dan TB
klien.
c.
Post natal : menyangkut keadaan klien
setelah lahir sampai usia 28 hari, kelainan yang didapatkan.
6.
Riwayat Tumbuh Kembang
Pertumbuhan meliputi
berat badan dan tinggi badan.
Perkembangan meliputi
psiko sosial, psiko sexual, motorik halus dan kasar. (Erik Erekson, 1963)
C. Pola
Fungsional
Meliputi pola persepsi
dan tata laksanan hidup sehat, pola nutrisi dan metabolisme, pola aktivitas dan
latihan, pola eliminasi, pola tidur dan istirahat, pola hubungan peran, pola
reproduksi dan sexual, pola penanggulangan stress, pola tata nilai dan keyakinan.
Adapun pola yang
terganggu dan berpengaruh adalah sebagai berikut :
1.
Pola
tata laksana hidup
Fasilitas rumah
lengkap, lingkungan bersih, fentilasi rumah yang cukup.
2.
Pola
nutrisi dan metabolisme
Meliputi : berapa kali
klien setiap hari minum susu, botolnya ukuran, berat badan pasien.
3.
Pola
eliminasi
Alvi : BAB encer,
berapa jumlah, berapa kali dalam sehari.
Urine : berapa jumlah
urine dalam sehari, berapa kali BAK dalam satu hari.
4.
Pola
aktivitas
Klien tidak dapat
beraktivitas seperti bermain dan lain-lain.
D.
Pemeriksaan
Fisik
Meliputi keadaan umum,
sistem respirasi, sistem kardiovasculer, sistem extremitas, sistem persyarafan,
sistem eliminasi, sistem pencernaan.
1.
TTV
: N:90x/menit,S:38,5⁰C,RR:35x/menit
2.
data: pasien tampak pucat, lemah, BB : 8 kg,TB : 50cm,
auskultasi paru : ronkhi dan terdapat secret di lobus medial deksta dan
sinistra, terdapat otot bantu pernapasan
E.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Laboratorium
a.
Ditemukan lekositosis (15.000 –
40.000/mm3). Normal lekosit 4.000 – 10.000/mm3.
b.
Pembiakan sputum terdapat sel
polimononuklear (pmN) diplococcus gram positif berbentuk lancet.
2.
Radiologi
Terdapat bayangan
kesuraman yang homogen pada satu lobus/lebih dan terlihat konsolidasi pada satu
lobus/lebih , serta bercak infiltrat pada satu lobus/lebih.
3.
Analisa
Gas Darah
PH : .... (7,35 – 7,45)
PO2 : .... (80 – 104 mmHg)
PCO2 : .... (35
– 45 mmHg)
HCO3 : ....
F.
Analisa
Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Problem
|
Ds
1.
Ibu pasien mengatakan klien batuk berdahak
sejak ± I
bulan yang lalu.
2.
Usia 1 tahun batuk pilek sudah 5x.
DO
1. Auskultasi
paru: ronkhi
2. Terdapat
secret di lobus medial dextra dan sinistra.
3. Pasien
tampak pucat dan lemah.
4. TTV: N
90 x/menit, RR 35x/menit,
S 38,5 C.
|
Obstruksi
jalan nafas
|
Ketidak
efektifan bersihan jalan nafas
|
|
2
|
DS
Ibu Klien mengatakan An T panas
sejak 2 hari yang lalu.
Ibu klien mengatakan klien sering
panas
DO
1.
Pasien tampak pucat dan lemah
2.
BB: 8kg TB : 50cm
3.
N 90x per menit
4.
S : 38,5 C
|
Proses
Inflamasi
|
Peningkatan
suhu tubuh ( hipertermi )
|
DS
Ibu
pasien mengatakan sesak nafas sejak ± I
bulan yang lalu.
DO
1. Terdapat
otot bantu pernapasan.
2. RR :
35x/mnt.
Pasien tampak pucat dan lemah. |
Ketidakseimbangan
suplai O2 dan kebutuhan
|
Intoleransi
Aktifitas
|
G.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Ketidakefektifan jalan nafas
berhubungan dengan adanya penumpukan lendir pada jalan nafas, yang ditandai
dengan klien batuk, pilek, sesak nafas, bunyi nafas grok-grok, pernafasan
cuping hidung, terdapat suara ronchi basah, adanya retraksi intercostae,
frekuensi pernafasan 52 kali/menit, pada hasil labororium pH 7,337, PCO2
29,1, PO2 67,2 dan HCO3 15,4, denyut nadi 138 kali/menit.
2.
Peningkatan suhu tubuh (Hiperthermia)
berhubungan dengan invasi dari bakteri, yang ditandai dengan adanya peningkatan
suhu tubuh 38,5 0C, badan panas, klien rewel, denyut nadi 90
kali/menit, frekuensi pernafasan 35 kali/menit, dan terdapat sekret di lobus
medial dektra dan sinistra
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplay O2 dan kebutuhan, yang
ditandai dengan klien sesak nafas, rewel, tidak ada respon di saat diajak
bermain, nampak malas, nampak kelemahan dan hanya tiduran di tempat tidur,
terpasang O2 2 liter/menit.
H.
Intervensi
1.
Ketidakefektifan
jalan nafas berhubungan dengan adanya penumpukan lendir pada jalan nafas.
a.
Tujuan
:
Jalan nafas klien kembali efektif dan pernafasan normal dalam jangka waktu 1 x
1 jam.
b.
Kriteria hasil :
1)
Ibu klien mengatakan sesak dan batuk
anaknya berkurang
2)
Pergerakan dada sesuai dengan tarikan
nafas
3)
Tidak ada retraksi intercostae
4)
Secara bertahap suara abnormal
pernafasan (ronchi, stidor) menghilang
5)
Frekuensi pernafasan 26-30 kali/menit.
c.
Rencana tindakan :
1)
Lakukan pendekatan pada keluarga secara
therapiutic
R : Pendekatan pada
keluarga secara therapiutic dapat menciptakan hubungan yang baik.
2)
Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan
dan gerakan dada
R : Pernafasan dangkal
dan cepat, gerakan dada yang tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan
gerakan dinding dada.
3)
Berikan posisi semi fowler dan bantal
yang ringan diatas abdomen untuk menambah ekspirasi.
R : Dengan posisi semi
fowler akan meningkatkan ekspansi paru dalam pengambilan oksigen
4)
Berikan nebulizer selama 15 menit
R : Pemberian neulizer
dengan uap hangat berfungsi untuk menghangatkan dan melembabkan mucosa pada
jalan nafas sehingga lendir menjadi encer.
5)
Berikan oksigen (O2) sesuai
advis dokter
R : Oksigenasi dapat
membantu pemenuhan kebutuhan jaringan.
6)
Berikan hidrasi peroral dan perenatal
secara adekuat bila memungkinkan sesuai advis
R : Dengan pemberian
hidrasi peroral atau penenteral secara adekuat akan mempengaruhi pengenceran
dari pergerakan lendir sehingga mudah untuk dikeluarkan.
7)
Observasi tanda-tanda vital (rr, nadi,
suhu)
R : Observasi merupakan
langkah untuk mengetahui adanya perubahan dan untuk menentukan langkah
perawatan selanjutnya.
8)
Kolaborasi dengan dokter terutama dalam
pemberian pengobatan yaitu antibiotik (Ampicilin, Kemicetine) dan
Kortokosteroid (Dexamethason).
R : Kolaborasi
merupakan fungsi interdependen dari
perawat. Dan pemberian obat seperti antibiotika berfungsi untuk membunuh
microorganisme penyebab. Obat anti inflasi untuk menyembuhkan peradangan pada
organ tubuh.
2.
Peningkatan
suhu tubuh (Hyperthermia) berhubungan dengan invasi dari bakteri
a.
Tujuan
: Suhu tubuh klien menjadi normal dalam jangka waktu 1 x 24 jam
b.
Kriteria hasil :
1)
Keadaan klien membaik
2)
Pada palpasi kulit teraba hangat
3)
Suhu tubuh 36 - 37,5 0C
4)
Mucosa mulut lembab
5)
Tidak ada takhikardi
6)
Resoiratori rate 20 – 30 kali/menit
c.
Rencana tindakan :
1)
Lakukan komunikasi secara therapiutik
R ; Dengan komunikasi
secara therapiutik diharapkan dapat tercipta hubungan saling percaya.
2)
Jelaskan pada keluarga tentang sebab dan
akibat terjadinya peningkatan suhu tubuh.
R : Dengan penjelasan
sebab dan akibat terjadinya peningkatan suhu tubuh kepada keluarga akan
menimbulkan rasa percaya diri dan bersikap kooperatif, sehingga bisa diajak
bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan.
3)
Lakukan kompres dingin pada daerah
lipatan tubuh dan didahi
R : Dengan kompres
dingin dapat terjadi pemindahan panas secara konduksi melalui kulit.
4)
Berikan pakaian yang tipis dan dapat
menyerap
R : Dengan pakaian
tipis dan menyerap diharapkan dapat terjadi proses penguapan, sehingga akan
mempercepat proses penurunan temperatur tubuh.
5)
Berikan intake (cairan) baik perental
maupun peroral bila tidak ada kontra indikasi
R : Dengan pemberian
cairan yang cukup berfungsi untuk mengganti cairan yang hilang. Dan pemberian
peroral kurang diperkenankan karena klien sesak.
6)
Anjurkan klien untuk bedrest
R : Aktivitas yang
berlebihan dapat meningkatkan metabolisme, sehingga dapat menimbulkan
peningkatan temperatur tubuh.
7)
Observasi vital sign tiap 4 jam sekali
R : Observasi tiap 4
jam sekali bertujuan untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan
kemungkinan terjadinya kelainan.
8)
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pengobatan, yaitu pemberian obat antipiretika, yaitu obat antipiretika
(Paracetamol syrup)
R : Kolaborasi sebagai
fungsi interdependent yaitu dalam pemberian obat antipiretika.
3.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay O2 dan
kebutuhan.
a.
Tujuan :
klien dapat menunjukkan adanya peningkatan aktivitas sesuai dengan kondisinya
dalam jangka waktu 2 x 24 jam.
b.
Kriteria hasil
:
1)
Keadaan umum klien membaik
2)
Tidak adanya dipsnea
3)
Anak mau berfantasi terhadap mainan
4)
Anak dapat bermain sesuai dengan
kondisinya
5)
Tanda-tanda vital dalam rentang normal
c.
Rencana tindakan :
1)
Lakukan pendekatan pada keluarga secara
therapiutik
2)
Evaluasi respon klien terhadap aktifitas
3)
Beri atau siapkan mainan sesuai dengan
umur anak
4)
Bantu klien memilih posisi yang nyaman
untuk istirahat atau tidur
5)
Jelaskan pentingnya istirahat dalam
rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
6)
Berikan lingkungan yang tenang dan
batasi pengunjung selama fase akut serta dorongan penggunaan manajemen stress
dan pengendalian yang tepat
7)
Bantu aktivitas perawatan diri yang
diperlukan dan berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan
I. Implementasi
Melakukan apa yang
telah dirancanakan. Pada setiap dilakukan asuhan keperawatan
yang merupakan realisasi dari rencana tindakan yang telah dilakukan dan telah
ditentukan dan pelaksanaan ini dapat sesuai dengan perencanaan atau dapat
menyimpang dari rencana semula. Hal ini tergantung pada kondisi dari klien.
(H. Lismidar. 1990. Hal
60).
J. Evaluasi
Merupakan langkah
terakhir dalam proses keperawatan dan menerapkan kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja secara terus menerus dengan melibatkan klien, perawat, keluarga dan
anggota tim lainnya.
Daftar
Pustaka
Depatemen Kesehatan RI
(1993). Asuhan Keperawatan Anak Dalam Kontek Keluarga. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI
(1996). Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Depkes ; Jakarta.
Guyton (1994). Fisiologi
Manusia dan Mekanisme Penyakit : EGC penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Hood Alsagaff, dkk
(1995). Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga Press Surabaya.
Ngastiyah (1995). Perawatan
Anak Sakit ; EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Soetjiningsih, dr
(1995). TumbuhKembang Anak ; Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.