

LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
JUDUL LAPORAN :
LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
KEKURANGAN
ENERGI PROTEIN PADA ANAK
Di susun oleh :
WINDRA BANGUN S
A 01001394
PROGRAM STUDI
DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN ( STIKES ) MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2012
HALAMAN
PENGESAHAN
LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Judul
Laporan :
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN
KEPERAWATAN KEKURANGAN ENERGI
PROTEIN PADA ANAK
2. Bidang
kegiatan :
Keperawatan
3. Pelaksana
:
WINDRA BANGUN S
a.
Program Studi : DIII Keperawatan
b.
Perguruan Tinggi : STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
Gombong,
17 April 2011
KURANG ENERGI PROTEIN
A. Pengertian
KEP ( Kekurangan energi protein ) adalah salah satu
keadaan dimana tubuh mengalami defisiensi zat gizi yaitu kalori ( zat tenaga )
dan protein ( zat pembangun ). Keadaan umumnya pada anak dibawah usia lima
tahun. Mulyati, sri 1993 : 20
KEP merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari - hari, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan
gizi.
Untuk
mengetahui KEP dapat dilihat dengan cara menggunakan alat ukur ANTROPOMETRI dengan melakukan pengukuran
timbang pada anak (BB, TB, lingkar lengan atas) dengan membandingkan standar
anak normal.
B. Etiologi
1.
Penyebab
KEP dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.
Penyebab
langsung
Yaitu masukan makanan yang kurang baik dari gizi
makro berupa karbohidrat, protein, lemak dan gizi mikro berupa vitamin A, B dan
Fe maupun penyakit atau kelainan yang
diderita anak misalnya penyakit infeksi, malabsorbsi, dll.
b.
Penyebab tidak langsung
Faktor ekonomi,
faktor fasilitas, perumahan, dan sanitasi, faktor pendidikan dan pengetahuan,
faktor fasilitas pelayanan kesehatan dan faktor pertanian, dll.
2.
Penyebab
KEP bervariasi, sehingga derajat KEP bervariasi dari yang paling ringan sampai
yang berat:
a.
KEP
ringan dan sedang, merupakan keadaan patologik akibat kekurangan energi dalam
waktu yang cukup lama, meskipun masukan protein dan zat gizi lainnya mungkin
mencukupi. Bila
hasil penimbangan
BB pada KMS terletak pada pita warna kuning diatas garis merah atau BB/U 70% -
80% (Baku median WHO-NCHS).
b.
Marasmus,
dimulai dengan mengurangnya energi hingga hilangnya sub kutan yang berlanjut
dengan menyusutnya jaringan otot serta organ lainnya, baik morfologi maupun
fungsinya (dikatakan anak marasmik hidup dari tubuhnya sendiri)
c.
Kwashiorkor
terjadi akibat tubuh selalu kekurangan protein dalam diit dan lebih banyak
mendapat diit kaya karbohidrat (energi relatif cukup)
d.
marasmic-kwashiorkor
merupakan peralihan yang terjadi dari kwashiokor menjadi marasmus atau
sebaliknya, bergantung pada diit yang diperolehnya
3.
Secara garis
besar ditandai dengan tiga tingkatan
a.
KEP Ringan : Bila hasil
penimbangan BB pada KMS terletak pada pita warna kuning diatas garis merah atau
BB/U 70% - 80% (Baku median WHO-NCHS).
b.
KEP Sedang : Bila hasil
penimbangan BB pada KMS berada dibawah garis merah (BGM) atau BB/U 60% - 70%
(Baku median WHO-NCHS).
c.
KEP Berat : bila hasill penimbangan BB/U < 60% (Baku median WHO-NCHS) pada KMS tidak ada garis pemisah antara KEP berat dan KEP ringan.
C. Tanda
dan Gejala
1.
Tanda
dan gejala KEP ringan
a.
Pertumbuhan
linier berkurang atau tertutup
b.
Kenaikan
BB berkurang, berhenti dan kadang turun
c.
Ukuran
lengan lingkar atas menurun
d.
Maturasi
tulang lambat
e.
Rasio
berat badan terhadap tinggi normal/ menurun
f.
Tebal
kulit/ lipat kulit normal/ berkurang
g.
Anemia
ringan
h.
Aktifitas
dan perhatian berkurang
i.
Kadang-kadang
ada kelainan kulit
2.
Tanda dan
gejala kwashiorkor
Gejala klinik yang selalu ada:
a.
Edema
(gejala kardinal, tanpa edema tidak dapat ditegakkan diagnosis kwashiokor
karena hipoalbumin)
b.
Pertumbuhan
terlambat
c.
Perubahan
psikomotorik (cengeng, apatis)
d.
Berkurangnya
jaringan lemak subkutan
Gejala klinis yang biasanya ada:
a.
Perubahan
rambut (tipis, lurus, jarang, mudah dicabut tanpa rasa sakit, kemerahan
karena gangguan melano genesis), kalau
terjadi akut kelainan rambut tidak ada
b.
Anoreksia,
diare
c.
Pigmentasi
kulit dan persisikan kulit
d.
Moon
face
e.
Anemia
Gejala klinis yang kadang ada: flaky point rash,
hepatomegali
3.
Tanda dan gejala marasmus
Gambaran yang umum adalah bayi yang kurus kering
akibat berkurangnya lemak subkutan
Gejala klinis yang selalu ada:
a.
Pertumbuhan
yang sangat terlambat
Lemak subkutan hampir tidak ada (sel lemak masih
ada), sehingga kulit anak keriput, wajah seperti orang tua, perut tampak buncit
b.
Jaringan
otot mengecil
c.
Tidak
ada oedema
Gejala klinis yang kadang-kadang ada:
a.
Perubahan
rambut: kusam, kemerahan, mudah dicabut
b.
Gejala
defisiensi nutrien/ vitamin yang menyertai
c.
Gejala/
tanda penyakit yang menyertai (diare, penyakit infeksi akut maupun kronik
Gejala lain
a.
Perubahan
mental: sering menangis walaupun habis makan, apatis (marasmus berat)
b.
Kelainan
rambut kepala, kering, tipis, mudah rontok
c.
Jantung:
bradikardia
d.
Kecepatan
napas berkurang
e.
Hb
rendah
D. Patofisiologi
|
||||||
E. Cara Menemukan
kasus KEP
1.
Keluarga / Posyandu / Poli Gizi
Pada penimbangan
bulanan di Posyandu dapat diketahui anak tersebut terkena KEP, baik berat, sedang, ringan.
2.
Puskesmas
Semua balita yang datang ke puskesmas harus ditentukan status gizinya, apabila ditemukan balita KEP sedang berat segera dilakukan pemeriksaan ulang dan kaji dengan cara teliti. Bila KEP
sedang, tanpa penyakit penyerta yang termasuk berat, maka dapat dilakukan rawat
jalan saja. Dan bila penyerta itu berat, maka segera bawa ke RS. terdekat.
F.
Pemeriksaan KEP
1.
Antropometri
Meliputi : Tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas
2.
Klasifikasi lain yang juga digunakan:
Kategori
|
BB/U ( %)
|
Edema
|
Gizi normal
|
>80
|
-
|
Gizi kurang
|
80 - 60
|
-
|
Kwashiorkor
|
60-80
|
+
|
Marasmus
|
<60
|
-
|
Kwashiorkor
- marasmus
|
<60
|
+
|
3.
Uji laboratorik
Uji laboratorik
|
Kwashiorkor
|
Marasmus
|
1.
Darah
Albumin serum’
Asam amino darah
Anemia
|
<2,5gr%
Tidak seimbang
Positif
|
2,5 gr%
Seimbang
Kadang terjadi
|
2.
Air Kemih
Proteinuria
Indeks hidroksipron
Urea per gram kreatinin
|
Negatif
Rendah
Normal / rendah
|
Negatif
Rendah
Rendah
|
Catatan
1.
Pemeriksaan
laboratorium tidak harus dikerjakan, karena biayanya
cukup mahal, padahal penderita kebanyakan berasal dari keluarga yang tidak
mampu ;
kecuali untuk
tujuan khusus
2.
Biopsi
hepar :
pada kwashiorkor terdapat infiltrasi lemak, sedangkan pada marasmus normal atau
atrofik
3.
Untuk
kepentingan praktis, diagnosa cukup berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik secara cermat
G. Diagnosa yang terjadi
1.
Kekurangan
nutrisi b/d gastrointernitis/ mual muntah/ kurang pengetahuan akan makanan
bergizi
2.
Resiko
kekurangan cairan b/d gastrointeritis
3.
Gangguan
intergritas kulit b/d edema
4.
Gangguan pola
aktifitas bermain anak b/d defisiensi energi dan kelemahan fisik
5.
Cemas b/d
kurangnya pengetahuan mengenai penyakit dan resiko penurunan status kesehatan
H. Intervensi
1.
Dx : Nutrisi
Kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat menunjukan
peningkatan status gizi
Kriteria Hasil :
a.
Hb Normal
b.
Kapilarefil
baik
c.
Konjungtiva
tidak anemis
d.
TTV normal
e.
Balance
cairan baik
Intervensi :
a.
Manajemen nutrisi
1)
Kaji riwayat alergi makanan,
dan catat jika memiliki alergi terhadap jenis makanan tertentu
R : Data yang tetpat tentang riwayat nutrisi klien
dapat membantu dalam penentuan intervensi
2)
Kaji makanan kesukaan klien.
R : untuk mengetahui kemungkinan ada pengaruh makanan terhadap kondisi
klien
3)
Hitung jumlah kalori yang
dibutuhkan dan tipe nutrisi yang diperlukan.
R : dengan menghitung kebutuhan nutrisi serta antropometri dapat mengetahui
tingkat satatus gizi seorang
4)
Dorong asupan nutrisi sedikit tapi sering
R : dengan sedikit tapi sering diharapkan dapat memberikan nutrisi sesuai
kebutuhan serta mengurangi efek mual
5)
Monitor asupan nutrisi dan
kalori
R : Dengan memonitor kita mengetahui apakah klien makan dengan benar atau
tidak
6)
Timbang BB secara teratur.
R : dengan menimbang berat badan dapat mengetahui tingkat kebutuhan gizi
dan kondisi seseorang
b.
Nutrisi
1)
Tentukan BB tubuh ideal klien.
R : Untuk mengetahui masalah gizi, tingkat gizi seseorang
2)
Monitor BB Klien.
Dengan memonitor BB kita dapat mengetahui tingkat perkembangan kondisi
tubuh klien
3)
Monitor respon emosi klien
terkait dengan situasi/ waktu makan.
R : respon emosi klien terhadap makanan menunjukan selera makan klien
4)
Monitor lingkungan selama
makan.
R : Dengan memonitor lingkungan kita dapat menghindari kemungkinan kondisi
lingkungan yang dapat menyebabkan nafsu makan menurun
5)
Kolaborasikan
dengan dokter pemberian obat anti mual muntah
R : dengan obat anti emetik diharapkan efek mual muntah dapat selesai dan
klien mau makan
6)
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan.
R : Dengan memonitor pertumbuhan dan perkembangan kita dapat mengetahui
masalah yang dihadapi klien
7)
Monitor kondisi kulit : pucat,
kemerahan, kekeringan, kekenyalan.
R : dengan memonitor kondisi kulit kita dapatkan data permasalahan nutrisi
maupun kebutuhan cairan
8)
Monitor makanan kesukaan klien dan kolaborasikan dengan ahli gizi mengenai diit
makanan yang tepat
9)
Kolaborasikan
dengan dokter untuk pemberian terapi infus yang tepat sesuai kebutuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar