Rabu, 28 Desember 2011

kebersihan jalan nafas


KEBERSIHAN JALAN NAFAS



Disusun sebagai bahan presentasi














Disusun Oleh Kelompok 2
WINDRA BANGUN S


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011

A.    Jalan Nafas
Dibawah laring, jalan nafas dapat dibagi menjadi tiga komponen yaitu :
1.         Jalan nafas Penghantar (‘conducting airways’) terdiri atas trakea, bronki dan berakhir dengan bronkioli terminal.
2.         Jalan nafas peralihan (‘transitional airways’) terdiri atas bronkioli respiratorik dimana gas dialirkan dan terjadi sejumlah pertukaran gas.
3.         Duktus Alveolaris, sakus dan alveoli, tempat pertukaras gas berlangsung dengan darah kapiler paru.

B.     Mekanika Pernafasan
1.         Dinding dada
Pada waktu inspirasi, dada dan paru mengembang dalam seluruh tiga bidang : antero-posterior, transversal dan longitudinal. Bertambahnya ukuran dada dalam 3 dimensi terjadi karena iga-iga bergerak ke anterior, ke atas dan saling menjauhi sebagai akibat kontraksi diafragma dan otot-otot inspirasi tambahan.
2.         Otot – otot pernafasan
Otot - otot yang digunakan waktu bernapas dapat dibagi dalam dua bagian :
Otot pernapasan primer à diafragma yang dibentuk oleh dua hemidiafragma yang membentuk dasar toraks dari abdomen

C.    Sistem respiratory
Terdiri dari serangkaian organ yang berfungsi untuk pertukaran gas antara atmosfer dengan plasma melalui ventilasi dan difusi. Berperan dalam mempertahankan homeostatis dengan mengatur penyediaan oksigen, penggunaan nutrisi, eliminasi dan keseimbangan asam basa.
a)         Ventilasi
Perpindahan gas antara atmosfer dengan alveolus paru, melalui inspirasi dan ekspirasi
Ada 3 aspek utama mempengaruhi ventilasi:
    Mekanika Ventilasi
    Kerja Ventilasi
    Kecepatan Ventilasi


D.    Ventilasi
a.         Mekanika Ventilasi
Meliputi pengembangan dan kompresi cavum thorak dan paru. Normal : diatur oleh pusat regulasi pada medula dan pons.
Inspirasi : impuls syaraf à stimulasi kontraksi otot inspirasi (diafragma & m. intercostalis externa) à otot memendek à peningkatan diameter à Volume Meningkat dan Tekanan menurun à Udara mengalir dari atmosfer ke alveolus. Ekspirasi : merupakan proses pasif, tidak memerlukan energi.
b.         Kerja ventilasi
Energi untuk respirasi : 2-3 % energi total.
Faktor yang mempengaruhi kerja ventilasi :
v  Resistensi terhadap inspirasi
    Setiap faktor yang menurunkan compliance paru
    Degenerasi jaringan
    Deformitas struktur rongga thorak
    Obstruksi saluran nafas oleh : mukus >>, konstriksi bronkus, neoplasma
Peningkatan resistensi      Peningkatan Kerja Ventilasi
v  Resistensi terhadap ekspirasi
    Penyakit Paru Obstruktif
    COPD
    Bronchiectasis
    Penyakit Paru Obstruktif
    Ca Paru
    Infeksi/ Peradangan
c.         Kecepatan ventilasi
Intake – Output udara yang optimal ditentukan oleh kecepatan, kedalaman dan irama respirasi



E.     Pengertian Ketidakbersihan Jalan Nafas
·           Suatu keadaan dimana individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau risiko pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan batuk secara efektif.
·           Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga bersihan jalan napas (Nanda, 2005).
·           penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, refersibel dimana trakeo bronkial respon secara hiper aktif terhadap stimuli tertentu.
·           Ketidakbersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

F.     Manifestasi Klinis
Batasan karakteristik bersihan jalan napas tidak efektif :
·           Dispnea
·           Penurunan suara napas
·           Orthopnea
·           Suara napas tambahan : rales, krakles, ronkhi, whezing
·           Tidak ada batuk
·           Produksi Sputum berlebih
·           Sianosis
·           Kesulitan bicara
·           Mata melebar
·           Perubahan ritme dan frekuensi pernapasan
·           Gelisah

G.    Faktor yang berhubungan
a.         Lingkungan
Merokok, menghisap asap rokok,
b.         Obstruksi jalan nafas
Spasme jalan nafas, mucus berlebih, eksudat dalam alveoli, materi asing dalam jalan nafas, adanya jalan nafas bantuan,
c.         Fisiologis
Jalan nafas alergik, asma, penyakit paru obstruktif, hyperplasia dinding bronkeal,


H.    Contoh Penyakit
Beberapa contoh penyakit dan masih banyak lainnya yang berkaitan dengan bersihan jalan nafas :
1.         Bronchiecthasis
Di penyakit ini terjadi pelebaran bronkus yang abnormal dan kerusakan dinding bronkus.
Penyebabnya :
    Sumbatan jalan nafas
    Respon imun yang kurang terhadap benda
2.         Pneumonia
Merupakan penyakit infeksi yang bisa disebabkan oleh :
    Virus Influenza
    Streptococus aureus
    Streptococus pneumoniae
Gejalanya :
Sesak nafas, natuk, demam, berkeringat
3.         Tuberculosis Paru
Penyakit paru yang disebabkan oleh microbacterium Tuberculosa dan bersifat sangat menular melalui sputum yang dikeluarkan penderita.
Turun berat badan, rasa capek berlebih, demam, berkeringat malam hari, dan batuk.
4.         Asma
Adalah penyakit jalan  nafas obstruktif intermiten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
5.         Bronkitis
Bronkitis adalah peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara
6.         Efusi pleura
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura.
7.         Dan lain – lain

I.       Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1.         Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekret
2.         Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas pada bronkus,

J.       Intervensi
No DX
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional


1

Tujuan :
keefektifan jalan nafas dan mampu mempertahankan jalan yang paten.
Kriteria Hasil :
    Tidak ada bunyi tambah
    RR 16 – 24 per menit
    Kecepatan dan kedalaman pernafasan normal.
    Tidak terjadi dispnea sionasis.
    Penurunan batuk dan non produktif.


Auskultasi jalan nafas, catat adanya wheezing, ronchi, rales.

Pertahankan polusi lingkungan minim misal : debu, bulu bantal.

Beri posisi yang nyaman dengan peninggian kepala tempat tidur, atau posisi semi fowler.

Kaji eefektifitas batuk dan ajarkan betuk efektif

Berikan tindakan rebulizer, inhalasi.

Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan bronkodilator.





Untuk mengetahui tanda adnya gangguan jalan nafas

Mengurangi resiko efek hipersensitifitas alergen


Untuk memaksimalkan ekspansi paru



Untuk mengeluarkan secret dengan dibatukan

Untuk melonggarkan jalan nafas

Untuk melegakan jalan nafas



2
Tujuan :
Pola nafas efektif
Kriteria Hasil :
    RR 16 – 24 kali per menit.
     


TTV Secara berkala


Kaji Warna Membran Mukosa Kulit.

Kolaborasikan dengan dokter untuk terapi oksigen.

Posisikan semi fowler




Memberikan transfusi darah sesuai penghitungan jika dibutuhkan

Untuk mengetahui keadaan klien saat ini

Mengetahui adanya dan tingkat gangguan

Pemberian oksigen mengurangi beban kerja otot-otot pernafasan.

Membuat ekspansi paru maksimal dan memudahkan pengambilan oksigen

Untuk membuat suplai oksigen keseluruh tubuh adekuat jika terjadi adanya mungkin karena kecelakaan.













DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff H, Murty A. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya 1995.
Capernito, Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan, Buku Saku, EGC, Jakarta, 1999, edisi 2
Doenges M.G. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta, 2000, edisi 3
Suparman H. Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1998, Jilid II
Sihning EJ. Tehapuring. Terapi Rasional Asma Bronkial II. Hang Tuah University Press, Surabaya, 1998.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar