Selasa, 27 Desember 2011

kejiwaan di tengah masyarakat


KASUS KEJIWAAN DI TENGAH
MASYARAKAT BUDAYA

Disusun Sebagai Dasar Presentasi





Disusun oleh: 
WINDRA BANGUN  S   : 
 ( 15 ) / A01001394


PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang unik. Dari setiap sisi dari tubuh manusia menjadi sebuah hal yang menarik untuk dipelajari. Kita juga mengenal berbagai sistem organ yang mempunyai peran yang sangat penting sesuai dengan peran fungsinya. Namun disamping kita mengetahui peran fisik juga kesehatan akan tubuh manusia, perlu diketahui bahwa manusia memiliki dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Kedua unsur ini harus seimbang, dan jika ada salah satu unsur tidak seimbang atau berat sebelah maka akan jadi sebuah masalah. Misalnya orang dengan fisik yang sempurna namun ternyata menderita sakit tetapi bkan di fisik melainkan di jiwa. Hal ini membuktikan bahwa kesehatan jiwa juga sangat penting untuk di perdalam dan diperhatikan.

B.     Rumusan Masalah
    Apa yang dimaksud dengan kesehatan jiwa ?
    Apa arti gangguan jiwa ?
    Faktor apa saja yang dapat menyebabkan gangguan jiwa ?
    Apa pengertian depresi ?
    Bagaimana pandangan masyarakat terhadap gangguan jiwa ?

C.    Tujuan
Dengan membaca makalah ini diharapkan kita mengetahui lebih banyak akan pentingnya kesehatan jiwa dan tau bagaimana tindakan yang sebaiknya kita lakukan melihat kondisi budaya kita yang menganggap bahwa itu merupakan aib.

D.    Sistematika penulisan
Makalah ini tersusun atas BAB I PENDAHULUAN yang tersusun atas Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Sistematika Penulisan; BAB II PEMBAHASAN Terdiri dari Sekilas Kesehatan Jiwa, Klasifikasi gangguan Jiwa, Faktor yang mempengaruhi kejiwaan, Depresi, Contoh Kasus Kejiwaan, BAB III PENUTUP Terdiri dari Kesimpulan dan Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sekilas Kesehatan Jiwa
Untuk memahami masalah gangguan kejiwaan pada manusia maka perlu di pahami definisi kesehatan jiwa. Menurut situs www.dinkes-dki.go.id, kesehatan jiwa  adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Definisi kesehatan jiwa tersebut sangat ideal sehingga jika definisi tersebut dijadikan patokan maka banyak dari kita yang masuk dalam kondisi tidak  sehat secara kejiwaan. Mengapa? Bukankah jika kita memiliki sifat iri hati maka kita sudah masuk dalam kondisi tidak sehat.
Gangguan jiwa juga  dapat diartikan sebagai adanya kondisi atau situasi kejiwaan yang negatif, menyebabkan perilaku, pikiran, dan perasaannya tidak sesuai dengan lingkungannya.

B.     Klasifikasi Gangguan Jiwa
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) menyusun klasifikasi gangguan kejiwaan  sebagai berikut:
·           Gangguan psikomatik (contoh: schizophrenia)
·           Gangguan cemas (contoh:panic attack, phobia)
·           Gangguan mood (contoh:bipolar mood, depression)
·           Gangguan amnestic (contoh: amnesia)
·           Gangguan dissosiatif (contoh: multiple personality)
·           Gangguan somatisasi (contoh : hipokondria, pain, conversion)
·           Gangguan tidur (contoh: insomnia, mimpi buruk)
·           Gangguan makan (contoh: obesitas, anorexia, nervosa, bulimia)
·           Gangguan seksual (contoh : premature ejaculation, dysparenia, vaginismus)
·           Gangguan impuls (contoh : kleptomania, pyromania)
·           Gangguan kepribadian (contoh: eksploitative, paranoia)
·           Gangguan ketergantungan zat (contoh : alcohol addict, heroin addict)
·           Gangguan factitious (contoh: munchausen)
·           Gangguan penyesuaian diri (contoh: adjustment disorder)

C.    Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Banyak gangguan kejiwaan yang muncul pada kehidupan manusia diawali oleh rendahnya kecerdasan emosi karena tidak mampu mengendalikan dorongan emosionalnya, membebani jiwa dengan pikiran, perasaan dan perbuatan yang terus menerus mengganggu kesehatan jiwa dan raga. Walaupun demikian ada beberapa gangguan kejiwaan karena faktor organis.

D.    Depresi
Menurut Gerbing (1990:548) dalam Psychology Boundaries & frontiers, Mood disorder may be characterized by a deep, forbidding depression, or a combination of depression and euphoria. In essence, the person with mood disorder is either deeply depressed or alternates between periods of depression and elation. Gangguan mood dapat dicirikan dengan depresi yang dalam, atau kombinasi dari depresi dan gembira yang berlebihan. Dengan kata lain individu dengan kelainan mood selain depresi yang mendalam dapat berupa periode elasi (keceriaan) dan depresi.
Menurut Patricia D. Barry (1998:302) dalam Mental Health and mental Ilness menjelaskan The affective mental disorders include those mental conditions that cause a change in a person’s mood (also known as affect) or emotional state for prolonged period of time. The changed emotional state may be depression, elation, or combination occuring in alternate cycles. Gangguan mental afektif (gangguan alam perasaan) meliputi kondisi mental yang menyebabkan perubahan alam perasaan seseorang (yang dikenal dengan afek) atau keadaan emosional dalam periode waktu yang panjang. Perubahan keadaan emosional tersebut dapat berupa depresi, kegembiraan atau kombinasi dari berbagai siklus (tipe).
Jadi : Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak semangat, perasaan tidak berharga, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, sampai munculnya ide menyendiri bahkan bunuh diri.

E.     Faktor Depresi
a)        Genetik factor
faktor genetik dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga atau keturunan. Hal ini disepakati bahwa faktor keturunan dan lingkungan memegang peranan penting dalam beberapa gangguan mood
b)        Agression Turned Inward Theory
Teori agresi menyerang ke dalam menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri. Menurut Sigmund Frud depresi adalah agresi yang diarahkan pada diri sendiri sebagai bagian dari nafsu bawaan yang bersipat merusak (insting agresif). Prosesnya terjadi akibat kehilangan atau perasaan ambivalen terhadap objek yang sangat dicintai. Klien merasa marah dan mencintai yang terjadi secara bersamaan dan hal ini tidak mampu untuk mengekspresikan kemarahannya sebab dianggap tidak tepat dan tidak rasional.
c)         Object loss theory ;
Teori kehilangan objek merujuk pada perpisahan traumatic individu dengan benda atau seseorang yang sangat berarti dalam fase membutuhkan seseorang yang memberikan rasa aman untuk lekatan (attachment). Dua isu penting dalam teori ini adalah ; Kehilangan dalam masa kanak-kanak sebagai faktor predisposisi terjadinya depresi pada masa dewasa dan perpisahan dalam kehidupan setelah dewasa yang menjadi faktor pencetus terjadinya stress.
d)        Personality organization Theory
Teori organisasi kepribadian menguaraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi system keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor. Pandangan lain dari depresi adalah memfokuskan pada varibel utama dari psikososial yaitu harga diri rendah. Konsep diri klien menjadi isu pokok. Ketika mengekspresikan kesedihan hati atau depresi atau over kompensasi.
e)         Cognitive model :
Model cognitive menyatakan bahwa depresi merupakan masalah cognitive yang didominasi oleh evaluasi negatif sesorang terhadap dirinya sendiri, dunia seseorang dan masa depannya. Berdasarkan teori ini adanya kejadian yang merugikan sebagai contoh : Seorang suami mengatakan “ia meninggalkan saya karena saya tidak mampu mencintainya, tanpa mempertimbangkan alternative lainnya sebagi penyebab misalnya; kepribadiannya yang tidak cocok, istrinya memiliki masalah sendiri, atau perubahan perasaan istrinya terhadap suami. Ia selalu memfokuskan pada kekurangan pribadinya, Ia hanya dapat berfikir tentang dirinya secara negatif dan tidak mencoba memahami kemampuannya, prestasinya, dan atribut-atribut yang ada pada dirinya. Kesimpulan dalam teori ini adalah klien depresi didominasi oleh sikap pesimis.
f)         Learned helplessness model.
Model ketidak berdayaan yang dipelajari menunjukan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang adaptif. Orang ini percaya bahwa tidak seorangpun yang dapat membantunya. Dan tidak seorangpun dapat melakukan sesuatu untuknya. Keyakinan yang negatif tersebut menyebabkan dia putus harapan, bersikap pasif.
g)        Behavioral model.
Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengasumsi bahwa peyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Depresi berkaitan dengan interaksi antara perilaku individu dengan lingkungan. Teori ini memandang bahwa individu memiliki kemampuan untuk memeriksa dan mempertimbangkan perilakunya.
h)        Bilogical Model
Model biologik menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi. termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan variasi periodic dalam irama biologis. Abnormalitas yang signifikan dapat dilihat ketika terjadi depresi. Termasuk didalamnya adalah kelainan dalam elektrolit, khususnya sodium dan kalium. Perubahan dalam neurofisiologis, kegagalan fungsi regulasi otonom dari aktivitas system syaraf seperti adrenokortikal, tiroid, perubahan gonad, perubahan dalam neurotransmitter seperti katekolamin, norepinephrin, dan epinephrine.
i)          Masalah Dalam Bounding and Attachment dan genetic
Gangguan ikatan antara ibu dan anak (mother-child bonding) pada usia dini, sangat penting dalam terjadinya keadaan patologis pada perkembangan kepribadian di kemudian hari. Bila seorang ibu menderita depresi, maka peran dan fungsinya sebagai ibu akan terganggu, yang mengakibatkan relasi patologik pada anak.
F.     Contoh Kasus Depresi yang Menjurus Gila
Di desa Sidoharum terdapat kasus orang dengan gangguan jiwa yang tergolong depresi yang menjurus pada kegilaan. Seseorang dengan inisial A, umur 45 status belum menikah, Dia anak ke 2 dari 4 bersaudara mengalami gangguan kejiwaan dengan sering melakukan hal sebagai berikut :
·           Sering marah sendiri tanpa alasan
·           Memukul dan Membanting sesuatu
·           Bicara kotor yang mengandung unsur seksual
·           Mengunci diri,
·           Sering mengatakan hal yang tidak pantas terhadap wanita ataupun tetangganya
Tn A telah mengalami gangguan sudah cukup lama namun puncak dari masalah ini sekitar 4 bulan yang lalu sejak ibunya meninggal, ibu yang sangat dekat dengannya.

G.    Faktor – faktor Terjadi Kasus pada Tn A Tersebut
1.         Faktor Lingkungan
Tn A merasa di abaikan di keluarga sebab dari sekian banyak saudara yang cukup sukses, dia sendiri yang tidak bekerja, tidak memiliki kemandirian. Bahkan di lingkungan sekitar seakan di pandang sempit oleh warga sekitar karena kelakuan yang aneh seperti jarang keluar rumah dan main layang – layang di umur yang sudah tidak wajar
2.         Faktor Kehilangan
Tn A mencapai puncak masalah sejak di tinggal Ibu kandungnya yang merupakan satu satunya orang terdekat selama ini.
3.         Faktor Kognitif model
Model ini menyatakan depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap dirinya sendiri, dunia seorang dan masa depannya.
4.         Behavioral model berkaitan sosial
Pada Tn A terjadi juga salah satunya karena kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi terhadap lingkungan sosial.



5.         Learned Helpness model
Orang ini percaya bahwa tidak ada seorang pun yang mampu membantunya keluar dari masalahnya, pemikiran ini menjadikan Tn A putus harapan dan bersikap pasif

H.    Perilaku Sosial Budaya yang Boleh dan Tidak
“Gila” Masyarakat kerap merujuk kata tersebut sebagai ungkapan bagi orang yang menderita gangguan jiwa. Tak jarang, keluarga penderita memasungnya karena khawatir mengamuk atau karena malu. Padahal, gangguan jiwa bisa disembuhkan asal terdeteksi sejak dini.
Namun dalam kasus pada Tn A belum terjadi hal tersebut sebab kondisi lingkungan baik keluarga maupun masyarakat memiliki pengetahuaan yang cukup akan dampak negatif dari pemasungan terhadap orang yang mengalami depresi yang menjurus gila seperti pada Tn A

I.       Tinjauan Masalah dan Tinjauan Budaya
Dari tahun ke tahun jumlah penderita gangguan jiwa ternyata mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal bisa dibuktikan dengan dari banyaknya pasien yang di rawat di ruang jiwa RSUD Banyumas. Bahkan melebihi kapasitas yang disediakan.
Parahnya stigma di masyarakat terlanjur menganggap gangguan jiwa adalah penyakit yang memalukan bagi keluarga. Bahkan tak sedikit yang menganggap gangguan jiwa merupakan penyakit karena gangguan makhluk halus sehingga cara pengobatan pun lebih banyak dipilih jalur non medis. Adapula masyarakat yang memilih cara praktis dengan memasung pasien. Penderita gangguan jiwa, selama ini diposisikan tidak bermutu atau tidak dianggap. Masyarakat juga tidak terlalu care sehingga tidak ada yang mengurus

J.      Solusi Negatif dan Positif dalam Penanganan Klien Tn A
Gangguan kejiwaan mempunyai tiga golongan yaitu berat, sedang dan ringan. Dalam tahap ringan, pasien biasanya merasa cemas namun masih bisa memecahkan persoalan tersebut. Sedangkan sedang, pasien sudah memerlukan konsultasi dengan psikolog. Sementara yang berat sudah meulai merasakan halusinasi yakni mendengar suara, meihat bayanagn yang tidak ada wujudnya.
a.         Solusi Negatif
    Kurung Penderita pada sebuah ruangan atau kamar agar penderita tidak mengamuk, jalan jalan, atau mencelakakan orang lain
    Sembunyikan penderita dan jangan sampai masyarakat tau karena hal ini akan menjadi aib keluarga
    Bawa ke pengobatan alternatif atau dukun karena prosesnya lebih mudah
b.        Solusi Positif
    Pada awalnya keluarga harus lebih peduli dan selalu mendukung dengan memberikan perhatian lebih, motivasi.
    Bawalah Klien pada ahlinya yang pertama ke psikolog dan umpama tidak berhasil bisa ke rumah sakit jiwa andai saja tidak mampu.
    Peran masyarakat untuk memberikan empati sangatlah penting, berikan dukungan baik pada penderita maupun keluarga agar tidak ada perasaan tersingkir dari pergaulan sosial.
    Pada kasus Tn A segera nikahkan dengan seorang perempuan karena diumur yang sudah tidak muda lagi bisa menimbulkan masalah yang sangat besar dimana semua saudaranya sudah mapan dan berkeluarga.
    Ajarkan pendalaman agama untuk menjadikan mental lebih kuat
















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Gangguan jiwa juga  dapat diartikan sebagai adanya kondisi atau situasi kejiwaan yang negatif, menyebabkan perilaku, pikiran, dan perasaannya tidak sesuai dengan lingkungannya. Banyak gangguan kejiwaan yang muncul pada kehidupan manusia diawali oleh rendahnya kecerdasan emosi karena tidak mampu mengendalikan dorongan emosionalnya, membebani jiwa dengan pikiran, perasaan dan perbuatan yang terus menerus mengganggu kesehatan jiwa dan raga. Walaupun demikian ada beberapa gangguan kejiwaan karena faktor organis.
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak semangat, perasaan tidak berharga, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, sampai munculnya ide menyendiri bahkan bunuh diri.
Contoh tindakan yang seharusnya kita lakukan jika menghadapi masalah gangguan kejiwaan sebagai berikut :
·           Pada awalnya keluarga harus lebih peduli dan selalu mendukung dengan memberikan perhatian lebih, motivasi.
·           Bawalah Klien pada ahlinya yang pertama ke psikolog dan umpama tidak berhasil bisa ke rumah sakit jiwa andai saja tidak mampu.
·           Peran masyarakat untuk memberikan empati sangatlah penting, berikan dukungan baik pada penderita maupun keluarga agar tidak ada perasaan tersingkir dari pergaulan sosial.
·           Ajarkan pendalaman agama untuk menjadikan mental lebih kuat








DAFTAR PUSTAKA

kisah nyata di desa sidoharum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar