KASUS KEJIWAAN DI TENGAH
MASYARAKAT BUDAYA
Disusun
Sebagai Dasar Presentasi

Disusun
oleh:
WINDRA BANGUN S :
(
15 ) / A01001394
PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang unik. Dari setiap
sisi dari tubuh manusia menjadi sebuah hal yang menarik untuk dipelajari. Kita
juga mengenal berbagai sistem organ yang mempunyai peran yang sangat penting
sesuai dengan peran fungsinya. Namun disamping kita mengetahui peran fisik juga
kesehatan akan tubuh manusia, perlu diketahui bahwa manusia memiliki dua unsur
yaitu jasmani dan rohani. Kedua unsur ini harus seimbang, dan jika ada salah
satu unsur tidak seimbang atau berat sebelah maka akan jadi sebuah masalah.
Misalnya orang dengan fisik yang sempurna namun ternyata menderita sakit tetapi
bkan di fisik melainkan di jiwa. Hal ini membuktikan bahwa kesehatan jiwa juga
sangat penting untuk di perdalam dan diperhatikan.
B. Rumusan Masalah
Apa
yang dimaksud dengan kesehatan jiwa ?
Apa
arti gangguan jiwa ?
Faktor
apa saja yang dapat menyebabkan gangguan jiwa ?
Apa
pengertian depresi ?
Bagaimana
pandangan masyarakat terhadap gangguan jiwa ?
C. Tujuan
Dengan
membaca makalah ini diharapkan kita mengetahui lebih banyak akan pentingnya
kesehatan jiwa dan tau bagaimana tindakan yang sebaiknya kita lakukan melihat
kondisi budaya kita yang menganggap bahwa itu merupakan aib.
D. Sistematika penulisan
Makalah
ini tersusun atas BAB I PENDAHULUAN yang tersusun atas Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan, Sistematika Penulisan; BAB II PEMBAHASAN Terdiri dari Sekilas
Kesehatan Jiwa, Klasifikasi gangguan Jiwa, Faktor yang mempengaruhi kejiwaan,
Depresi, Contoh Kasus Kejiwaan, BAB III PENUTUP Terdiri dari Kesimpulan dan
Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekilas Kesehatan Jiwa
Untuk
memahami masalah gangguan kejiwaan pada manusia maka perlu di pahami definisi kesehatan jiwa. Menurut situs
www.dinkes-dki.go.id, kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Definisi
kesehatan jiwa
tersebut sangat ideal sehingga jika definisi tersebut dijadikan patokan maka
banyak dari kita yang masuk dalam kondisi tidak sehat secara kejiwaan. Mengapa? Bukankah
jika kita memiliki sifat iri hati maka kita sudah masuk dalam kondisi tidak sehat.
Gangguan jiwa juga dapat
diartikan sebagai adanya kondisi atau situasi kejiwaan yang negatif,
menyebabkan perilaku, pikiran, dan perasaannya tidak sesuai dengan lingkungannya.
B.
Klasifikasi
Gangguan Jiwa
Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ) menyusun klasifikasi gangguan kejiwaan sebagai
berikut:
·
Gangguan
psikomatik (contoh: schizophrenia)
·
Gangguan
cemas (contoh:panic attack, phobia)
·
Gangguan
mood (contoh:bipolar mood, depression)
·
Gangguan
amnestic (contoh: amnesia)
·
Gangguan
dissosiatif (contoh: multiple personality)
·
Gangguan
somatisasi (contoh : hipokondria, pain, conversion)
·
Gangguan
tidur (contoh: insomnia, mimpi buruk)
·
Gangguan
makan (contoh: obesitas, anorexia, nervosa, bulimia)
·
Gangguan seksual (contoh : premature ejaculation, dysparenia, vaginismus)
·
Gangguan
impuls (contoh : kleptomania, pyromania)
·
Gangguan
kepribadian (contoh: eksploitative, paranoia)
·
Gangguan ketergantungan zat (contoh : alcohol addict, heroin addict)
·
Gangguan
factitious (contoh: munchausen)
·
Gangguan
penyesuaian diri (contoh: adjustment disorder)
C. Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Banyak
gangguan kejiwaan yang muncul pada kehidupan manusia diawali oleh rendahnya
kecerdasan emosi karena tidak mampu mengendalikan dorongan emosionalnya,
membebani jiwa dengan pikiran, perasaan dan perbuatan yang terus menerus mengganggu
kesehatan jiwa dan raga. Walaupun demikian ada beberapa gangguan kejiwaan
karena faktor organis.
D.
Depresi
Menurut Gerbing (1990:548) dalam
Psychology Boundaries & frontiers, Mood
disorder may be characterized by a deep, forbidding depression, or a
combination of depression and euphoria. In essence, the person with mood
disorder is either deeply depressed or alternates between periods of depression
and elation. Gangguan mood dapat dicirikan dengan depresi yang dalam,
atau kombinasi dari depresi dan gembira yang berlebihan. Dengan kata lain
individu dengan kelainan mood selain depresi yang mendalam dapat berupa periode
elasi (keceriaan) dan depresi.
Menurut Patricia D. Barry (1998:302)
dalam Mental Health and mental Ilness menjelaskan The affective mental disorders include those mental conditions
that cause a change in a person’s mood (also known as affect) or emotional
state for prolonged period of time. The changed emotional state may be
depression, elation, or combination occuring in alternate cycles.
Gangguan mental afektif (gangguan alam perasaan) meliputi kondisi mental yang
menyebabkan perubahan alam perasaan seseorang (yang dikenal dengan afek) atau
keadaan emosional dalam periode waktu yang panjang. Perubahan keadaan emosional
tersebut dapat berupa depresi, kegembiraan atau kombinasi dari berbagai siklus
(tipe).
Jadi : Depresi adalah gangguan alam perasaan yang
ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak semangat,
perasaan tidak berharga, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, sampai
munculnya ide menyendiri bahkan bunuh diri.
E.
Faktor
Depresi
a)
Genetik factor
faktor
genetik dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat
keluarga atau keturunan. Hal ini disepakati bahwa faktor keturunan dan
lingkungan memegang peranan penting dalam beberapa gangguan mood
b)
Agression Turned Inward Theory
Teori
agresi menyerang ke dalam menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan
marah yang ditujukan kepada diri sendiri. Menurut Sigmund Frud depresi adalah
agresi yang diarahkan pada diri sendiri sebagai bagian dari nafsu bawaan yang
bersipat merusak (insting agresif).
Prosesnya terjadi akibat kehilangan atau perasaan ambivalen terhadap objek yang
sangat dicintai. Klien merasa marah dan mencintai yang terjadi secara bersamaan
dan hal ini tidak mampu untuk mengekspresikan kemarahannya sebab dianggap tidak
tepat dan tidak rasional.
c)
Object loss theory ;
Teori kehilangan
objek merujuk pada perpisahan traumatic
individu dengan benda atau seseorang yang sangat berarti dalam fase
membutuhkan seseorang yang memberikan rasa aman untuk lekatan (attachment). Dua isu penting dalam
teori ini adalah ; Kehilangan dalam masa kanak-kanak sebagai faktor
predisposisi terjadinya depresi pada masa dewasa dan perpisahan dalam kehidupan
setelah dewasa yang menjadi faktor pencetus terjadinya stress.
d)
Personality organization Theory
Teori
organisasi kepribadian menguaraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan
harga diri rendah mempengaruhi system keyakinan dan penilaian seseorang
terhadap stressor. Pandangan lain dari depresi adalah memfokuskan pada varibel
utama dari psikososial yaitu harga diri rendah. Konsep diri klien menjadi isu pokok.
Ketika mengekspresikan kesedihan hati atau depresi atau over kompensasi.
e)
Cognitive model :
Model
cognitive menyatakan bahwa depresi merupakan masalah cognitive yang didominasi oleh evaluasi negatif sesorang
terhadap dirinya sendiri, dunia seseorang dan masa depannya. Berdasarkan teori
ini adanya kejadian yang merugikan sebagai contoh : Seorang suami mengatakan “ia meninggalkan saya karena saya tidak
mampu mencintainya”, tanpa mempertimbangkan alternative lainnya
sebagi penyebab misalnya; kepribadiannya yang tidak cocok, istrinya memiliki
masalah sendiri, atau perubahan perasaan istrinya terhadap suami. Ia selalu
memfokuskan pada kekurangan pribadinya, Ia hanya dapat berfikir tentang dirinya
secara negatif dan tidak mencoba memahami kemampuannya, prestasinya, dan
atribut-atribut yang ada pada dirinya. Kesimpulan dalam teori ini adalah klien
depresi didominasi oleh sikap pesimis.
f)
Learned helplessness model.
Model
ketidak berdayaan yang dipelajari menunjukan bahwa bukan semata-mata trauma
menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali
terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang
respon yang adaptif. Orang ini percaya bahwa tidak seorangpun yang dapat
membantunya. Dan tidak seorangpun dapat melakukan sesuatu untuknya. Keyakinan
yang negatif tersebut menyebabkan dia putus harapan, bersikap pasif.
g)
Behavioral model.
Model
perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengasumsi bahwa
peyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi
dengan lingkungan. Depresi berkaitan dengan interaksi antara perilaku individu
dengan lingkungan. Teori ini memandang bahwa individu memiliki kemampuan untuk
memeriksa dan mempertimbangkan perilakunya.
h)
Bilogical Model
Model biologik
menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi.
termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan
variasi periodic dalam irama biologis. Abnormalitas yang signifikan dapat
dilihat ketika terjadi depresi. Termasuk didalamnya adalah kelainan dalam
elektrolit, khususnya sodium dan kalium. Perubahan dalam neurofisiologis,
kegagalan fungsi regulasi otonom dari aktivitas system syaraf seperti adrenokortikal,
tiroid, perubahan gonad, perubahan dalam neurotransmitter seperti katekolamin,
norepinephrin, dan epinephrine.
i)
Masalah Dalam Bounding and Attachment dan genetic
Gangguan
ikatan antara ibu dan anak (mother-child
bonding) pada usia dini, sangat penting dalam terjadinya keadaan
patologis pada perkembangan kepribadian di kemudian hari. Bila seorang ibu
menderita depresi, maka peran dan fungsinya sebagai ibu akan terganggu, yang
mengakibatkan relasi patologik pada anak.
F.
Contoh
Kasus Depresi yang Menjurus Gila
Di desa Sidoharum terdapat kasus orang dengan gangguan
jiwa yang tergolong depresi yang menjurus pada kegilaan. Seseorang dengan
inisial A, umur 45 status belum menikah, Dia anak ke 2 dari 4 bersaudara mengalami
gangguan kejiwaan dengan sering melakukan hal sebagai berikut :
·
Sering marah sendiri tanpa alasan
·
Memukul dan Membanting sesuatu
·
Bicara kotor yang mengandung unsur
seksual
·
Mengunci diri,
·
Sering mengatakan hal yang tidak pantas
terhadap wanita ataupun tetangganya
Tn A telah mengalami
gangguan sudah cukup lama namun puncak dari masalah ini sekitar 4 bulan yang
lalu sejak ibunya meninggal, ibu yang sangat dekat dengannya.
G.
Faktor
– faktor Terjadi Kasus pada Tn A Tersebut
1.
Faktor
Lingkungan
Tn A merasa di abaikan
di keluarga sebab dari sekian banyak saudara yang cukup sukses, dia sendiri
yang tidak bekerja, tidak memiliki kemandirian. Bahkan di lingkungan sekitar
seakan di pandang sempit oleh warga sekitar karena kelakuan yang aneh seperti
jarang keluar rumah dan main layang – layang di umur yang sudah tidak wajar
2.
Faktor
Kehilangan
Tn A mencapai puncak
masalah sejak di tinggal Ibu kandungnya yang merupakan satu satunya orang
terdekat selama ini.
3.
Faktor
Kognitif model
Model ini menyatakan
depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif
seseorang terhadap dirinya sendiri, dunia seorang dan masa depannya.
4.
Behavioral
model berkaitan sosial
Pada Tn A terjadi juga salah satunya
karena kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi terhadap lingkungan
sosial.
5.
Learned
Helpness model
Orang ini percaya bahwa
tidak ada seorang pun yang mampu membantunya keluar dari masalahnya, pemikiran
ini menjadikan Tn A putus harapan dan bersikap pasif
H.
Perilaku
Sosial Budaya yang Boleh dan Tidak
“Gila” Masyarakat kerap merujuk kata tersebut
sebagai ungkapan bagi orang yang menderita gangguan jiwa. Tak jarang, keluarga
penderita memasungnya karena khawatir mengamuk atau karena malu. Padahal,
gangguan jiwa bisa disembuhkan asal terdeteksi sejak dini.
Namun dalam kasus pada Tn A belum terjadi hal
tersebut sebab kondisi lingkungan baik keluarga maupun masyarakat memiliki
pengetahuaan yang cukup akan dampak negatif dari pemasungan terhadap orang yang
mengalami depresi yang menjurus gila seperti pada Tn A
I.
Tinjauan
Masalah dan Tinjauan Budaya
Dari tahun ke tahun jumlah penderita gangguan jiwa
ternyata mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal bisa dibuktikan
dengan dari banyaknya pasien yang di rawat di ruang jiwa RSUD Banyumas. Bahkan
melebihi kapasitas yang disediakan.
Parahnya stigma di masyarakat terlanjur menganggap
gangguan jiwa adalah penyakit yang memalukan bagi keluarga. Bahkan tak sedikit
yang menganggap gangguan jiwa merupakan penyakit karena gangguan makhluk halus
sehingga cara pengobatan pun lebih banyak dipilih jalur non medis. Adapula
masyarakat yang memilih cara praktis dengan memasung pasien. Penderita gangguan
jiwa, selama ini diposisikan tidak bermutu atau tidak dianggap. Masyarakat juga
tidak terlalu care sehingga tidak ada yang mengurus
J. Solusi Negatif dan Positif dalam
Penanganan Klien Tn A
Gangguan kejiwaan mempunyai tiga golongan yaitu
berat, sedang dan ringan. Dalam tahap ringan, pasien biasanya merasa cemas
namun masih bisa memecahkan persoalan tersebut. Sedangkan sedang, pasien sudah
memerlukan konsultasi dengan psikolog. Sementara yang berat sudah meulai
merasakan halusinasi yakni mendengar suara, meihat bayanagn yang tidak ada wujudnya.
a.
Solusi
Negatif
Kurung
Penderita pada sebuah ruangan atau kamar agar penderita tidak mengamuk, jalan
jalan, atau mencelakakan orang lain
Sembunyikan
penderita dan jangan sampai masyarakat tau karena hal ini akan menjadi aib
keluarga
Bawa
ke pengobatan alternatif atau dukun karena prosesnya lebih mudah
b.
Solusi
Positif
Pada
awalnya keluarga harus lebih peduli dan selalu mendukung dengan memberikan
perhatian lebih, motivasi.
Bawalah
Klien pada ahlinya yang pertama ke psikolog dan umpama tidak berhasil bisa ke
rumah sakit jiwa andai saja tidak mampu.
Peran
masyarakat untuk memberikan empati sangatlah penting, berikan dukungan baik
pada penderita maupun keluarga agar tidak ada perasaan tersingkir dari
pergaulan sosial.
Pada
kasus Tn A segera nikahkan dengan seorang perempuan karena diumur yang sudah
tidak muda lagi bisa menimbulkan masalah yang sangat besar dimana semua
saudaranya sudah mapan dan berkeluarga.
Ajarkan
pendalaman agama untuk menjadikan mental lebih kuat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan
jiwa juga dapat diartikan sebagai adanya kondisi atau situasi kejiwaan
yang negatif, menyebabkan perilaku, pikiran, dan perasaannya tidak sesuai dengan lingkungannya. Banyak
gangguan kejiwaan yang muncul pada kehidupan manusia diawali oleh rendahnya
kecerdasan emosi karena tidak mampu mengendalikan dorongan emosionalnya,
membebani jiwa dengan pikiran, perasaan dan perbuatan yang terus menerus mengganggu
kesehatan jiwa dan raga. Walaupun demikian ada beberapa gangguan kejiwaan
karena faktor organis.
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak semangat, perasaan tidak
berharga, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, sampai munculnya ide
menyendiri bahkan bunuh diri.
Contoh tindakan yang seharusnya kita lakukan jika
menghadapi masalah gangguan kejiwaan sebagai berikut :
·
Pada awalnya keluarga harus lebih peduli
dan selalu mendukung dengan memberikan perhatian lebih, motivasi.
·
Bawalah Klien pada ahlinya yang pertama
ke psikolog dan umpama tidak berhasil bisa ke rumah sakit jiwa andai saja tidak
mampu.
·
Peran masyarakat untuk memberikan empati
sangatlah penting, berikan dukungan baik pada penderita maupun keluarga agar
tidak ada perasaan tersingkir dari pergaulan sosial.
·
Ajarkan pendalaman agama untuk
menjadikan mental lebih kuat
DAFTAR PUSTAKA
kisah
nyata di desa sidoharum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar