PSYKOLOGI KEPERAWATAN
Disusun Untuk Pemahaman
kepribadian

Disusun Oleh:
WINDRA BANGUN SUCIPTO
NIM : A01001394
PRODI DIII KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dapat di pungkiri lagi bahwa sejak kita lahir
kita sudah dekat dengan apa yang dimaksud psikologi karena itu sudah ada pada
diri setiap individu. Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu
gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan
psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Setiap manusia harus melewati
serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini
sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.
Jika kita ditanya apa yang dimaksud psikologi ?
maka akan didapati jawaban yang sangat bermacam. Lalu kita spesifikan menjadi “
Apakah psikologi kesehatan itu ? Lebih konkret lagi bahwa, psikologi kesehatan
itu adalah psikologi pada dasarnya namun di aplikasikan dalam segi kesehatan
yang meliputi bermacam cara baik dari cara mengenal, mekanisme koping, stres,
emosi dan lain – lain
B. Tujuan
Agar kita bisa lebih mengenal kepribadian klien
dalam hal ini seorang karena jika kita pandang arti sehat bukan hanya sehat
fisik namun juga mental. Jika salah satu ada yang bermasalah maka disebut
sakit. Untuk itu kita harus menguasai psikologi kesehatan disamping ilmu
kesehatan.
C. Sistematika
Penulisan
Dalam buku ini disajikan dalam 1 judul yaitu
psikologi kesehatan namun dijabarkan dengan beberapa sub judul.
BAB I Pendahuluan berisi Latar belakang, Tujuan,
dan Sistematika Penulisan. BAB II Pembahasan berisi psikologi kepribadian,
penggolongan manusia, perkembangan, emosi, stres, depresi, adaptasi, Gangguan
psikosomatis dan aplikasi psikologi dalam kesehatan.
BAB III Penutup berisi Kesimpulan dan Daftar
Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
KEPRIBADIAN
A. Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah semua corak perilaku dan
kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi
serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari
dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas
pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis,artinya
selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah
pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap
kepribadiannya (Depkes, 1992).
Kepribadian menurut G.W. alport : “ kepribadian adalah suatu
organisasi yang dinamis dan system psikofisis di dalam individu yang menentukan
penyesuaian yang khas terhadap lingkungan.
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona yang berarti
topeng yakni alat untuk menyembunyikan identitas diri. Bagi bangsa romawi persona
berarti bagaimanan seseorang tampak pada orang lain. Adapun pribadi yang merupakan
terjemahan bahasa inggris.
Secara filosofis dapat di katakana bahwa pribadi adalah aku yang sejati dan kepribadian merupakan penampakan sang aku dalam bentuk prilaku tertentu. Disini muncul gagasan umum bahwa kepribadian adalah kesan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang di peroleh dari apa yang dipikir,dirasakan,dan diperbuat.
Secara filosofis dapat di katakana bahwa pribadi adalah aku yang sejati dan kepribadian merupakan penampakan sang aku dalam bentuk prilaku tertentu. Disini muncul gagasan umum bahwa kepribadian adalah kesan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang di peroleh dari apa yang dipikir,dirasakan,dan diperbuat.
Sementara Sigmund Freud
memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem
yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain
merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian
tersebut.
Dari sebagian besar teori kepribadian diatas, dapat kita ambil
kesamaan sbb(E. Koswara):
1.
sebagian besar batasan
melukiskan kerpibadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotesis, dan
tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh
kepribadian. Atau dengan kata lain kepribadian dipandang sebagai “organisasi”
yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku kita.
2.
sebagian besar batasan
menekankan perlunya memahami arti perbedaan-perbedaan individual. Dengan
istilah “kepribadian”, keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan melalui
study tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang
membedakannya dengan individu lain diharapkan dapat menjadi jelas atau dapat
dipahami. Para teoris kepribadian memandang kepribadian sebagai sesuatu yang
unik dan atau khas pada diri setiap orang.
3.
sebagian besar batasan
menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut “sejarah hidup”,
perkembangan, dan perspektif. Kepribadian, menurut teoris kepribadian,
merepresentasikan proses keterlibatan subyek atau individu atas
pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup factor-faktor genetic
atau biologis, pengalaman-pengalaman social, dan perubahan lingkungan. Atau
dengan kata lain, corak dan keunikan kepribadian individu itu dipengaruhi oleh
factor-faktor bawaan dan lingkungan.
B. Penggolongan Manusia
Penggolongan manusia banyak
macamnya tergantung dari mana kita melihat sudut pandangnya. Disini kita akan berbicara penggolongan manusia .
Penggolongan manusia sangatlah sulit kendalanya
terletak pada heterogenitas dan keunikan sipat manusia. Tidak ada satu
manusiapun yang dapat dianggap memiliki sipat yang sama kemudian dikelompokkan
berdasarkan sifat itu. Selain itu manusia bersipat dinamis dan berubah-ubah
sesuai hasil belajar dan kondisi lingkungan. Meskipun ia orang kembar sangatlah
sulit untuk menganggap satu kelompok kepribadian. Ilmu pengetahuan hanya bisa
melakukan pendekatan agar beberapa ciri yang agak mirip dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok kepribadian.
1.
Berdasarkan
aspek biologis :
Berdasarkan aspek
biologis, Hipocrates membagi kepribadian menjadi 4 kelompok besar dengan
fokus pada cairan tubuh yang
mendominasi dan memberikan pengaruh kepada individu tersebut. ( 4 jenis cairan
tubuh), pembagiannya meliputi : empedu kuning (choleris), empedu hitam (melankolis),
cairan lendir (flegmatis) dan darah (sanguinis).
·
Sanguin,
sanguin adalah orang yang gembira, yang senang hatinya, mudah untuk membuat
orang tertawa, dan bisa memberi semangat pada orang lain. Tapi kelemahannya
adalah dia cenderung impulsive, yaitu orang yang bertindak sesuai emosi
atau keinginannya.
·
Plegmatik,
tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak
beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Naik turun emosinya itu
tidak nampak dengan jelas. Orang ini memang cenderung bisa menguasai dirinya
dengan cukup baik, ia intorspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat,
menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Kelemahan
orang plegmatik adalah ia cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah,
sehingga suka mengambil jalan pintas yang paling mudah dan gampang.
·
Melankolik,
Tipe melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus,
yang paling sempurna dan dia memang adalah seseorang yang mengerti estetika
keindahan hidup ini. Perasaannya sangat kuat, sangat sensitif maka kita bias
menyimpulkan bahwa cukup banyak seniman yang memang berdarah melankolik.
Kelemahan orang melankolik, ia mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup
sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung.
·
Kolerik.
Seseorang yang kolerik adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada
pekerjaan dan tugas, dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang
sangat tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan
akan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang yang
berciri kolerik adalah kurangnya kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orang
lain (empati), belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak
minim, karena perasaannya kurang bermain. Sedangkan Menurut Shelldon dan Kretchmer kepribadian didasarkan padA (bentuk tubuh) :
endomorf, mesomorf dan ektomorf.
2. Berdasarkan aspek psikologis :
Menurut Jung
kepribadian dikategorikan menjadi ; introvert dan ekstrovert, sedangkan Heymans
membagi menjadi : emosialitet, aktivitet dan sekunder.
Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kepribadian :
·
Faktor
Genetik
Dari beberapa penelitian bayi-bayi baru lahir
mempunyai temperamen yang berbeda, Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada usia
3 bulan. Perbedaan meliputi: tingkat aktivitas, rentang atensi, adaptabilitas
pada perubahan lingkungan. Sedangkan menurut hasil riset tahun 2007 kazuo
Murakami di Jepang menunjukan bahwa gen Dorman bisa distimulasi dan diaktivasi
pada diri seseorang dalam bentuk potensi baik dan potensi buruk.
·
Faktor
Lingkungan
Perlekatan (attachment): kecenderungan
bayi untuk mencari kedekatan dengan pengasuhnya dan untuk merasa lebih aman
dengan kehadiran pengasuhnya dapat mempengaruhi kepribadian. Teori perlekatan
(Jhon Bowlby) menunjukkan : kegagalan anak membentuk perlekatan yang kuat
dengan satu orang atau lebih dalam tahun pertama kehidupan berhubungan dengan
ketidakmampuan membentuk hubungan dengan orang lain pada masa dewasa (Bowlby ,
1973).
·
Faktor
Stimulasi Gen dan Cara Berfikir
Berdasarkan penelitian akhir 2007, yang
dilakukan oleh Kazuo Murakami, Ph.D dari Jepang dalam bukunya The Divine
message of the DNA. Menyimpulkan bahwa kepribadian sepenuhnya dikendalikan
oleh gen yang ada dalam sel tubuh manusia. Gen tersebut ada yang bersipat
Dorman (tidur) atau tidak aktip dan yang bersipat aktip. Bila kita sering
menyalakan gen yang tidur dengan cara positif thinking maka kepribadian dan
nasib kita akan lebih baik. Jadi genetik bukan sesuatu yang kaku, permanen dan
tidak dapat dirubah.
C.
Struktur Kepribadian Manusia
Struktur kepribadian merupakan unsur-unsur atau
komponen yang membentuk diri seseorang secara psikologis. Salah satu contoh
struktur kepribadian yang paling tua gagasannya adalah menurut Sigmund Frued
tokoh psikoanalisa. Berdasarkan beberapa penelitian pada klien yang mengalami
masalah kejiwaan ia menyimpulkan bahwa diri manusia dalam membentuk
kepribadianya terdiri atas 3 komponen utama yaitu Das es, das ich, das Uber
Ich istilah lainnya id, ego, super ego. Untuk memudahkan pemahaman,
saya sering menamakan kalau id artinya nafsu atau dorongan-dorongan kenikmatan
yang harus dipuaskan, bersipat alamiah pada manusia. Ego sering saya analogikan
sebagai kemampuan otak atau akal yang membimbing manusia untuk mencari jalan
keluar terhadap masalah melalui penalarannya. Super Ego sering saya analogikan
sebagai norma, aturan, agama, norma sosial.
Struktur
Kepribadian dalam pandangan Frued
Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian
manusia itu terdiri dari id, ego dan superego. Id adalah
komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem
kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah
bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada
dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk
mengatur dorongandorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego.
Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan
filter dari sensor baik- buruk, salah-benar, boleh- tidak sesuatu yang
dilakukan oleh dorongan ego.
Struktur
kepribadian menurut Calvil S. Hall dan Lindzey
Menurut Calvil S. Hall dan Lindzey, dalam
psikodinamika masing-masing bagian dari kepribadian total mempunyai fungsi,
sifat, komponen, prinsip kerja dinamika dan mekanisme tersendiri, namun
semuanya berinteraksi begitu erat satu sama lainnya, sehingga tidak mungkin
dipisahkan. Id bagian tertua dari aparatur mental dan merupakan komponen
terpenting sepanjang hidup. Id dan instink-instink lainnya mencerminkan
tujuan sejati kehidupan organisme individual. Jadi id merupakan pihak
dominan dalam kemitraan struktur kepribadian manusia.
Cara kerja
masing-masing struktur dalam pembentukan kepribadian adalah:
(1) apabilarasa id-nya
menguasai sebahagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak primitif,
implusif dan agresif dan ia akan mengumbar impuls-impuls primitifnya,
(2) apabila rasa
ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak
dengan cara-cara yang realistik, logis, dan rasional, dan
(3) apabila rasa super ego-nya
menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak pada
hal-hal yang bersifat moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yang
kadang-kadang irrasional.
D.
Perkembangan Kepribadian
a.
Perkembangan
kepribadian menurut Gardener Murphy
Perkembangan kepribadian dalam pandangan
Gardener Murphy : merupakan tahap-tahap dinamis, berubah-ubah yang terdiri dari
fase keseluruhan (tanpa differensiasi), kemudian fase diferensiasi dan fase
integrasi yaitu fungsi yang sudah mengalami diferensiasi diitegrasikan dalam
satu unit yang berkoordinasi. Fase keseluruhan merupakan watak umum yang
mendominasi seperti pemarah, pemberani, semangat, penipu, pembelajar,
petualang. Dalam perkembangan berikutnya terdiferensiasi misalnya pemberani
yang memilki semangat pembelajar, penipu yang memiliki darah seni. fase
integrasi yaitu fungsi yang sudah mengalami diferensiasi diitegrasikan dalam
satu unit yang berkoordinasi biasanya di atas 40 tahun kepribadiannya menjadi
mantap dan cenderung menetap
b.
Perkembangan
kepribadian menurut Sigmund Freud
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat
teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir
sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian
tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting
bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap. Menurut Freud,
kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun yaitu:
·
tahap oral,
Mouth rule (menghisap, menggigit, mengunyah), Lima mode pada tahap oral
yang masing-masing membentuk suatu prototipe karakteristik kepribadian tertentu
di kemudian hari, yaitu mode : mengambil, memeluk, menggigit, meludah dan
membungkam. Mengambil : menjadi petunjuk tingkah laku rakus, Memeluk : menjadi
petunjuk dalam mengambil keputusan dan tingkah laku keras kepala. Menggigit :
menjadi petunjuk tingkah laku destruktif; sarkasme, sinis & mendominasi,
Meludah : prototipe tingkah laku reject, Membungkam: tingkah laku reject,
introvert.
·
tahap anal: 1-3 tahun,
Akhir tahap oral bayi dianggap telah dapat
membentuk kerangka kasar kepribadian, meliputi : sikap, mekanisme untuk
memenuhi tuntutan id dan realita, dan ketertarikan pada suatu aktivitas atau
objek. Kebutuhan menyangkut pemuasan anak terhadap control mengenai hal-hal
yang menyangkut anal (mis: bagaimana anak mengontrol keinginan untuk BAK dan
bagaimana beradaptasi dengan toilet. Tujuan tahap ini : terpenuhinya pemuasan
anak dengan tidak berlebihan akan membentuk self control yang adekuat.
·
tahap phalic: 3-6 tahun,
Solusi permasalahan pada fase oral & anal
membentuk pola kerangka yang mendasar tahap berikutnya yaitu phalik. Pada tahap
ini kesenangan dan permasalahan berpusat sekitar alat kelamin. Stimulasi pada
alat genital menimbulkan dorongan biologis, dorongan dikurangi timbul kepuasan.
Permasalah yang timbul : oedipus complex
·
tahap laten: 6-12 tahun,Periode lambat ,
dimana desakan seksual mengendur. Sebaiknya digunakan untuk mencari
keterampilan kognitif/pengetahuan dan mengasimilasi nilai-nilai budaya. Pada
periode ini ego & superego terus dikembangkan
·
tahap
genital: 12-18 tahun Dorongan/impuls-impuls menguat lagi dengan drastis.
Pecapaian ego ideal sudah tercapai pada tahap ini
·
tahap dewasa, yang terbagi dewasa awal, usia
setengah baya dan usia senja Konsep psikolanalisis menekankan pengaruh masa
lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang
mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan
dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual
E. Tipe
Kepribadian Manusia
Beberapa ahli lain menyatakan bahwa faktor belajar dan
lingkungan memegang peranan yang sangat menentukan. Perpaduan kedua faktor itu
dinamakan Anna Anastasia, dimana keduanya membentuk kepribadian manusia.
John L Holland, seorang praktisi
yang mempelajari hubungan antara kepribadian dan minat pekerjaan, mengemukakan
bahwa ada enam tipe atau orientasi kepribadian pada manusia.
·
Tipe
Realistik
Menyukai pekerjaan yang sifatnya konkret, yang
melibatkan kegiatan sistematis, seperti mengoperasikan mesin, peralatan. Tipe
seperti ini tidak hanya membutuhkan keterampilan, komunikasi, atau hubungan
dengan orang lain, tetapi dia memiliki fisik yang kuat. Bidang karier yang
cocok, yaitu perburuhan, pertanian, barber shop, dan konstruski.
·
Tipe
Intelektual
Menyukai hal-hal yang teoritis dan konseptual,
cenderung pemikir daripada pelaku tindakan, senang menganalis, dan memahami
sesuatu. Biasanya menghindari hubungan sosial yang akrab. Tipe ini cocok
bekerja di laboratorium penelitian, seperti peneliti, ilmuwan, ahli matematika.
·
Tipe Sosial
Senang membantu atau bekerja dengan orang lain.
Dia menyenangi kegiatan yang melibatkan kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan
berhubungan dengan orang lain, tetapi umumnya kurang dalam kemampuan mekanikal
dan sains. Pekerjaan yang sesuai, yaitu guru/pengajar, konselor, pekerja
sosial, guide, dan bartender.
·
Tipe
Konvensional
Menyukai pekerjaan yang terstruktur atau jelas
urutannya, mengolah data dengan aturan tertentu. Pekerjaan yang sesuai, yaitu
sekretaris, teller, filing, serta akuntan.
·
Tipe Usaha
/ Interpresing
Cenderung mempunyai kemampuan verbal atau
komunikasi yang baik dan menggunakannya untuk memimpin orang lain, mengatur,
mengarahkan, dan mempromosikan produk atau gagasan. Tipe ini sesuai bekerja
sebagai sales, politikus, manajer, pengacara atau agensi iklan.
·
Tipe
Artistik
Cenderung ingin mengekspresikan dirinya, tidak
menyukai struktur atau aturan, lebih menyukai tugas-tugas yang memungkinkan dia
mengekspresikan diri. Karier yang sesuai, yaitu sebagai musisi, seniman,
dekorator, penari, dan penulis.
EMOSI, STRES, DEPRESI DAN ADAPTASI
A.
Emosi
Perasaan yang umum yang mencakup elemen fisiologis dan
kognisi dan dapat mempengaruhi tingkah laku. Elemen-elemen fisiologis:
peningkatan denyut nadi, keringatan , jantung berdebar-debar dll. Sedangkan
elemen-elemen kognitif : memahami atau pemaknaan terhadap reaksi emosional.
Ă¼ Emosi adalah manifestasi perasaan dan disertai
banyak komponen fisiologis, dan biasanya berlangsung tidak lama (Maramis,1990)
Ă¼ Emosi adalah : Setiap kegiatan atau pergolakan
pikiran , perasaan, nafsu. Setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap “
Oxford English Dictionary” (dalam Golemen,2003)
Ă¼ Atkinson mendefinisikan emosi sebagai dorongan
yang dapat dapat mengaktifkan dan mengarahkan perilaku dengan cara yang sama
seperti yang dilakukan motif.
a)
Bentuk –bentuk reaksi emosi
·
Reaksi
amarah : hormon adrenalin meningkat, menyebabkan gelombang energi yang cukup
kuat untuk bertindak dahsyat, maka tangan menjadi mudah menghantam lawan, detak
jantung meningkat
·
Reaksi
takut : kaki akan lebih mudah diajak mengambil langkah seribu dan wajah menjadi
pucat. Hal ini disebabkan karena di pusat-pusat emosi, otak memicu
terproduksinya hormon seperti adrenalin, yang membuat tubuh waspada dan siap
bertindak
·
Reaksi
kebahagiaan: perubahan utama akibat timbulnya kebahagiaan adalah meningkatnya
kegiatan di pusat otak yang menghambat perasaan negatif dan meningkatkan energi
yang ada, dan menenangkan perasaan yang menimbulkan kerisauan.
·
Reaksi
perasaan cinta/kasih sayang, dan kepuasan seksual, mencakup rangsangan
parasimpatik (secara fisiologis lawan/antagonik dari aktivitas simpatik),
secara fisiologis adalah lawan mobilisasi “fight or flight” yang
sama-sama dimiliki oleh rasa takut, maupun amarah. Pola parasimpatik, yang
disebut “ respon relaksasi”, adalah serangkaian reaksi di seluruh tubuh yang
membangkitkan keadaan menenangkan dan puas, sehingga mempermudah kerja sama
·
Reaksi
terkejut Naiknya alis mata ketika terkejut memungkinkan diterimanya bidang
penglihatan yang lebar dan juga cahaya yang masuk ke retina. Reaksi ini membuka
kemungkinan lebih banyak informasi tentang peristiwa tak terduga, sehingga
memmudahkan memahami apa yang sebenarnya terjadi dan menyususn rencana tindakan
yang terbaik.
·
Reaksi
perasaan jijik : Ungkapan ini tampak sama , dan memberi pesan yang sama ;
sesuatu yang menyengat rasa atau bau. Ungkapan wajah rasa jijik ; bibir atas
mengerut ke samping sewaktu hidung sedikit berkerut.
·
Reaksi
perasaan sedih Kesedihan menurunkan energi dan semangat hidup untuk melakukan
kegiatan sehari-hari, terutama kegiatan penghambat waktu dan kesenangan. Bila
kesedihan semakin mendalam dan mendekati depresi, kesedihan akan meperlambat
metabolisme tubuh, sehingga mengakibatkan kehilangan energi. Fungsi pokok rasa
sedih adalah untuk menolong menyesuaikan diri akibat kehilangan yang menyedihkan,
seperti kematian orang-orang dekat atau kekecewaan besar
b)
Macam emosi menurut Paul Ekman
Macam macam emosi ( sesuai dengan emosi inti
yang dikemukakan oleh Paul Ekman) :
·
Marah :
beringas, mengamuk, benci, jengkel,kesal, berang, tersinggung, bermusuhan,
tindak kekerasan
·
Kesedihan :
pedih , sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian ditolak,
putus asa dan kalau menjadi patologis: depresi berat
·
Rasa takut
: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, waspada, kalau menjadi patologis:
fobia dan panic
·
Bahagia/senang/kenikmatan
: gembira, riang, puas, terhibur, bangga, takjub, rasa terpesona, rasa puas,
rasa terpenuhi, senang sekali, patologis : maniak
·
Cinta :
penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, kasih, kasmaran
·
Malu : rasa
salah, malu hati, hina, aib,
·
Jijik :
muak, mual, mau muntah, benci,
c)
Perkembangan Emosi
Pada saat dilahirkan
seorang bayi mengeluarkan tangisnya yang pertama,sebagai suara tangis untuk
mengembangkan paru-parunya. Tangis bayi selanjutnya merupakan peristiwa emosi,
kadang-kadang dijumpai bukan hanya sekedar mengeluarkan suara tangisnya,
melainkan sering pula badannya, tangan dan kakinya turut bergerak saat
menangis.
Emosi sebagai aspek psikologis, berkembang
mengikuti pola-pola perkembangan :
·
Perkembangan
dari keadaan sederhana menuju keadaan yang matang
·
Perkembangan
dari yang bersifat umum ke khusus (terdiferensiasi)
d)
Perkembangan emosi pada setiap tahap usia
Perkembangan setiap masa sangatlah berbeda,
perkembangan dimulai sejak manusia lahir.
·
Masa bayi /
infancy (lahir-2 tahun)
Saat dilahirkan : bayi merasakan suatu
kesenangan terhadap benda-benda disekitarnya termasuk individu-idividu lain,
seperti ibunya, sanak keluarga. Pada awal kehidupan reaksi emosi masih
sederhana pada umumnya hanya rasa senang dan tidak senang, dan pada usia 2
tahun sudah terjadi differensiasi
·
Anak-anak
awal (2-6 tahun):
reaksi
emosi sudah bervariasi, walaupun yang seringkali ditampilkan adalah perasaan
marah
·
Anak akhir
(6/7-11/12 th) :
Reaksi emosi semakin bervariasi dan mulai
belajar mengendalikan emosi
·
Remaja
(12/13 – 20/21 th) : seringkali menampilkan ketidakstabilan emosi
e)
Pengaruh emosi bagi perilaku
Fungsi
emosi adalah :
Misalnya saat marah : beringas, mengamuk, benci,
jengkel, kesal, berang, tersinggung, menyiapkan kita untuk bertindak melalui
kompensasi positif atau negatif. Kompensasi positif seperti tindakan olah raga,
menyapu, membersihkan kamar mandi. Sedangkan tindakan negatif meliputi peruasakan
barang atau kata-kata kasar.
Pada keadaan bersamaan rangsangan emosional
dapat merangsang pengeluaran hormone adrenal lainnya yaitu adrenocorticothropin
(ACTH), sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke otot dan orang
menjadi lebih kuat, maka tangan menjadi mudah menghantam lawan.
Kebiasaan-kebiasaan kita yang didukung oleh Reward and punishment lingkungan
akan membentuk perilaku dan kebiasaan kita saat marah. Misalnya seorang anak
mempelajari bagaimana reaksi ayahnya ketika marah, kemudian menirunya (imitation
process)
Suatu kondisi emosi tertentu (mis: marah) akan
merangsang sistem saraf otonom (system sarat simpatik dan parasimpatik). Pada
saat marah terjadi peningkatan aktivitas system sarat simpatik yang
meningkatkan pengeluaran hormon-hormon stres seperti epineprin dan nor
epineprin sehingga menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah perifer
yang akan meningkatkan frekuensi pernafasan, denyut jantung dan tekanan
darah,muka menjadi merah. Muka merah menandakan kita marah dan lebih efektif
menyampaiakan pesan sampai 60 % dibanding lewat kata-kata. Kata-kata hanya
efektif 10 %, suara 30 % dan bahasa atau ekspresi tubuh 60 %.
B.
STRES
B.1 Pengertian Stres :
·
Stress is a condition in which the human system responds to changes in
its norma balanced state (Taylor,
1997:755).
·
Grenberg, (1984 )
menyebutkan stress sebagai reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh
terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan
merisaukan seseorang.
·
Menurut
Hardjana ( 1994 ) stres sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi
seseorang yang menglami stress dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat
orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi
dan sistim sumber daya biologis, psilogis dan sosial yang ada padanya.
·
Selye ( 1982 ) adalah
‘’stress is the nonspecific result of any demand upon the body be the mental or
somatic’’, tubuh akan memberikan reaksi tertentu terhadap berbagai tantangan
yang di jumpai dalam hidup kita berdasarkan adanya perubahan biologi dan kimia
dalam tubuh.
·
Stress sebagai transaksi,
stres adalah hubungan tertentu antara individu dan lingkungannya yang dinilai
oleh individu sebagai sesuatu yang melebihi sumber daya dan membahayakan
kesehatannya (Lazarus and Folkman, 1984)
·
Menurut prof. Dr. Dadang
Hawari; Istilah stres dan depresi seringkali tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya. Setiap permasalahan kehidupan yang menimoa pada diri seseorang
(stresor psikososial ) dapat mengakibatkan gangguan fungsi/faal oragan tubuh
B.2 Model stress
a)
Model stres berdasarkan stimulus
Model stimulus
berdasarkan pada analogi sederhana dengan hukum elastisitas, Hooke menjelaskan
hukum elastisitas untuk menguraikan bagaimana beban dapat menimbulkan
keruksakan, jika strain yang dihasilkan oleh stres yang diberikan berada pada
batas elestisitas dari material tersebut akan kembali kekondisi semula, tetapi
jika strain yang dihasilkan melampaui batas elastisitasnya maka kerusakan akan
terjadi.
Kelemahan dari model stimulus ini adalah
kegagalanya dalam memperhitungkan cara orang menyatakan realita dari stimulus
lingkungan terhadap respon, misalnya beberapa perawat menyatakan bahwa bekerja
dilingkungan RSJ Bandung memberikan tantangan sementara perawat lain menyatakan
hal ini merupakan lingkungan pekerjaan yang selalu menimbulkan stress.
b)
Model stress berdasarkan respon
Model ini
mengidenfisikasi stres sebagai respon individu terhadap stressor yang diterima,
Selye ( 1982 ) menjelaskan stres sebagai respon non – spesifik yang timbul
terhadap tuntutan lingkungan, respon umum ini disebut sebagai General adaptation Syndrome (
GAS ) dan dibagi dalam tiga fase yaitu fase sinyal, fase perlawanan, dan fase
keletihan. Reaksi alarm merupakan respon siaga ( fight or flight). Pada fase ini terjadi peningkatan cortical
hormone, emosi, dan ketegangan.
Fase perlawanan ( resistance ) terjadi bila respon adaptif tidak mengurangi
persepsi terhadap ancaman, reaksi ini ditandai oleh hormone cortical yang tetap
tinggi. Ushan fisilogis untuk mengatasi stres mencapai kapasitas penuh, dan
perlawanan melalui mekanisme pertahanan diri dan strategi mengatasi stres.
Sedangkan reaksi kelelahan yaitu perlawanan terhadap stres yang berkepanjangan
mulai menurun, fungsi otak tergantung oleh perubahan metabolisme, sistem
kekebalan tubuh menjadi kurang efisien dan penyakit yang serius mulai timbul
pada saat kondisi menurut
c)
Model stress berdasarkan transaksional.
Pendekatan ini
mengacu pada interaksi yang timbul antara manusia dan lingkungannya. Antar
variable lingkungan dan individu terhadap proses penilaian kognitif ( cognitive appraisal ) yang
menjadi mediatornya.
Tiga tahap dalam mengukur potensial yang
mengandung stress yaitu pengukuran suatu situasi pontesial mengandung stres
yaitu :
Pengukuran
primer ; menggali persepsi
individu terhadap masalah saat ia menilai tantangan atau tuntutan yang
menimpanya
Pengukuran
sekunder; mengkaji kemampuan
seseorang atau sumber – sumber tersedia diarahkan untuk mengatasi masalah
Pengukuran
tersier, berfokus pada perkiraan
keefektifan perilaku koping dalam mengurangi dan menghadapi ancaman.
B.3 Psykofisiologi stress
Menurut Selye ( 1982 ) stres merupakan tanggapan
non – spesifik terhadap setiap tututan yang diberikan pada suatu organisme dan
digambarkan sebagai GAS. Konsep ini menujukan reaksi stres dalam tiga fase
yaitu fase sinyal ( alarm ), fase perawanan ( resistance ), dan fase keletihan ( exhaustion) .
Ilustrasi Reaksi Stres Selama 3 Fase (Selye, 1982)
Tahap sinyal adalah
mobilisasi awal dimana badan menemui tantangan yang diberikan oleh penyebab
stres. Ketika penyebab stres ditemukan, otak mengirimkan suatu pesan biokimia
kepada semua sistem tubuh. Pernafasan meningkat, tekanan darah naik, anak mata
membesar, ketegangan otot naik, dan seterusnya.
Jika penyebab stres
terus aktif, GAS beralih ketahap perlawanan. Tanda- tanda masuknya tahap
perlawanan termasuk keletihan, ketakutan dan ketegangan. Pribadi yang mengalami
tahap ini kini melawan penyebab stres. Sementara perlawanan terhadap suatu
penyebab stres khusus mungkin tinggi selama tahap ini, perlawanan terhadap
stres lainnya mungkin rendah.
Tahap terakhir
Gangguan stres adalah keletihan. Perlawanan pada penyebab stres yang sama dalam
jangka panjang dan terus menerus mungkin akhirnya menaikan penggunaan energy
penyesuaian yang bisa dipakai, dan sistem menyerang penyebab stres menjadi
letih. Dikutip dari : Psychology Health (Taylor. S, 1991)
B.4 Penyebab Stress dan Stresor Psikososial
Banyak faktor yang
dapat menimbulkan stres, faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress ini
disebut ”stressor”. Faktor-faktor psikososial cukup mempunyai arti bagi
terjadinya stress pada diri seseorang. Manakala tuntutan pada diri seseorang
itu melampauinya, maka keadaan demikian disebut distress.
Macam-macam stresor adalah :
·
Stresor
yang bersumber dari pribadi
Kepribadian dan
persepsi memainkan peranan penting terhadap tinggi rendahnya stres. Saat
seseorang mempersepsikan bahwa perceraian itu adalah sesuatu yang sangat
menyakitkan dan tidak ada jalan keluarnya, maka individu akan merasakan makin
stress.
·
Stresor
pekerjaan
Profesi-profesi tertentu ternyata mempunyai
potensi lebih besar dibandingkan profesi lainnya misalnya : polisi, pemadan
kebakaran, dokter, perawat, petani, pekerja tambang, sekretaris, masinis dll
·
Stresor
Lingkungan
Beberapa lingkungan
fisik dapat menimbulkan stres, seperti : suara gaduh/bising, ribut, berantakan,
tidak teratur. Kondisi penuh sesak, temperatur ruangan yang tinggi (gerah),
pencahayaan yang menyilaukan, polusi udara ,menataan mebeuler yang tidak
nyaman, polusi udara, limbah kimia dll.
·
Stresor
dalam presfektif Agama
Firman Allah surah Al
Baqarah ayat 155 : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Sedangkan Firman Allah surah Al-Maidah ayat
19-23 : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir,
apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat
kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat, yang
mereka itu tetap mengerjakan sholat.” (Q.S. 70 : 19-23).
·
Stresor
Psikososial
Stresor psikososial
adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang (anak, remaja, atau dewasa); sehingga orang itu terpaksa mengadakan
adaptasi atau menanggulangi stresor yang timbul. Namun, tidak semua mampu
mengadakan adaptasi dan mampu menanggulanginya, sehingga timbulah
kelluhan-keluhan kejiwaan, antara lain depresi.Pada umumnya jenis stressor ini
dapat digolonkan diantaranya adalah : perkawinan, keluarga, hubungan
interpersonal, lingkungan hidup, keuangan, perkembangan, penyakit fisik atau
cidera dan lain – lain.
B.5 Respon individu terhadap stress
Pada umumnya tubuh
akan bereaksi terhadap stresor, berupa respon darurat atau respon internal
lainnya. Jika ancaman dapat diselesaikan maka respon darurat akan segera
menghilang dan keadaan fisiologis tubuh menjadi normal.
Ada dua jenis respon
tubuh/fisiologis terhadap stres, respon tersebut berupa upaya tubuh untuk
menyesuaikan diri terhadap stress. Yang pertama adalah LAS : Local Adaptation Syndroma, yaitu
reaksi tubuh yang bersifat lokal/penyesuaian lokal. Misal: proses peradangan
ditempat masuknya mikroorganisme. Selanjutnya disebut GAS : General
Adaptation Syndroma. yaitu adaptasi tubuh yang terjadi secara
umum.
B.6 Tingkatan Stres
Dari pengalaman
praktek psikiatri, para ahli mencoba membagi stress tersebut dalam enam
tahapan. Setiap tahap memperlihatkan sejumlah gejala-gejala yang dirasakan oleh
yang bersangkutan, hal mana berguna bagi seseorang dalam rangka mengenali gejal
stress sebelum memeriksakannya ke dokter. Petunjuk-petunjuk tahapan stress
tersebut dikemukakan oleh Dr. Robert J. Van Amberg, psikiater sebagai berikut :
Stres tingkat I
merupakan tingkat
stress yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan – perasaan
semangat besar, penglihatan cermat, kemampuan menyelesaikan masalah cepat.
Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang lalu bertambah semangat, tanpa
disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.
Stres
tingkat II
Tahapan ini dampak
stress yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan keluhan
dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Pada tahap ini
timbul keluhan seperti merasa lelah sewaktu bangun pagi, letih, terkadang
timbul gangguan pencernaan, tegang, perasaan tidak santai.
Stres
tingkat III
Pada tahap ini
keluhan semakin Nampak disertai gejala gangguan perut semakin nampak, otot
terasa tegang, perasaan tegang meningkat, gangguan tidur. Pada tahap ini perlu
konsultasi ataupun berileksasi.
Stres
tingkat IV
Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih
buruk yang ditandai dengan ciriciri sebagai berikut :
Ă¼ Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat
sulit
Ă¼ Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini
terasa sulit
Ă¼ Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi
Ă¼ Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan
seringkali terbangun dini hari
Ă¼ Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam
Stres
tingkat V
Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih
mendalam dari tahapan IV diatas, yaitu :
Ă¼ Keletihan yang mendalam (physical and
psychological exhaustion)
Ă¼ Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja
terasa kurang mampu
Ă¼ Gangguan system pencernaan (sakit maag dan usus)
lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses cair dan sering ke
belakang.
Stres tingkat VI
Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang
merupakan keadaan gawat darurat. Tidak jarang penderita dalam tahapan ini di
bawa ke ICCU. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan. Debar jantung
terasa amat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin yang dikeluarkan, karena
stress tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah, Nafas sesak, megap-megapa,
Tenaga untuk hal-hal ayang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan atau
collaps
B.7 Hubungan antara stress dan sakit
Beberapa faktor yang saling berinteraksi di dalam tubuh
dapat menyebabkan atau memperburuk penyakit.Faktor-faktor tersebut meliputi:
sistem saraf, hormonal, dan sistem imun, dimana hal ini dapat terpacu kerjanya
akibat kondisi stres dan reaksi emosional yang negative. Pelepasan hormon stres
seperti adrenalin yang terjadi dengan cepat dan berulang kali dalam respon fight or flight pada kondisi
stres akan menyebabkan organ tubuh tertentu menjadi rusak.
Beberapa penyakit
yang disebabkan oleh kondisi stress :
Ă¼ Sakit kepala karena tegang, terjadi karena
kontraksi otot di dahi, mata, leher dan rahang
Ă¼ Sakit kepala migrain, disebabkan karena
peningkatan aliran darah dan sekresi biokimia ke bagian kepala. Pada sebagian
kasus migrain dianggap berkaitan dengan ketidakmampuan menyalurkan marah dan
frustasi.
Ă¼ Masalah di lambung (ulcus dan colitis), disebabkan oleh sekresi cairan lambung (asam
lambung) yang berlebihan yang mengikis lapisan dalam lambung dan penyebabkan
peradangan.
Ă¼ Penyakit jantung koroner, ada dua faktor yang
mempengaruhi : Berkaitan dengan tekanan darah tinggi dan adanya pelepasan
kortisol (hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal, dapat meningkatkan
kadar kolesterol dalam darah.
Ă¼ Influenza, dapat disebabkan oleh kondisi stres
akibat sistem imun yang melemah.
B.8 Managemen stres
Ada
lima cara menangani stress
Mengurangi
situasi stres
·
Melalui
kebiasaan, setiap orang mempunyai kebiasaan yang unik yang membantu
menyelesaikan kegiatan sehari-hari. Contoh: seorang ibu yang memutuskan
berhenti bekerja dan tinggal di rumah merawat anak. Setelah anaknya sekolah,
timbul stress karena kegiatan/kebiasaannya berubah.
·
Menghindari
perubahan, menghindari perubahan dengan membatasi perubahan yang tidak
diperlukan dan yang dapat dihindari
·
Time
blocking. Alokasi atau membatasi waktu atau menyediakan kurun waktu tertentu
untuk menfokuskan diri beradaptasi dengan stresor. Keuntungan alokasi waktu
adalah mengembangkan atau membangun klien mencapai tujuan. Klien menggunakan
waktu dan sumber lebih efektif. Misalnya setelah tertunda beberap lama
laporan-laporan yang belum selesai maka ia luangkan waktu khusus untuk
menyelesaikannya.
·
Time
management. Tehnik ini berguna untuk klien yang tidak dapat mengerjakan
berbagai hal pada waktu yang sama. Klien membuat daftar tugas yang harus
dilaksanakan dan membuat prioritas tugas yang lebih penting.
Modivikasi
Lingkungan
Merubah lingkungan yang merupakan sumber stres
secara realistis akan mengurangi stres. Jika klien dapat
mengendalikan/mengontrol lingkungan berarti stres dapat diatasi. Misalnya saat
terjadi kebocoran atap klien menjadi stress tetapi akan
menurun bila klien sanggup memperbaikinya.
Mengurangi
respon fisiologis terhadap stress
Dengan cara Latihan
teratur atau olah raga yang teratur meningkatkan tonus otot, stabilitas BB,
mengurangi, ketegangan dan relaksasi. Program latihan berguna untuk mengurangi
dampak stres seperti; hipertensi, kelebihan berat badan, ketegangan, sakit
kepala, kelelahan, keletihan mental/ sensitif dan depresi.
Diet
dan pola nutrisi
Nutrisi dan
latihan/olah raga sangat berhubungan. Makanan memberi tenaga untuk melakukan
kegiatan dan kegiatan/latihan meningkatkan sirkulasi dan distribusi makanan ke
jaringan. Makanan yang buruk meningkatkan respon stres.
Relaksasi,
distraksi dan Istirahat
Istirahat dan tidur
diperlukan untuk menyegarkan tubuh dan bermanfaat untuk ketenangan mental.
Untuk itu klien perlu belajar relaksasi untuk dapat tertidur. Secara umum
tehnik relaksasi sangat penting untuk diketahui dan dikuasai oleh perawat agar
dapat melatih klien. Relaksasi dimulai dari pengenduran otot-otot di seluruh
tubuh. Dilanjutkan dengan pengelolaan pernafasan, selanjutnya pemberian sugesti
ekdtrenal oleh perawat kepala atau perawat senior sesuai dengan output yang
dikehendaki. Outputnya dapat berupa kepasrahan, rasa syukur, pelepasan energi
negatif dan kemarahan, relaks sampai tertidur atau ekspresi emosi sampai
menangis.
C.
Depresi
C.1Pengertian
Depresi merupakan
bentuk gangguan alam perasaan. Menurut John W. Santrock, (1991:490) dalam
Psychology The Science of Mind & behavior; Mood disorder are psychological disorder characterized by wide
emotional swings, ranging from deep depression to great euphoria and agitation.
Depression can occur alone, as in major depression, or it can alternate with
mania, as in bipolar disorder.
Menurut Patricia D.
Barry (1998:302) dalam Mental Health and mental Ilness menjelaskan The
affective mental disorders
include those mental conditions that cause a change in a person’s mood (also
known as affect) or emotional state for prolonged period of time. The changed
emotional state may be depression, elation, or combination occuring in
alternate cycles. Gangguan mental afektif (gangguan alam perasaan) meliputi
kondisi mental yang menyebabkan perubahan alam perasaan seseorang (yang dikenal
dengan afek) atau keadaan emosional dalam periode waktu yang panjang. Perubahan
keadaan emosional tersebut dapat berupa depresi, kegembiraan atau kombinasi
dari berbagai siklus (tipe).
Sedangkan menurut
Gerbing (1990:548) dalam Psychology Boundaries & frontiers, Mood
disorder may be characterized by a deep, forbidding depression, or a
combination of depression and euphoria. In essence, the person with mood
disorder is either deeply depressed or alternates between periods of depression
and elation. Gangguan mood dapat dicirikan dengan depresi yang dalam, atau
kombinasi dari depresi dan gembira yang berlebihan. Dengan kata lain individu
dengan kelainan mood selain depresi yang mendalam dapat berupa periode elasi
(keceriaan) dan depresi.
Clinton Nelson (1996)
dalam Mental Health Nursing practice A mental disorder exhibiting prominent
and persistent mood and affect changes that are pathological. The most serious
mood disorder are depression and mania. Mood refers to the internal emotional
state of an individual , such as ‘I am happy, I am angry, I am sad’. Affect
refers to the external expression of emotional content such as facial
expression, or posture indicating feelings of sadness or anger. Gangguan
mental yang memperlihatkan perubahan suasana perasaan menonjol dan menetap dan
bersipat patologis. Sebagian besar gangguan alam perasaan berupa depresi dan
mania. Alam perasaan (mood) merujuk pada keadaan emosional internal dari
individu, seperti “saya merasa bahagia, saya marah, saya merasa sedih’ . Affect merujuk pada tampilan luar
dari ekspresi emosi seperti mimik wajah, atau postur tubuh yang menunjukan
perasaan sedih atau marah.
C.2 Rentang respon emosi dan posisi depresi
Emosional
Rentang respon emosi seseorang yang
normal bergerak secara dinamis. Tidak merupakan suatu titik yang statis dan
tetap. Dinamisasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
organobiologis, psikoedukatif, sosiokultural.
Responsive
Klien lebih terbuka, menyadari
perasaannya, dapat berpartisipasi dengan dunia internal (memahami harapan
dirinya) dan dunia eksternal (memahami harapan orang lain).
Reaksi
kehilangan yang wajar
Klen merasa bersedih, Kegiatan
sehari hari klien berhenti (mis : bekerja, sekolah,), pikiran dan perasaan
klien lebih berfokus pada diri sendiri tetapi semua hal tersebut berlangsung
hanya sementara
Supresi
Merupakan tahap awal dimana coping
individu termasuk maladaptif, klien menyangkal perasaannya sendiri, klien
berusaha menekan atau mengalihkan perhatiannya terhadap lingkungan. Apabila
fase ini berlangsung terus menerus (memanjang) maka hal tersebut dapat
menggangu individu.
Depresi
Gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan tak
berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, tidak
berminat terhadap ADL sampai ada ide bunuh diri.
C.3 Teory – teori factor predisposisi
gangguan despresi
·
Genetik factor
faktor genetik
dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga atau
keturunan. Hal ini disepakati bahwa faktor keturunan dan lingkungan memegang
peranan penting dalam beberapa gangguan mood
·
Agression Turned Inward Theory
Teori agresi
menyerang ke dalam menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang
ditujukan kepada diri sendiri. Menurut Sigmund Frud depresi adalah agresi yang
diarahkan pada diri sendiri sebagai bagain dari nafsu bawaan yang bersipat
merusak (insting agresif). Prosesnya
terjadi akibat kehilangan atau perasaan ambivalen
terhadap objek yang sangat dicintai. Klien merasa marah dan
mencintai yang terjadi secara bersamaan dan hal ini tidak mampu untuk
mengekspresikan kemarahannya sebab dianggap tidak tepat dan tidak rasional.
·
Object loss theory ;
Teori kehilangan
objek merujuk pada perpisahan traumatic
individu dengan benda atau seseorang yang sangat berarti dalam fase
membutuhkan seseorang yang memberikan rasa aman untuk lekatan (attachment). Dua isu penting dalam
teori ini adalah ; Kehilangan dalam masa kanak-kanak sebagai faktor
predisposisi terjadinya depresi pada masa dewasa dan perpisahan dalam kehidupan
setelah dewasa yang menjadi faktor pencetus terjadinya stress.
·
Personality organization Theory
Teori organisasi
kepribadian menguaraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri
rendah mempengaruhi system keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor.
Pandangan lain dari depresi adalah memfokuskan pada varibel utama dari
psikososial yaitu harga diri rendah. Konsep diri klien menjadi isu pokok.
Ketika mengekspresikan kesedihan hati atau depresi atau over kompensasi.
·
Cognitive model :
Model cognitive
menyatakan bahwa depresi merupakan masalah cognitive yang didominasi oleh evaluasi negatif sesorang
terhadap dirinya sendiri, dunia seseorang dan masa depannya. Berdasarkan teori
ini adanya kejadian yang merugikan sebagai contoh : Seorang suami mengatakan “ia meninggalkan saya karena saya tidak
mampu mencintainya”, tanpa mempertimbangkan alternative lainnya
sebagi penyebab misalnya; kepribadiannya yang tidak cocok, istrinya memiliki
masalah sendiri, atau perubahan perasaan istrinya terhadap suami. Ia selalu
memfokuskan pada kekurangan pribadinya, Ia hanya dapat berfikir tentang dirinya
secara negatif dan tidak mencoba memahami kemampuannya, prestasinya, dan
atribut-atribut yang ada pada dirinya. Kesimpulan dalam teori ini adalah klien
depresi didominasi oleh sikap pesimis.
·
Learned helplessness model.
Model ketidak
berdayaan yang dipelajari menunjukan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan
depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil
yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang
adaptif. Orang ini percaya bahwa tidak seorangpun yang dapat membantunya. Dan
tidak seorangpun dapat melakukan sesuatu untuknya. Keyakinan yang negatif
tersebut menyebabkan dia putus harapan, bersikap pasif.
·
Behavioral model.
Model perilaku
berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengasumsi bahwa peyebab
depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Depresi berkaitan dengan interaksi antara perilaku individu dengan
lingkungan. Teori ini memandang bahwa individu memiliki kemampuan untuk
memeriksa dan mempertimbangkan perilakunya.
·
Bilogical Model
Model biologik
menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi.
termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan
variasi periodic dalam irama biologis. Abnormalitas yang signifikan dapat dilihat
ketika terjadi depresi. Termasuk didalamnya adalah kelainan dalam elektrolit,
khususnya sodium dan kalium. Perubahan dalam neurofisiologis, kegagalan fungsi
regulasi otonom dari aktivitas system syaraf seperti adrenokortikal, tiroid,
perubahan gonad, perubahan dalam neurotransmitter seperti katekolamin,
norepinephrin, dan epinephrine.
·
Masalah Dalam Bounding and Attachment dan genetic
Gangguan ikatan
antara ibu dan anak (mother-child
bonding) pada usia dini, sangat penting dalam terjadinya keadaan patologis
pada perkembangan kepribadian di kemudian hari. Bila seorang ibu menderita
depresi, maka peran dan fungsinya sebagai ibu akan terganggu, yang
mengakibatkan relasi patologik pada anak.
C.3 Gejala Gangguan Depresi
C.4 Mekanisme pertahanan
ego
o
Represi :
Mencegah menekan dan menghambat sehingga dorongan id tidak mendesak
o
Regresi :
Kembali pada perkembangan sebelumnya
o
Fiksasi :
Bertahan pada perkkembangan yang menyenangkan
o
Projeksi :
Upaya melindungi ego dari rasa salah atau rasa takut dengan cara mengalihkan
alas an pada orang lain
o
Subtitusi :
Hampir sama dengan sublimasi yaitu mengganti pemuasan dengan cara yang dapat
diterima oleh masyarakat dan merupakan pilihan yang disadari
o
Identifikasi
: mencoba mengurangi frustasi dengan cara meniru perilaku orang lain,
o
Displacement
: Upaya mencapai pemuasan dengan objek pengganti karena pemuasan dengan objek
yang asli dihambat kekuatan eksternal
o
Sublimasi :
bentuk displacement yang diarahkan pada kegiatan yang diterima secara social
missal dorongn sexs ditekan diganti dengan olahraga dan menulis puisi.
D. Gangguan
Psikomatis
Penggunaan
kata "psikosomatik "baru digunakan pada awal tahun 1980-an. Istilah tersebut
dapat ditemukan pada abad ke-19 pada penulisan oleh seorang psikiater Jerman Johann
Christian Heinroth dan psikiater lnggns John Charles Bucknill.
Deskripsi:
Gangguan
psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan psikis yang menyebabkan gangguan
fisik. Pendek kata, psikosomatik adalah penyakit fisik yang disebabkan oleh
pikiran negatif dan/atau masalah emosi. Masalah emosi itu antara lain rasa
berdosa, merasa punya penyakit, stress, depresi, kecewa, kecemasan atau masalah
emosi negative lainnya. Gangguan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa,
anak-anak pun bias mengalaminya.
Perlu
diketahui bahwa pikiran dapat menyebabkan gejala fisik. Sebagai contoh, ketika
seseorang takut atau cemas dapat memacu detak jantung yang cepat, jantung
berdebar, merasa sakit, gemetar (tremor), berkeringat, mulut kering, sakit
dada, sakit kepala, dan bernafas cepat. Gejala-gejala fisik tersebut melalui
saraf otak mengirim impuls tersebut ke berbagai bagian tubuh, dan pelepasan
adrenalin ke dalam aliran darah.
D.1 Gejala
Psikomatis ditandai dengan
keluhan gejala fisik yang beragam. Namun umumnya
penderita mengalami atau mengeluhkan beberapa gejala berikut :
Mual
Muntah
Sendawa
Sakit perut
Rasa pedih
Kulit gatal
Pusing dan nyeri saat hubungan sexual
D.2 Penyebab
Psikosomatis bisa disebabkan oleh faktor dari dalam diri sendiri, atau karena
faktor dari lingkungan.
Faktor dari dalam diri
Ă¼ Stres. Psikosomatis biasanya menyerang orang yang memiliki kondisi
emosional cenderung mudah stres atau pencemas.
Ă¼ Pribadi yang histerikan. orang seperti ini memiliki kebutuhan yang
besar akan perhatian.
Ă¼ Pribadi yang introvert. Orang yang berkepribadian tertutup cenderung
mengendapkan semua permasalahan ke dalam dirinya. Akibatnya persoalan persoalan
yang menekan yang tak bisa ia atasi akan dipindahkan ke fungsi tubuh yang
lemah.
Faktor Lingkungan
Ă¼ Psikosomatis banyak dipicu oleh pola asuh yang terlalu perfeksionis,
tuntutan yang terlalu tinggi , atau suka memberi label yang meruntuhkan harga
diri sehingga kita menjadi stres.
D.3 Pengobatan
Ada dua macam pengobatan untuk gangguan psikosomatik, pengobatan
fisik dan mental. Pengobatan fisik disesuaikan dengan penyakit yang diderita.
Sedangkan perawatan mental dapat dilakukan dengan hipnoterapi, obat, atau
dengan bantuan psikolog
E. Komunikasi
psikologi dalam kesehatan
Komunikasi
sangat esensial untuk pertumbuhan kepribadian manusia. Kurangnya komunikasi
akan menghambat perkembangan kepribadian. Komunikasi amat erat kaitannya
dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia.
Dalam sejarah
perkembangannya komunikasi memang dibesaran oleh para peneliti psikologi. Bapak
Ilmu Komunikasi yang disebut Wilbur
Schramm adalah sarjana psikologi. Kurt
Lewin adalah ahli psikologi dinamika kelompok. Komunikasi bukan subdisiplin
dari psikologi. Sebagai ilmu, komunikasi dipelajari bermacam-macam disiplin
ilmu, antara lain sosiologi dan psikologi.
E.1 Ruang Lingkup psikologi komunikasi
Hovland, Janis, dan Kelly, semuanya psikolog, mendefinisikan
komunikasi sebagai ”the process by which an individual (the communicator)
transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals
(the audience). Dance mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi
behaviorisme sebagai usaha “menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal.”
Kamus psikologi, menyebutkan enam pengertian komunikasi.
Ă¼ Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain
seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.
Ă¼ Penyampaian atau penerimaan sinyal atau pesan oleh organisme.
Ă¼ Pesan yang disampaikan
Ă¼ (Teori Komunikasi) Proses
yang dilakukan satu sistem yang lain melalui pengaturan sinyal-sinyal yang
disampaikan.
Ă¼ (K.Lewin) Pengaruh suatu
wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu
wilayah menimbulkan peribahan yang berkaitan pada wilayah lain
Ă¼ Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.
Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam
proses komunikasi. Pada diri komunikasi, psikologi memberikan karakteristik
manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang
memengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya
dan bertanya :
Apa yang menyebabkan satu
sumber komunikasi berhasil dalam memengaruhi orang lain, sementara sumber
komunikasi yang lain tidak ?
E.2 ciri
Pendekatan komunikasi psikologi
Komunikasi begitu esensial dalam masyarakat manusia sehingga setiap
orang yang belajar tentang manusia mesti sesekali waktu menolehnya. Komunikasi telah ditelaah dari berbagai segi : antropologi, biologi,
ekonomi, sosiologi, linguistik, psikologi, politik, matematik, enginereer Fisher menyebut 4 ciri pendekatan psikologi
pada komunikasi : Penerimaan stimuli secara indrawi (sensory reception of
stimuli), proses yang mengantarai stimuli dan respon (internal meditation of
stimuli), prediksi respon (prediction of response),dan peneguhan respon
(reinforcement of responses). ing, neurofisiologi, filsafat, dan sebagainya.
Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah
imu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan persistiwa mental
dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah ”internal meditation
of stimuli”, sebagai akibat berlangsungya komunikasi.
E.2 Tanda – tanda komunikasi efektif
Tanda Komunikasi efektif menimbulkan 5 hal yaitu :
Ă¼ Pengertian : Penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang
dimaksudkan oleh komunikator.
Ă¼ Kesenangan : Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan
menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat,
akrab, dan menyenangkan.
Ă¼ Mempengaruhi sikap : Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman
tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan menimbulkan efek pada
komunikate. Persuasi didefiniksikan sebagai ”proses mempengaruhi pendapat,
sikap, dan tindakan dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang
tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
Ă¼ Hubungan sosial yang baik : manusia adalah makhluk sosial yang tidak
tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif.
Abraham Maslow menyebutnya dengan ”kebutuhan akan cinta” atau ”belongingness”.
William Schutz merinci kebuthan dalam tiga hal : kebutuhan untuk menumbuhkan
dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengar orang lain dalam hal
interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), cinta
serta rasa kasih sayang (affection).
Ă¼ Tindakan : Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang
dihendaki. Menimbukan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling
penting. Karena untuk menimbulkan tidakan, kita harus berhasil lebih dulu
menanamkan pengertian, membentuk dan menguhan sikap, atau menumbukan hubungan
yang baik
E.3 Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994)
Teknik komunikasi
terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik
dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran
dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart & sundeen,1995).
a.
Tujuan Komunikasi Terapeutik
Adapun tujuan komunikasi
terapeutik adalah:
b.
Fungsi Komunikasi Terapeutik
Fungsi komunikasi
terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan
kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.
Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah
serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Prinsip-prinsip komunikasi adalah:
E.4 Jenis komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada
tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984),
dan Tappen (1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal,
tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
a.
Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan
keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama
pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan
tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk
mengekspresikan ide atau perasaan,
Komunikasi verbal positif harus :
Ă¼ Jelas dan ringkas
Ă¼ Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
Ă¼ Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang
terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi
mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk
menjelaskan keadaan yang mendekati kematian
Ă¼ Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan
cepat sehingga kata-kata tidak jelas
Ă¼ Waktu dan Relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien
sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.
Ă¼ Humor
Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa tertawa membantu
pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan
meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap
klien
Sullivan dan Deane (1988) dalam Purba (2006) melaporkan bahwa humor
merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan
sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas,
memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa
takut
b.
Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat,
pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain.
Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :
Ă¼ Lengkap
Ă¼ Ringkas
Ă¼ Pertimbangan
Ă¼ Konkrit
Ă¼ Jelas
Ă¼ Sopan
Ă¼ Benar
Ă¼
Fungsi
Komunikasi Tertulis
Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
Kerugian
Komunikasi Tertulis
c.
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan
kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan
klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena
isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi
suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai
berikut:
Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk
bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan
informasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata
secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat
Proksemik
Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan
“jarak” antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara
individu dengan objek.
Haptik
Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada
lagi jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada
ahli kumunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk,
meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit
Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia
bermanfaat kalau kita hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai
contoh, orang-orang Muang Thai merupakan orang yang rendah hati, mirip dengan
orang jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan dengan suara yang keras
Artifak
Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan
pelbagai benda material disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu
digunakan untuk menampilkan pesan tatkala dipergunakan
Logo dan
warna
Kreasi pan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan
merupaka karya komunikasi bisnis, namun model keija m dapat ditirn dalam
komunikasi kesehatan
Tampilan
fisik tubuh
Tipe tubuh itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada
orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah
persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga
mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati
informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang
disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).
E.5 Karakteristik Komunikasi Terapeutik
Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik
yaitu sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54).
Ă¼ Ikhlash
(genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima
dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan
kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
Ă¼ Empati
(emphaty)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam
memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
Ă¼ Hangat
(warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat
memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa
mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.
Fase –
fase komunikasi terapeutik
Ă¼ Orientasi
(orientation)
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi
yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini
dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust,
identification of problems and goals, clarification of roles dan contract
formation.
Ă¼ Kerja
(working)
Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi
tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien
untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan.
Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi
dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses
perubahan.
Penyelesaian
(termination)
Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas
tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling
menguntungkan dan memuaskan.
Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan
perpisahan (Arwani, 2003 61).
Faktor – faktor penghambat komunikasi
Faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik adalah
(Indrawati, 2003 : 21): Perkembangan
Ă¼ Persepsi.
Ă¼ Nilai.
Ă¼ Latar belakang sosial budaya.
Ă¼ Emosi.
Ă¼ Jenis Kelamin.
Ă¼ Pengetahuan.
Ă¼ Peran dan hubungan.
Ă¼ Lingkungan.
Ă¼ Jarak.
Ă¼ CitraDiri.
Ă¼ Kondisi Fisik.
F.
Aplikasi Psikologi dalam bidang kesehatan
Psikologi kesehatan : membantu
meningkatkan motivasi sehat/ semangat hidup orang yg sakit , dan membabtu rumah
sakit dan dokter menangani pasiennya
Contoh aplikasi psikologi sosial
dalam bidang kesehatan di bawah ini termasuk dalam ruang lingkup studi tentang
proses–proses individual bersama, misalnya sikap sosial. Beberapa contoh dari
aplikasi psikologi sosial dalam bidang kesehatan adalah:
Ă˜ Pendampingan Terhadap
Orang Yang Mengalami Masalah Sosial
Misalnya orang yang mengalami diskriminasi yaitu ODHA (orang dengan
HIV AIDS). ODHA mengalami diskriminasi karena orang–orang normal takut tertular. Pendampingan dilakukan
dengan cara mendekati agar beban psikologis ODHA dapat berkurang. Pendampingan
dimaksudkan agar ODHA bisa membuka dirinya kepada orang lain (self
disclosure) sehingga ODHA dapat mencapai psychological well being.
Ă˜ Pendampingan Terhadap
Orang Yang Mengalami Gangguan Stres Pasca Trauma
Menurut Zainun Mu’tadin, SPsi., Msi gangguan Stres Pasca
Trauma merupakan gangguan mental pada seseorang yang muncul setelah mengalami
suatu pengalaman traumatik dalam kehidupan atau suatu peristiwa yang mengancam
keselamatan jiwanya.
Pendampingan yang dilakukan adalah mencari dan memberikan dukungan
sosial dengan Banyak orang dapat pulih dengan baik ketika merasa diterima dan
dimengerti oleh orang lain. Beberapa memilih untuk tidak banyak menceritakan
pengalamannya, dan beberapa mungkin sebaliknya mendiskusikanya sampai berulang
kali. Membicarakan kejadian yang terjadi akibat bencana dapat sedikit membantu,
bersamaan dengan hal itu, hanya dengan berbagi waktu bersamanya dapat
membuatnya merasa dekat dan diterima, walau tanpa berkata-kata dapat merasa
lebih baik
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tidak
diragukan lagi bahwa psikologi sangatlah penting mengingat peran bagi manusia
dalam menghadapi kehidupan. Tantangan dalam dunia kesehatan semakin menarik
dengan adanya pedoman sehat bukan berarti sehat jasmani namun juga dalam
psikis. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan kita harus memahami dan lebih tau
dalam segi ilmu psikologi karena kita akan merawat klien dengan latar belakang
yang berbeda
Dalam menghadapi
kehidupan senantiasa kita dihadapkan mengenai emosi, stres, hingga depresi.
Kita juga sering melihat adanya gangguan jiwa dalam diri seorang untuk itu kita
harus menanamkan mekanisme koping yang efektif baik untuk diri sendiri atau
klien nantinya.
Daftar Pustaka
Teori Kepribadian
www.slideshare.net/.../teori-kepribadian-sigmund-freud - Amerika Serikat
firariswiyandi.wordpress.com/.../teori-kepribadian-abraham-maslow/
id.wikipedia.org/wiki/Psikologi
trescent.wordpress.com/category/psikologi-kepribadian/
Teori Perkembangan
id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif
akpermuhmks.ac.id/.../TEORI-TEORI%20PERKEMBANGAN%20ANAK.ppt
kuliahpsikologi.dekrizky.com/teori-perkembangan-anak
eko13.wordpress.com/.../teori-perkembangan-anak-–-erickson-dan-gardner/ -
Penggolongan Manusia
www.psikologizone.com › Ilmu Psikologi
www.psikologizone.com › Ilmu Psikologi
www.docstoc.com › Education › Medical School › MCAT
Emosi, Stres, Depresi dan Adaptasi
andaners.wordpress.com/.../konsep-cemas-stress-dan-adaptasi/
Psikosomatis
http://kesehatan.kompas.com/read/2009/07/24/14210631/psikosomatis.sehat.
Komunikasi
psikologi
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/komunikasi-terapeutik/
Aplikasi
psikologi dalam kesehatan
Assalamualaikum wr wb
Alhamdulillah alhamdulillah hiladi hakohamdi
washalatu ala sayidina Muhammadin nabiyi wa ala alihi washobihi mimbadi ama
badu.
Terimakasih kepada saudara moderator yang memberi
kepercayaan waktu kepada saya dan saudara sekalian yang pada hari ini terlihat
semangat dalam mngikuti jigsaw rutin.
Kultum hari ini saya mengangkat judul “ Syarat
Dasar Masuk Surga”
Sebelumnya kita golongkan manusia menjadi 3
golongan. Yaitu Manusia yang tidak mengakui adanya Pencipta, manusia kafir,
manusia yang muslim. Dari ketiga golongan ini akan kita saring dari syarat –
syarat meliputi iman, islam dan taqwa.
Syarat dasar yang pertama adalah IMAN
Pada tahap ini orang-orang yang tidak mengakui
adanya pencipta secara otomatis tersingkir dari persaingan akherat. Dan orang
kafir ternyata masih tergolong orang yang mengakui adanya Allah serta seluruh
kuasanya. Apakah masuk surga ?
Syarat yang kedua adalah ISLAM
Pada tahap ini orang kafir terpaksa harus
disingkirkan dari tempatnya disurga karena orang kafir mengakui adanya Allah,
mengakui adanya nabi akhir Muhammad SAW, dan mengakui adanya islam namun tidak
mau mengikuti karena kesombonganya. Pada tahapm ini apakah orang muslim masuk
surga ? jawab pada tahap slanjutnya...
Syarat yang ketiga adalah TAQWA
Hanya orang muslim yang masih mampu bertahan namun
kita tidak bisa memungkiri bahwa banyak sekali golongan atau aliran islam di
dunia lalu islam mana yang akan masuk surga..kita simpulkan bahwa agama islam
yang masuk surga adalah agama islam yang meyakini adanya ALLAH, serta
berpedoman teguh kepada Al QurĂ¡n dan Hadist. Pada tahap ini yang akan
membedakan orang muslim satu dengan yang lain dihadapan Allah adalah Taqwa. Dan
ketaqwaan yqng ikhlash kepada Allah akan menjadi kunci terakhir masuk surga.
Taqwa adalah melakukan perintah Allah dan menjauhi laranganNYA.
Misal : dalam rukun islam sudah dijelaskan dan
setiap ibadah yang kita lakukan memiliki makna baik dari segi hubungan kita
kepada Allah juga pada diri sendiri maupun sesama manusia.
Cukup sekian dari saya jika ada tutur kata yang
kurang berkenan Saya mohon maaf setulusnya. Akhir kata
Wasalamualaikum wr wb
TAMBAHAN
KOMUNIKASI KEPRIBADIAN
A.
Pengertian
Komunikasi adalah
proses dinamika sosial dalam penyampaian informasi dalam dua orang atau lebih
B.
Ciri – ciri pendekatan Komunikasi
·
Penerimaan
stimuli bagi panca indera
·
Proses yang mengatur
stimuli
·
Prediksi
respon
·
Umpan balik
terhadap respon
C.
Ciri – ciri komunikasi efektif
·
Mudah
dipahami
·
Makna
informasi jelas
·
Menggunakan
istilah yang sama dimengerti oleh komunikator dan komunikan
·
Informasi
obyektif, nyata, akurat dan faktual.
D.
Komunikasi tidak efektif
Cirinya :
·
Kegagalan
dalam mendengar aktif
·
Memberi
jaminan yang tidak mungkin
·
Sering
memberi petunjuk
·
Menghentikan
pembicaraan dan sering mengubah topik
·
Kata kata
tidak dimengerti
·
Terlalu
banyak bertanya
E.
Kegunaan komunikasi efektif
·
Untuk membina
Hubungan terapeutik
·
Cara
mempengaruhi orang lain
·
Hubungan
perawat dan pasien yang terapeutik
·
Peningkatan
kesembuhan pasien
Tidak ada komentar:
Posting Komentar